Part 41 - Cerita Dinda

126 4 0
                                    

Seseorang ditakdirkan hadir dalam hidup kita, pasti ada alasannya.
Dan alasan itu akan terjawab seiring dengan berjalannya waktu.
-Nara&Nata-

Bagaimana rasanya saat seseorang yang kalian cintai memeluk orang yang dia cintai di depan kalian? Tentu saja sakit bukan? Itulah yang Nata rasakan sekarang. Hatinya yang sudah hancur kini semakin hancur, seperti butiran pasir yang bisa kapan saja terhempas karena tiupan angin. Tapi Nata tak boleh menunjukan rasa sakitnya. Ia harus terlihat kuat, ia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan semua orang.

"GOOD MORNING!" teriak Dinda tiba-tiba yang baru saja masuk ke kelas. Membuat Nata refleks menghembuskan napas, dan Ravin serta Nara mengurai pelukan mereka. Sementara siswa-siswi lain langsung menutup telinga masing-masing, agar gendang telingamereka tidak pecah.

"Heh, lo bisa nggak hilangin kebiasaan lo yang satu itu?" omel Hendra sambil menatap tajam pada Dinda.

Dinda yang masih berdiri di ambang pintu tentu saja tak terima diomeli seperti itu oleh Hendra. "Suka-suka gue. Jangan ngelanggar HAD!" ujar Dinda yang kemudian berjalan menuju bangkunya. Wajah kesalnya seketika berubah terkejut saat melihat Ravin duduk di sebelah Nara.

"Mukanya nggak usah kaget gitu. Dia emang beneran Ravin," ucap Nata dengan santainya.

"Terus lo kok pindah sih tempat duduknya?" tanya Dinda yang kini berdiri di sisi Ravin.

"Nggak papa, pengen balik lagi ke masa dulu aja," jawab Nata yang langsung diangguki Dinda. "By the way, gue perhatiin lo bahagia banget hari ini? Kenapa? Abis dapet hadiah seratus juta karena abis ikut acara kuis di tv?"

Pertanyaan yang di dengarnya membuat Dinda refleks menepuk jidatnya. Ia jadi lupa dengan apa yang sudah ia tunggu sejak kemarin untuk bercerita pada Nata. Melihat laki-laki bermanik cokelat dihadapannya mengerutkan dahi, Dindapun mulai berbicara. "Gue mau ngomong sama lo, penting. Tapi gue nggak mau kita ngomong disini!" Dinda langsung melempar tasnya ke hadapan Ravin dan menarik tangan Nata untuk keluar dari kelas.

Nara dan Ferdi yang melihat hal itu kembali mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat keduanya melihat Nata dan Dinda berbicara serius. Meski Nata sudah memberi jawaban, namun keduanya tetap merasa ada yang ganjal diantara mereka berdua, yang pada hari ini pasti akan berbicara lebih serius lagi dari sebelumnya.

Sementara Ravin yang sama sekali tak mengerti dengan apa yang terjadi, hanya melirik Nara dan Ferdi secara bergantian. Sepertinya selama ia pergi ada banyak hal yang terjadi. Sehingga semuanya jadi serumit ini.

-Nara&Nata-

Semilir angin yang berembus yang menerpa wajah keduanya, sama sekali tak mereka hiraukan. Karena menurut Nata dan Dinda, ada hal yang lebih penting dari itu.

"Lo ngapain ngajak gue kesini?" tanya Nata yang kini duduk bersebelahan dengan Dinda di kursi taman.

"Sekarang gue tahu Nat, kalau ternyata Ferdi adalah orang yang selama ini gue tunggu," jawab Dinda dengan pandangan menerawang masa lalu. Perlahan,ia mulai menceritakan semuanya pada Nata, tanpa ada satupun yang ia tutupi.

NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang