Part 35 - Dear Ravin

123 4 0
                                    

Jangan menangis saat Tuhan mengambil orang yang kamu sayangi.
Tapi kirimlah dia doa, karena itu yang dia butuhkan di alam sana.
-Nara&Nata-

Tanpa terasa, waktu berlalu. Hari ini tepat dimana satu bulan setelah berita kecelakaan Ravin Narendra menggegerkan seantero sekolah. Siapapun tak ada yang menyangka jika kepergian Ravin Narendra ke Singapura dua bulan lalu untuk mengikuti kegiatan pertemuan pelajar se-Asia Tenggara, justru malah jadi penghantar Ravin menuju kematian. Meski hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai jasad Ravin, namun mereka terus berharap jika jasad Ravin bisa segera ditemukan secepatnya.

Dan hari ini, semua siswa-siswi serta para guru SMA 25 Jakarta berkumpul di lapangan upacara untuk menggelar doa bersama. Diantara ratusan siswa-siswi serta puluhan guru di SMA 25 Jakarta tersebut, Nara lah yang paling rapuh. Entah kenapa hari ini ia mendadak merindukan mantan kekasihnya itu. Hingga tanpa sadar, air mata Nara kembali menetes membasahi pipinya.

Nata yang memang berdiri di sebelah kanan Nara seketika menoleh saat ia mendengar suara tangisan seseorang. Begitu ia tahu jika yang menangis itu adalah Nara, Nata langsung merengkuh Nara ke dalam pelukannya. Nata mengerti dengan apa yang Nara rasakan. Dia pasti kembali merindukan Ravin, dan kembali dihantui rasa penyesalan yang takkan mungkin bisa dia perbaiki. "Ra, udah jangan nangis! Bukan cuma lo doang yang sedih, gue sama semua orang yang ada di lapangan ini juga sedih, Ra. Tapi lo harus kuat, lo nggak boleh kayak gini terus. Lo inget kan pesan terakhir Ravin?"

Tangisan Nara seketika terhenti setelah mendengar ucapan Nata. Ia langsung melepaskan diri dari pelukan Nata dan menghapus air mata di pipinya. Ia pun kembali ikut berdoa bersama yang lain, setelah terhenti sejenak karena tangisannya.

Selesai berdoa, semua siswa-siswi diminta oleh kepsek untuk kembali ke kelas masing-masing, membuat semua siswa-siswi mulai berhamburan meninggalkan lapangan.

Selama perjalanan menuju kelas, Nara yang ditemani oleh Nata, Dinda, dan Ferdi, hanya diam. Seolah hanya ia sendiri yang berada di tempat ini. Meski sudah berusaha kuat, namun Nara tetaplah seorang gadis biasa yang sewaktu-waktu juga bisa rapuh. Ia hanya mengikuti langkah kakinya dengan pandangan kosong, yang perlaha membuat air mata yang sempat terhenti mengalir kembali.

Nata yang awalnya diam kini sudah tak bisa lagi tinggal diam. Ia tak mau Nara rapuh kembali seperti satu bulan lalu. Memang bukan hal yang sulit bagi Nata untuk membuat Nara kembali tersenyum, tapi ia tetap merasa hancur saat melihat Nara sehancur ini. Ia menoleh pada Ferdi dan Dinda yang berjalan di belakangnya dan Nara, "Gue sama Nara ijin bolos yah. Soalnya Nara nggak mungkin ikut jam pelajaran dengan kondisi seperti ini. Gue usahain saat pergantian jam pelajaran nanti, gue sama Nara udah balik ke kelas." Setelah mendapat anggukan dari Ferdi dan Dinda, Nata langsung menarik tangan Nara dan membawanya ke rooftop.

Nara tetap diam dengan pandangan yang kosong. Bahkan ia sama sekali belum menyadari jika saat ini ia berada di rooftop sendirian. Karena

Nata memutuskan untuk meninggalkan Nara sendirian di rooftop karena ada sesuatu yang harus ia beli. Meski Nata akui, ia sedikit cemas jika meninggalkan gadis itu sendirian dalam kondisi rapuh seperti sekarang. Bagaimana jika secara tak sadar, Nara melangkah perlahan dan akhirnya jatuh dari rooftop? Namun Nata buru-buru menepis hal itu dan bergegas kembali setelah ia mendapatkan sesuatu yang ia butuhkan.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang