"BEAMMMM....." Teriakan Arthit mengelegar sambil melempar sendalnya ke arah beam yang lari terbirit-birit meninggalkan rumah.
"AWAS KAU ANAK NAKAL..." Arthit bernafas kembang kempis habis main lari-larian mengejar Beam. Beam melihat Arthit yang hampir kehabisan nafas melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Ini Phi silakan di minum." Kit memberikan botol air minumnya kepada Arthit dan Wayo menepuk-nepuk punggung Arthit agar kakaknya ini merasa lebih baik.
"Thanks." Tanpa basa basi Arthit langsung meneguk habis air di dalam botol minuman itu. " Sudah kalian ke sekolah saja sana." Kit dan Wayo pun mengangguk dan meninggalkan Arthit setelah memastikan kakaknya sudah baikan.
Gun masuk ke dalam toko roti "Three piggies" yang dikelola Arthit.
"Apa lagi yang dilakukan Beam pagi ini ?" Tanya Gun yang sudah hapal drama pagi terulang terus bagai kaset kusut.
"Kau tahu, pagi-pagi tokoku didatangi tiga gadis yang mengaku pacarnya Beam dan mereka ribut di depan tokoku. Udah tokoku sepi pengunjung, malah dijadikan tempat adu jambak para gadis itu."
"Hahaha.... Beam memang playboy."
"Kau bisa tertawa karena ia bukan adikmu. Aku sungguh pusing dibuatnya."
"Sudahlah, biar ia menikmati masa mudanya."
"Hey... masa muda tak harus ada wanita. Ia harus belajar sungguh-sungguh, jangan jadi seperti aku ini. Hanya seorang yang mengelola toko butut ini."
"P... setiap orang ada jalannya, kau tak bisa memaksakan kehendakmu."
"Aku tahu... tapi tetap saja aku tak ingin dia menjadi sepertiku. Dan yang pasti tak akan kubiarkan ada Alpha yang menganggunya."
Gun angkat tangan menyerah, Arthit susah dinasehati kalau sudah keras kepala seperti ini.
***
"Stop berkencan Beam." Kata Kit seraya menjitak kepala Beam, pagi-pagi sudah melakukan olahraga kejar-kejaran.
"Auchhh sakit Kitkat..." Beam menatap garang keadiknya yang lahir beda 1 menit dengannya ini. "Heyy aku melakukan ini demi kebaikan kita bersama."
"Kebaikan apanya?" Balas Kit lebih garang.
"Wayo siapa yang membelikanmu 1 box ice cream?"
"Tentu saja Beam." Jawab Wayo yang duduk di samping Beam.
"Siapa yang membeli sampho, sabun mandi serta peralatan gosok gigi tiap bulannya."
"Beam" Jawab Wayo sekali lagi yang membuat Kit mendelik kearahnya.
"Siapa yang membuat kita irit uang saku makan siang hasil makan bekal pemberian dari para gadis itu?"
"Beammm...." Jawab Wayo semangat apalagi kalau sudah menyangkut makanan enak.
"Tuh dengar Kit, aku melakukan ini demi kebaikan kita bersama." Kit memutar bola matanya jengah, malas meladenin adu debat dengan Beam karena Beam pasti punya seribu satu alasan yang tak masuk akal.
Bel sudah berbunyi, tiga bersaudara itu kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Pelajaran yang membosankan berputar satu persatu, hampir semua siswa menatap jam dinding berharap waktu cepat berlalu.
"Kit, Beam ayo kita pulang." Ajak Wayo.
"Aku harus mampir ke supermarket dulu, membeli makanan untuk makan malam kita." Jelas Kit, sudah tugasnya yang bertanggung jawab membeli kebutuhan dapur mereka. Kit seorang yang penuh perhitungan, sepeser pun tak pernah lepas dari matanya.
"Baiklah akan kami temani." Kata Beam merangkul dua adiknya untuk pulang.
Mereka masuk kedalam supermarket yang lumayan besar, dan Beam merasa beruntung bahwa penjaga kasirnya itu adalah seorang gadis.
Kit memilih-milih bahan makanan yang merupakan keahliananya dari tepung terigu, bawang, kentang, wortel, tomat dan terutama daging sapi 500gram.
Kit mengeluarkan barang dari trolly belanjanya dan membiarkan sang kasir melakukan pekerjaanya yaitu menscan barang dan menghitung total belanja.
"Semuanya 550 baht." Kata sang kasir.
"Phi begini, kami ini mau merayakan ulang tahun kakak kami. Apa Phi bisa memberi diskon? Ini semua kami beli dengan uang saku kami." Beam melancarkan jurusnya merayu sang kasir agar diberikan diskon karyawan sebesar 20%. Darimana Beam tahu? Sudahlah kalian tak usah pusing, itu keahlian si Beam.
"Maaf tak bisa." Kata Kasir itu tegas.
Beam menyenggol wayo untuk menemaninya berakting. Wayo yang sudah tahu kode dari Beam langsung beraksi.
"Hua....hua.... Phi tak bisa makan daging padahal ini ulang tahunnya hua...." tangisan Wayo cukup keras membuat banyak orang yang memperhatikannya.
"Kami sudah menabung tapi masih belum cukup.... hua....." Wayo membuat cerita sesedih dan sedramatis mungkin. (Author : Hello kalian anak kelas SMA loh, bukan anak Tk ).
"Hey berikan saja diskonnya, kau tega sekali." Serbu ibu-ibu yang mengantri di belakang mereka.
"Iya, mereka anak baik demi merayakan ulang tahun kakaknya." Kata bapak yang di belakang ibu pertama.
"Begini saja Nong, belanjaan kalian akan aku yang bayarin, dan lagi ini saya tambahkan dagingnya 1 kg untuk kalian." Bapak itu segera menyerahkan kartu kreditnya kepada kasir yang memasang muka jengahnya. Bukannya kasir itu tak kasihan, hanya saja mereka melakukan drama ini berulang kali sampai rasa kasihan pun sudah lenyap entah kemana. Dan alasannya selalu sama 'kakaknya ulang tahun'. Berapa kali dalam setahun kakak mereka itu ulang tahun. Andai mereka semua tahu sudah dibohongin 3 anak babi ini.
Beam dan wayo berjalan gembira setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak yang sudah membayari belanjaan mereka, hanya Kit yang berjalan sambil menunduk karena malu.
"Hei Kit, sudah jangan malu. Tak apa kita menipu mereka sedikit. Buktinya persediaan makan kita aman selama 3 minggu." Kata Beam membujuk Kit, karena Beam tahu Kit ini terlalu lurus.
"Benar Kit, uang belanja dan uang saku kita bisa kita simpan. Kita harus membelikan P'Arthit kalung Anti-bite sebelum Alpha busuk itu kembali." Ucap Wayo mengingatkan walau kadang Wayo berkata tak jelas dan sembarangan tapi kali ini ucapannya benar. Semua ini demi P'Arthit.
Kit mengangguk tersenyum akan kerja keras saudaranya, ya kalau bisa dibilang itu sebagai kerja keras. Tapi yang paling penting, ini semua demi P'Arthit. Kakak kesayangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Alpha & Omega
FanfictionNot description. Just read The story is mine but the character belong to Author Sotus ( Bittersweet ) & 2 moons ( Chiffoncake ) The highest rank # 47 in fantasy Thanks, Lazy Writer