Part 20 - Ulangan

128 2 0
                                    

Ulangan mendadak adalah satu hal yang paling menakutkan bagi anak sekolah. Karena ketika ulangan diadakan dadakan, mereka belum mempersiapkan diri untuk mempelajari materi yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Boro-boro belajar setiap malam, belajar saat akan menghadapi ulangan semester pun selalu dilakukan dengan SKS--Sistem Kebut Semalam. Begitupun dengan kelas XI MIPA 4 yang tiba-tiba mendapat pengumuman jika hari ini akan dilakukan ulangan. Jika saja pelajaran yang dijadikan ulangan dadakan merupakan pelajaran yang bisa dipelajari dengan hafalan, sekalipun tak bisa mereka akan mengarang indah. Tapi masalahnya, yang diulangankan adalah pelajaran matematika, yang merupakan musuh bagi semua anak sekolah. Jika tak hafal rumus, siap-siap saja harus remidi.

"Sekarang, masukan buku catatan kalian ke dalam tas. Diatas meja hanya boleh ada alat tulis dan dan dua kertas untuk jawaban serta oret-oretan. Jika saya melihat ada buku diatas meja kalian, siap-siap saja nilai kalian nol." Ucapan dar Pak Atik yang tegas dan menusuk itu, membuat semua siswa-siswi pasrah dan mengikuti perintahnya. Nyaris semua siswa-siswi di kelas XI MIPA 4 merasakan ketegangan yang luar biasa. Ada beberapa dari mereka yang terus menggigiti bibir bawah mereka, menghentak-hentakan kaki,bahkan berdoa dalam hati dengan mata terpejam--berharap keajaiban menghampiri mereka agar bisa mengerjakan soal dengan baik dan lancar. Tapi hal itu tak berlaku bagi Nata. Laki-laki itu terlihat begitu tenang. Bahkan tak sedikitpun ia menunjukan ekspresi tegang diwajahnya.

Setelah dirasa semua siswa-siswi menuruti perintahnya, Pak Atik langsung membagikan soal ulangan kepada setiap siswa-siswi. Dimana soal ulamgan antar teman sebangku berbeda, namun tetap denganmodel soal yang sama.

Setelah mendapat soal dari Pak Atik, Nata pun langsung mengerjakan soal ulangan dengan semangat. Baginya matematika itu sama seperti games online yang sering ia mainkan dimonselnya. Dimana dalam setiap levelnya selalu ada rintangan dan masalah yang harus dipecahkan untuk mencapai garis finish.

Ini gue ngerjainnya gimana? Nggak ada satupun yang gue ngerti. Siap-siap aja deh, dapet telor mata sapi, batin Nara sambil membaca setiap soal di depannya.

"Silahkan kerjakan, waktunya hanya 30 menit. Tidak boleh ada yang mencontek dan tidak boleh berdiskusi. Jika ada yang melanggar, akan saya robek lembar jawaban kalian!" ujar Pak Atik sambil mondar-mandir di depan papan tulis dengan sepasang mata mengawasi satu persatu siswa-siswi di depannya.

Beberapa siswa-siswi termasuk Nara hanya bisa pasrah dan menghembuskan nafas kasar. Karena jika mereka diberi waktu tiga puluh menit untuk mengerjakan soal, berarti satu soal harus dikerjakan dalam waktu tiga menit. Sementara bagi Nara, waktu tiga menit bahkan tiga puluh menit untuk mengerjakan satu soal sangat tidak cukup. Sekali lagi, tak ada satupun soal yang bisa ia kerjakan.

Tanpa terasa, enammenit berlalu. Nata sudah mengerjakan lebih dari setengah jumlah soal dihadapannya. Membuatnya bisa lebih santai dalam mengerjakan soal. Ia pun melirik Ferdi tanpa sepengetahuan Pak Atik. Sahabat di sebelahnya itu terlihat sangat frustasi mengerjakan soal. Bahkan ia sesekali terkekeh pelan saat Ferdi mengerenyitkan dahi dan mengerucutkan bibir secara tiba-tiba. Nata bisa nebak, sahabatnya itu pasti tak pernah belajar. Sehingga soal yang menurutnya begitu mudah, tidak bisa Ferdi kerjakan.

Ternyata ngerjain soal matematika lebih susah daripada nembak cewek, gumam Ferdi dalam hati sambil terus mengerjakan soal sebisanya.

Saat Nata merasa jika Ferdi akan menoleh ke arahnya, Nata pun kembali mengerjakan soal dihadapannya dengan cepat hingga akhirnya sepuluh soal telah ia jawab semuanya. Membuat Nata langsung menghembuskan nafas dan mengangkat tangan kanannya.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang