Part 45 - Jadian

136 4 0
                                    

Seusai pergi dari taman, Nata terus berjalan menyusuri koridor dengan pandangan kosong. Kejadian tadi terus terputar jelas di kepalanya. Bahkan air mata yang sudah sempat mengering, kini mengalir lagi membasahi pipinya. Nata pun bergegas menepis air matanya sebelum ada yang melihat, karena suasana sekolah sudah mulai ramai. Hingga kemudian Nata mendengar suara notifikasi dari ponselnya, membuatnya langsung berhenti dan merogoh saku celananya untuk melihat chat yang masuk. Di layar tertera nama Ferdi.

FerdiFerdiansyah
Lo dimana Nat? Gue di parkiran nih.

Nata mengembuskan napas kasar beberapa kali, dan membalas chat daru Ferdi.

AdinataPratama
Koridor. Lo langsung ke TKP aja, nanti gue kesana bawa Dinda.

FerdiFerdiansyah
Sip

Nata sama sekali tak ada niat untuk membalas chat terakhir Ferdi. Ia lebih baik langsung ke kelas dan menunggu kedatangan Dinda. Semoga saja hari ini masalah Ferdi dan Dinda bisa selesai. Nata kembali berjalan menyusuri koridor, dan mencoba bersikap biasa saja. Sesekali ia berpapasan dengan beberapa siswi yang menyapanya, dan ia hanya merespon dengan anggukan kepala. Yang penting ngasih respon. Susah soalnya kalau udah ganteng dari lahir. Sedetik kemudian, Nata terkekeh sendiri, begitu ia menyadari kalimat yang terucap dalam hatinya. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk nenghibur diri. Ia tak mungkin menceritakan apa yang ia alami sekarang pada Ferdi. Sahabatnya itu baru saja akan bahagia, sehingga ia tak ingin membuat kebahagiaan Ferdi berkurang karena tahu masalahnya.

Baru saja ia duduk menempati bangkunya, Nara masuk ke kelas sambil menatap nanar ke arahnya. Tak ingin melihat raut sedih di wajah Nara, Nata pun memilih membuang pandangan ke arah lain.

"Nat!" lirih Nara sambil menoleh ke arah Nata. Ia langsung mengembuskan napas kasar karena Nata tak memberi respon apapun padanta. "Nggak papa kalau lo nggak mau ngomong sama gue. Tapi gue mohon sama lo Nat, dengerin dulu penjelasan gue! Gue sama Ravin itu--"

"MORNING!" teriakan Dinda itu, membuat Nara refleks menghentikan ucapannya dan kembali menatap lurus ke depan.

"Akhirnya datang juga lo Din!" Nata berdiri dan langsung berjalan mendekati Dinda yang sedang berjalan menuju bangku yang ada di sebelah Nara.

Dinda refleks menghentikan langkahnya saat jarak antara dirinya dan Nata semakin dekat. "Nungguin gue? Ngapain? Pasti lo kangen sama gue yah?" tanyanya yang langsung mendapat tabokan dari Nata. Beruntung hanya ada dirinya, Nara, dan Nata di kelas, sehingga ia tak perlu malu dengan teman-temannya yang lain.

"Banyak nanya banget sih lo kayak Diego!" dengus Nata yang membuat Dinda langsung mengerutkan dahi.

"Sejak kapan Diego suka nanya? Perasaan yang hobi nanya itu Dora deh," desis Dinda sambil menggaruk kepala bagian kanan.

"Nggak usah dibahas, nggak penting. Ada hal yang lebih penting daripada bahas Diego!" Tanpa menunggu respon Dinda, Nata langsung menarik lembut tangan Dinda dan membawa gadis tersebut menuju lapangan basket outdoor.

Merasa penasaran, Nara pun memutuskan untuk mengikuti Nata dan Dinda. Ia berjalan dengan jarak beberapa meter di belakang Nata dan Dinda. Ia juga memelankan langkah kakinya agar mereka tak mendengar suara alas sepatunya yang beradu dengan ubi.

Kini Nata dan Dinda sudah sampai di lapangan basket indoor SMA 25 Jakarta. Suasananya sepi, dan hanya ada mereka berdua.

"Mereka ngapain berduaan disini?" tanya Nara yang kini bersembunyi di balik pilar yang tak jauh dari posisi Nata dan Dinda berdiri.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang