Part 30 - Nata Sialan

107 3 0
                                    

Setiap hari selasa sore, lapangan basket outdoor SMA 25  selalu ramai oleh siswi-siswi yang ingin melihat tim basket sekolahnya yang sedang melakukan latihan. Dari banyaknya siswi-siswi yang ada di sisi lapangan, pandangan Nata hanya fokus pada Nara yang terus memberinya semangat dan tepuk tangan. Tak sedikitpun Nata melihat jika Nara sedang kelelahan. Bahkan sepertinya gadis itu sama sekali tak perduli dengan panasnya matahari sore ini yang masih begitu menyengat.

Setelah latihannya selesai, Nata langsung mengambil tasnya yang berada di sebuah kursi panjang di pojok lapangan yang bertumpukan dengan tas teman-temannya. Setelah menyampirkan tas di bahu kanannya, Nata langsung berjalan cepat mendekati Nara yang kini sedang tersenyum padanya. Membuat Nata langsung refleks membalas senyuman gadis itu.

"Nih minum!" Nara menyodorkan sebotol air mineral dingin yang sempat dibelinya pada Nata yang kini sudah berdiri beberapa senti di depannya.

Dengan senang hati Nata menerima air mineral pemberian Nara dan menegukknya sampai habis tak tersisa. Setelah itu Nata langsung melempar botol kosong yang ada di tanganny pada tong sampah yang berada di sisi lain lapangan, dan ... hap, botol tersebut masuk ke dalam tong sampah.

Melihat Nata yang kini sedang menyeka keringat yang terus menetes di dahi, membuat Nara langsung mengulurkan tangannya dan ikut menyeka keringat di dahi sahabatnya itu dengan lembut. Meski ia yakin akan menjadi pusat perhatian siswi-siswi lain, Nara sama sekali tak perduli. Ia terus fokus menyeka keringat di dahi, pelipis, dan di dekat telinga Nata.

Selama beberapa saat, keduanya terdiam dan saling memandang satu sama lain. Seolah di tempat tersebut hanya ada mereka berdua. Namun sedetik kemudian, keduanya langsung gelagapan saat tiba-tiba Ferdi bersiul dengan keras.

"Bisa nggak kalau mau mesra-mesraan nggak usah di tempat umum? Kasian para jomblo pada ngiri sama lo berdua," ledek Ferdi yang kini sudah berdiri di sebelah Nata. Membuat kedua sahabatnya itu langsung mendelik.

"Termasuk lo," balas Nara dan Nata serentak.

Ferdi seketika terkekeh melihat kekompakan dua sahabatnya ini. Seminggu belakangan ini, Nara dan Nata terlihat semakin dekat. Membuat Ferdi berpikir jika yang keduanya saling menyukai, sehingga ia tak perlu lagi menjaga jarak dari Nata karena takut jika teman sebangkunya itu menikungnya. "Bodo. Daripada disini gue jadi obat nyamuk, mending gue balik deh. Bye!" Ia menepuk bahu Nara dan Nata secara bergantian sebelum akhirnya melangkah pergi.

Saat Nara memperhatikan sekelilingnya, ia baru menyadari jika siswi-siswi lain yang tadi ikit menonton bersamanya sudah pulang. Sehingga hanya ia dan Nata yang kini ada di lapangan.

"Mau langsung pulang?" tanya Nata yang membuat Nara kembali menatap ke arahnya.

Nara pun tersenyum sambil mengangguk. Sejak hubungannya dan Nata semakin dekat, laki-laki itu selalu mengajaknya untuk berangkat dan pulang bersama. Katanya sih, biar irit bensin. Hal itu tentu saja membuat Nara dengan senang hati menerima ajakan Nata.

Langkah kaki keduanya yang menggema,memecah keheningan dikoridor sore ini. Sekolah sudah sepi. Sepertinya hanya ada mereka berdua disini. Sehingga keduanya bisa melakukan apapun dengan leluasa tanpa takut mengganggu orang lain.

"Kalau dipikir-pikir, belakangan ini kita berdua jadi aneh yah Nat?"

Nata refleks menoleh dengan dahi berkerut mendengar penuturan Nara, "Aneh?"

Nara mengangguk antusias sebagai jawaban sebelum akhirnya ia kembali menatap lurus ke depan. "Dulu ... sedekat apapun kita, pasti selalu berantem. Sekarang kita benar-benar bisa deket tanpa harus ada cek-cok. Gue inget, prinsip lo dulu 'tiada hari tanpa menjahili Nara' dan hal itu yang selalu bikin gue nggak tenang. Tapi sekarang, prinsip lo berubah.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang