Part 2 - Curhatan Nara

359 7 0
                                    

Menunggu memang membosankan.
Tapi nunggu, justru ngajarin kita buat sabar.
-Nata-

Jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan Nara sudah menunjukan pukul 14.15 WIB. Itu artinya, lima belas menit sudah Nara menunggu Nata di depan gerbang. "Tuh anak mana sih?" tanya Nara sambil mengedarkan pandangannya.

Tak berlangsung lama, muncul sebuah motor sport yang kemudian berhenti tepat di hadapan Nara. "Sengaja yah lo biarin gue nunggu lama?" Dikira gue nggak bosen apa?"

"Menunggu itu emang ngebosenin Ra, tapi nunggu justru bisa ngajarin kita supaya bisa lebih sabar. Jadi, tipikal cewek galak kayak lo harus dibiasain nunggu, biar nggak marah-marah terus," cerocos Nata dengan santai, setelah melepaskan helmnya.

"Serah lo deh, gue lagi nggak mood buat berantem sama lo." Nara langsung mengambil helm yang ada di jok belakang motor Nata dan langsung memakainya. "Pulang sekarang, ayo!" pinta Nara setelah menaiki jok belakang motor Nata.

"Sabar kali Ra," respon Nata sambil memakai kembali helmnya. Setelah itu, ia langsung menstater motornya, "Pegangan!"

"Iya bawel," celetuk Nara sambil melingkarkan tangannya di perut Nata.

Brum.

Nata langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota yang lumayan ramai. Selama perjalanan, Nara terus terdiam. Ia masih memikirkan tentang hubungannya dengan Ravin. Apalagi sejak pertengkarannya dengan laki-laki itu tadi pagi, Ravin sama sekali tak ada niatan untuk meminta maaf. "Cowok tuh emang gitu yah, dia yang salah tapi dia nggak mau ngakuin kesalahannya," gerutu Nara tanpa sadar yang tentu saja dapat didengar oleh Nata.

"Lo kenapa sih Ra, berantem sama cowok lo yang muka tembok itu?" tanya Nata sambil menoleh sekilas ke belakang.

"Sembarangan aja lo ngatain cowok gue muka tembok," omel Nara yang tak terima dengan ucapan Nata.

"Oke, gue nggak akan bilang cowok lo muka tembok, tapi serigala."

"Nata, ih!" Nara mendengus kesal karena Nata sejak tadi meledek Ravin. Ia memang kesal dengan Ravin, tapi bukan berarti ia diam saja saat laki-laki yang dicintainya dihina oleh seorang Adinata Pratama.

Tak ingin menerima perlakuan buas Nara saat sedang mengendarai motor, Nata pun memilih untuk kembali ke topik pembicaraan. Bahaya jika sampai ia mendapat amukan Nara, bisa-bisa ia dan Nara akan kecelakaan. "Ya udah sorry, sekarang lo jawab pertanyaan gue tadi!"

Nara pun menghembuskan napas kasar dan merespon ucapan Nata sambil membenarkan tali tasnya, "Iya."

"Berantem kenapa sih Ra?"

"Panjang ceritanya Nat, dan gue butuh banget saran dari lo."

"Kalau gitu kita ngobrolnya di cafe aja yuk biar lebih enak!" Nata pun langsung melajukan motornya lebih cepat lagi menuju sebuah cafe yang tak jauh dari kompleks perumahan mereka.

Kini keduanya sedang duduk berhadapan di salah satu meja yang berada di depan cafe, agar tetap bisa menikmati angin segar serta lalu lalang kendaraan di dekat mereka.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang