Part 1 - Diantar Nata

687 21 5
                                    

Nggak boleh suudzon sama orang, dosa!
-Nata-

"NARA, NARA!" Nata berteriak sekeras-kerasnya di depan rumah Nara. Membuat sang pemilik nama yang sedang menyantap sarapan pagi bersama orangtuanya langsung beranjak dan menemui laki-laki itu.

"Berisik Nat, masih pagi!" dengus Nara setelah berdiri dihadapan Nata.

Nata mengerenyitkan dahi sambil memperhatikan Nara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Gadis dihadapannya ini sudah rapi dengan mengenakan seragam sekolah. Namun ia seketika memusatkan perhatiannya pada bedge yang ada di saku kemeja putih berlangan pendek Nara.

"Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" Nara menatap Nata penuh curiga, saat ia menyadari jika laki-laki dihadapannya ini sedang memperhatikannya tanpa berkedip.

"Nggak papa kok," jawab Nata sambil menggeleng cepat. Jangan sampai Nara mencurigainya yang memang ingin mengetahui tempat Nara bersekolah. "Lo mau sekolah yah?" Nata langsung melontarkan pertanyaan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Nggak, mau kondangan--ya mau sekolah lah. Lo nggak liat gue udah rapi kayak gini pake seragam sekolah? Gimana sih lo?" dengus Nara sambil memutar bola matanya malas.

"Biasa aja dong Ra jawabnya, gue kan cuma nanya," respon Nata sambil terkekeh. "Btw, mau gue anterin nggak?"

Curiga, itulah yang Nara rasakan terhadap laki-laki yang berdiri dihadapannya. Karena gadis itu yakin, dibalik sikap baik dan sok polos Nata, ada niat terselubung di dalamnya. Kemarin saja laki-laki itu telah berhasil mengerjainya dengan memberikan teh asin hangat, jadi bukan tidak mungkin jika laki-laki itu sudah menyiapkan rencana untuk mengerjainya.

"Ck, gue tahu lo pasti mikirnya gue mau ngerjain lo kan?" tebak Nata sambil menunjuk wajah Nara.

Kok dia tahu.

"Heh, jadi orang itu nggak boleh suudzon sama orang, dosa! Gue kali ini nggak ada niat apapun kok. Suer." Nata sebisa mungkin membuat gadis itu percaya. Jangan sampai rencananya gagal.

Sedikit demi sedikit, kecurigaannya terhadap Nata mulai berkurang setelah mendengar Nata yang berbicara begitu serius. Selama beberapa saat Nara terdiam dan bersikap seperti orang yang sedang berpikir. Menurutnya penawaran Nata cukup menarik. Lumayan kan bisa menghemat uang bensin. "Oke deh. Tapi nanti lo jemput gue yah!"

"Siap!" ujar Nara dengan semangat 45. "Kalau gitu lo tunggu disini sebentar, gue mau ngambil motor gue dulu!"

Nata pun bergegas kembali ke rumah untuk mengambil motor sport-nya. Setelah itu, ia pun mengantar Nara ke sekolah.

"Jangan ngebut-ngebut bawa motornya!" pinta Nara dari balik helm fullface yang dipakainya.

Brum.

Bukannya memperlambat, Nata justru malah menambah kecepatan laju motornya yang membuat Nara sedikit terhuyung ke belakang, karena sejak tadi ia sama sekali tak berpegangan pada Nata.

"GILA LO!" omel Nara setelah membenarkan kembali posisinya.

"Makanya pegangan!" respon Nata sambil menoleh sekilas ke belakang.

"Nggak mau."

"Ya udah nggak papa kalau lo nggak mau. Tapi jangan salahin gue kalau tiba-tiba lo jatuh, gue mau ngebut nih!"

Brum.

Nata lagi-lagi menambah kecepatan laju motornya, membuat Nara yang tak ingin terhuyung ke belakang  lagi, secara refleks memeluk pinggang Nata.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang