Part 33 - Nara Merepotkan

103 3 0
                                    

Mahamin cewek PMS ternyata lebih susah daripada mahamin seratus soal matematika, fisika, sama kimia.
-Nata-

Jam pelajaran Bahasa Indonesia, kini sedang berlangsung. Namun sejak tadi Nara tak bisa diam. Ia terus memegang perutnya yang sakit sambil sesekali melirik jam dinding yang berada di atas papan tulis, berharap bel pulang akan segera berbunyi. Lima menit, empat menit, tiga menit, dua menit, satu menit, dan ... finally, bel pulang akhirnya berbunyi nyaring. Membuat Nara kini bisa menghembuskan napas lega.

Setelah Bu Ela, yang merupakan guru Bahasa Indonesia, mentup pelajaran hari ini, siswa-siswi pun kini sibuk membereskan peralatan tulis mereka dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu Bu Ela berjalan keluar, siswa-siswi yang sudah selesai dengan urusannya di kelas, mulai berhamburan keluar kelas.

"Ra, Nat, Fer, gue duluan yah!" pamit Dinda sambil beranjak dari bangkunya.

"Ya udah, hati-hati yah Din!" ujar Nata memberi respon.

Dinda mengangguk sambil tersenyum tulus pada Nata yang kini menoleh ke arahnya. Setelah itu ia langsung berjalan meninggalkan kelas, yang kini hanya menyisakan ketiga sahabatnya.

"Gue juga pamit pulang deh, daripada gue jadi obat nyamuk!" Tanpa menunggu respon Nara dan Nata, Ferdi langsung menyampirkan satu tali tasnya ke bahu kanan dan berjalan keluar kelas.

Setelah punggung kokoh Ferdi hilang dari pandangannya, Nata pun menoleh pada Nara yang kini terlihat kesakitan sambil memegang perut. "Ra, lo kenapa?" tanya Nata khawatir sambil menyentuh bahu Nara.

"Perut gue sakit banget Nat, kayaknya gue bocor deh," jawab Nara sambil berusahamenahan rasa sakit di perutnya.

"Oh, bocor. Pake no drop aja kali Ra. Kalau kita pake no drop, no bocor-bocor," celetuk Nata dengan santainya.

Plak.

Nata seketika meringis saat sebuah buku catatan mendarat di wajahnya dengan cukup keras, karena si pelaku melakukannya dengan sekuat tenaga.

"Gue serius Nat, kenapa malah lo bercandain sih? Maksud gue itu, gue PMS Nat," ucap Nara dengan penekanan disetiap katanya.

"Ngomong dong dari tadi. Terus urusannya sama gue?"

"Beliin gue roti khusus cewek," jawab Nara sambil menunjukan cengirannya.

Sambil menghembuskan napas kasar, Nata pun beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju kantin untuk membeli sesuatu yng diminta Nara. Dan semoga saja jika memang ada salah satu stand yang masih buka, stand itu menyediakan roti khusus cewek yang Nara maksud.

Seulas senyuman tanpa sadar terukir di bibir tipisnya saat mengetahui jika Nara mau membeli sesuatu yang ia minta. Nara terharu? Tentu saja. Seorang Ravin Narendra saja yang katanya sangat menyayanginya, tak pernah sekalipun mau membelikan roti kusus cewek untuknya saat ia minta. Tapi seorang Adinata Pratama yang selama ini selalu menjahilinya, mau membelikan apa yang ia minta. Ya ... meskipun Nara dapat melihat dengan jelas dari raut wajah Nata jika laki-laki itu terpaksa, dan Nara memaklumi hal itu.

Tak berlangsung lama, Nata kembali ke kelas dengan wajah ditekuk. Membuat Nara langsung menatap Nata dengan dahi berkerut. "Muka lo kenapa ditekuk gitu?"

"Puas lo?" tanya Nata sambil menaruh plastik hitam berisi roti khusus cewek, "Gara-gara lo, gue diledekin sama anak-anak yang ada di kantin."

"Ya maaf Nat, soalnya ini urgent banget. Gue lupa kalau hari ini waktunya gue PMS," respon Nara sambil membuka plastik yang ditaruh Nata di atas meja. Nara yang awalnya tersenyum karena sesuatu yang ia butuhkan sudah ada ditangannya, seketika  cemberut saat ia menyadari satu hal, "Nat?"

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang