Part 32 - Damai

96 5 0
                                    

Salah paham dalam hubungan persahabatan adalah hal yang wajar.
Tapi jangan sampai kesalah pahaman itu membuat persahabatan yang sempurna jadi tak bermakna lagi.
-Nara&Nat-

"NARA!" teriak Nata sambil sesekali mengetuk pintu depan rumah Nara yang masih tertutup rapat.

Tak berlangsung lama, Nata mendengar seseorang sedang memutar kunci pintu dari dalam rumah, sebelum akhirnya ia mendengar suara decitan pintu yang dibuka. Ia tersenyum ramah saat pandangannya menangkap Ambar sedang tersenyum padanya.

"Nara nya masih di atas Nat. Tadi pas tante cek, Nara lagi beresin buku. Kalau kamu mau samperin Nara, masuk aja!"

"Nggak papa tan, nggak usah. Nata tunggu disini aja," tolak Nata secara halus.

"Oh iya Nat, nanti kalau Nara nanyain tante, bilangin sama dia kalau tante mau pergi ke rumah temen. Karena kalau harus nunggu Nara turun dulu lama, tante lagi buru-buru." Ambar menepuk bahu Nata dengan pelan sambil tersenyum, dan langsung berjalan menuju garasi. Setelah mengeluarkan mobilnya, Ambar memberi klakson dua kali pada Nata, yang langsung Nata respon dengan senyuman dan anggukan.

Begitu Nata melihat jika mobil avanza hitam yang dikemudikan Ambar sudah menghilang dari pandangannya, Nata memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di teras sambil bersenandung ria.

"Ngapain pagi-pagi kesini?" Pertanyaan yang terdengar ketus itu membuat Nata refleks menoleh dan melihat Nara sudah berdiri di dekatnya dengan kedua tangan memegang tali tas.

"Ya mau ngajak lo berangkat sekolah bareng lah Ra," jawab Nata dengan lembut sambil beranjak dari kursi. "Oh iya Ra, kalau lo mau nanya soal Mama lo, dia barusan pergi ke rumah temennya."

"Nggak perlu lo kasih tahu pun, gue udah tahu Nat. Suara mobilnya kedengeran sampai kamar gue," respon Nara dengan ketus.

Nata pun menghembuskan napas kasar sambil memejamkan matanya sejenak untuk mengontrol emosinya. Sepertinya Nara benar-benar marah karena kejadian semalam. Dengan nada lembut, Nata kembali bertanya pada Nara, "Lo beneran marah sama gue, Ra?"

"Tanpa gue jawab pun,lo udah tahu kan jawabannya? Satu lagi, gue nggak mau berangkat sama lo hari ini." Nara pun berbalik dan hendak berjalan menuju garasi. Namun saat ia hendak melangkahkan kakinya, Nata sudah lebih dulu mencekal dan menarik tangannya agar ia kembali menghadap laki-laki itu. "Lepasin!" pinta Nara sambil mencoba menarik tangannya.

"Gue nggak akan lepasin lo. Kalau lo bawa mobil dalam keadaan marah kayak gini, lo nggak akan bisa konsentrasi nyetir. Kalau sampai lo kenapa-napa di jalan, gimana Ra? Gue pasti nggak akan maafin diri gue sendiri karena nggak bisa penuhin permintaan Ravin untuk jagain lo."

Nara diam sambil menggigit bibir bawahnya. Rasa sesak kembali muncul dihatinya saat kalimat terakhir yang diucapkan Nata menembus gendang telinganya. Jadi selama ini Nata mendadak perhatian sama gue, karena Ravin? Pantesan aja Nata berubah diwaktu yang bersamaan dengan perginya Ravin.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang