Part 7 - Pembalasan Nara

180 5 0
                                    

Nggak papa nyebelin, yang penting gue nggak nyeremin kayak cowok lo.
-Nata-

"Jadi, dalam masa pemerintahannya, seorang Presiden dan Wakil Presiden...bla,bla,bla."

Materi yang sedang dijelaskan oleh Pak Anwar itu sama sekali tak diperdulikan oleh Nata. Saat ini ia sedang sibuk menjahili Nara dengan melempar kertas kecil yang sudah ia remas, hingga membentuk bulatan sebesar kedelai.

Sementara Nara yang menjadi korban kejahilan Nata, mencoba untuk tidak memperdulikan laki-laki itu dan memilih mendengar penjelasan Pak Anwar yang sedang membahas tentang 'Sistem Pemerintahan di Indonesia'. Meski PPKn merupakan salah satu pelajaran yang membosankan, namun Nara sebisa mungkin untuk mencerna dan mencatat kalimat penting yang diucapkan Pak Anwar. Tapi pada akhirnya, usaha yang ia lakukan sia-sia. Perbuatan Nata benar-benar membuatnya tak bisa fokus. "Lo bisa diem nggak sih?" desis Nara sambil menoleh sekilas ke belakang. Ia benar-benar sudah jengah diusili Nata.

Melihat ekspresi Nara yang mulai emosi, Nata pun tersenyum miring. Usahanya untuk membuat gadis itu kesal memang tak pernah gagal. Dan untuk menambah kekesalan gadis itu, Nata pun menaburi puncak kepala Nara dengan sisa kertas yang ia sobek hingga menjadi lebih kecil lagi. Dalam hati ia yakin jika gadis dihadapannya tak lama lagi akan mengamuk. Tinggal hutung saja sampai tiga.

Satu...

Dua...

Ti--

"LO BISA NGGAK SIH NGGAK BIKIN RUSUH?!" sentak Nara yang membuat siswa-siswi lain serta Pak Anwar menatap ke arahnya.

Sementara Nata yang menjadi tersangka, justru bersikap seperti orang yang sedang bemikir dan kemudian menuliskan sesuatu di bukunya. Hal tersebut ia lakukan agar tak mendapat amukan dari Pak Anwar.

"KINARA LARASATI. KELUAR SEKARANG!" Kalimat yang keluar dari mulut Pak Anwar tak mungkin ia bantah, karena beliau merupakan guru terkiller di sekolah. Jadi daripada ia malah mendapat hukuman lain, Nara lebih memilih keluar dari kelas detik ini juga.

Melihat Nara yang berjalan keluar, Nata langsung tersenyum sinis dan bersorak dalam hati, Akhirnya dia diusir lagi dari kelas.

"Parah lo Nat," bisik Ferdi di telinga Nata dan kemudian terkekeh. Teman sebangkunya itu memang terlampau jahat dan jahil pada Nara. Dan sepertinya ... Nata termasuk tipikal orang yang akan melakukan apa saja untuk membuat Nara kesal. Jadi bukan tidak mungkin jika sewaktu-waktu Nata juga bisa mendorong Nara dari Rooftop, untuk memancing emosi gadis itu. Yang tentunya, Nata akan berpikir jika itu adalah bentuk kejahilannya. Itulah yang ada dipikiran Ferdi tentang teman sebangkunya.

"Yang penting gue puas," respon Nata dengan suara pelan dan hanya dapat di dengar oleh Ferdi.

Sementara Nara yang baru saja keluar dari kelas, langsung menghentak-hentakan kedua kakinya sambil memekik kesal, "Ish." Rasanya ia ingin membunuh laki-laki itu dan memutilasinya, agar hidup Nara bisa kembali tenang seperti sedia kala. Namun, ia masih waras. Daripada harus dipenjara karena tindakan konyolnya itu, Nara lebih memilih untuk memikirkan rencana lain. Setidaknya yang bisa membuat Nata bernasib sama dengannya. Dan tak perlu berpikir lama, sebuah ide jahil muncul di otaknya. Ia pun langsung merogoh ponsel yang ada di saku kemeja putihnya dan langsung mengirim chat pada Nata.

KinaraLarasati
P

KinaraLarasati
P

KinaraLarasati
P

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang