Part 9 - Sisi Lain Ravin

158 5 0
                                    

Jangan menilai seseorang dari sisi luarnya.
Karena boleh jadi, yang terlihat baik-baik saja belum tentu ia benar-benar dalam keadaan baik.
-Nara&Nata-

Salahkah bila Ravin bersikap egois selama ini? Salahkah ia mempertahankan sesuatu yang sudah menjadi miliknya? Salahkah ia, jika ia marah saat ada orang yang berani menyakitinya? Salahkah ia, jika ia membenci orang yang ingin merebut kebahagiaannya? Jika memang tidak, lalu kenapa Nara memilih pergi dari hidupnya? Padahal ia amat sangat mencintai gadis itu. Selama ini Ravin selalu berpikir jika Nara adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya tanpa gadis itu harus tahu permasalahan yang sedang ia hadapi. Tapi hari ini gadis itu memutuskannya secara sepihak, tanpa memperdulikan perasaannya.

Mungkin semua orang berpikir, jika dibalik sifatnya yang ditakuti semua orang, ia sedang baik-baik saja. Tapi pada kenyataannya tidak. Ia terlahir sebagai seorang anak yang harus patuh terhadap perintah orangtuanya, tak jauh berbeda dengan robot. Dari kecil, ia memang dituntut untuk menjadi seseorang yang dipandang sempurna oleh semua orang. Mulai dari ketampanannya, kecerdasannya, sikapnya, penampilannya, organisasi yang diikutinya, hingga universitas serta jurusan yang harus ia ambil saat kuliah nanti. Ia sudah cukup lelah dengan semua itu. Dan sayangnya ia tak tahu kepada siapa ia harus bercerita. Ia tak memiliki teman karena larangan orangtuanya. Mereka beranggapan jika Ravin memiliki teman, maka Ravin bisa saja terpengaruh dengan pergaulan teman-temannya yang kemungkinan akan membuat Ravin menjadi malas belajar dan menjadi anak yang pemberontak. Hal itulah yang membuatnya berubah menjadi pribadi yang dingin seperti yang orang kenal sekarang.

Sampai kemudian takdir mempertemukannya dengan Nara di suatu malam pada 7 bulan lalu. Ravin yang saat itu sedang duduk termenung di sebuah bangku yang berada di taman kota, tiba-tiba dihampiri oleh Nara. Ravin masih ingat betul bagaimana Nara berusaha menghiburnya agar ia kembali semangat, yang membuatnya justru merasakan perasaan yang aneh dalam hatinya. Biasanya orang menyebut itu dengan cinta. Satu bulan ia dan Nara saling mengenal satu sama lain, sebelum akhirnya ia resmi menjadikan gadis itu sebagai kekasihnya. Namun sayangnya, semua tak seindah yang dibayangkan. Hubungannya dengan Nara banyak dihiasi dengan pertengkaran-pertengkaran kecil. Namun bukan Ravin namanya jika ia menyerah, ia selalu berusaha untuk membuat hubungannya dengan Nara kembali membaik dan melupakan masalah yang menjadi sumber pertengkaran mereka.

Tapi sejak Nata hadir, ia merasa jika Nara semakin jauh dari jangkauannya. Karena gadis itu lebih sering membela Nata daripada dirinya. Membuatnya semakin bersikap posesif pada Nara, berharap gadis itu mengerti jika ia tak ingin kehilangannya. Sayangnya apa yang ia lakukan sia-sia. Kini gadis itu memilih pergi dan mengakhiri semuanya. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena hati, jiwa, dan pikirannya seperti mati rasa.

"Ra, kenapa kamu lakuin ini? Kenapa kamu tega Ra mutusin aku dan permaluin aku di depan semua orang? Aku sayang Ra sama kamu, aku nggak mau kehilangan kamu, tapi kenapa kamu pergi?" ujar Ravin yang kini sedang duduk di sebuah kursi panjang yang berada di taman sekolah sambil tertunduk lesu. "Aku harus gimana Ra biar kamu bisa balik lagi sama aku dan mulai semuanya lagi dari awal? Please Ra kasih tahu aku, aku harus gimana?"

-Nara&Nata-

Brum brum brum

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang