Chapter 51 ( Bahasa )

3.7K 466 85
                                    

Cerita ini akan menuju endingnya dalam beberapa chapter lagi. Terima kasih bagi pembaca yang sudah ikutin cerita ini dari awal.

Thanks a lot and i love you all so much 😗😗😗.

Upacara kelulusan sedang berlangsung, Arthit ditemani oleh suaminya Kongpop memandang panggung kelulusan dengan terharu dan penuh kebanggaan. Akhirnya tiga adiknya telah lulus senior high school. Walau banyak cobaan selama mereka bersekolah, toh akhirnya mereka berhasil lulus juga.

Kit meraih peringkat ke 3 terbaik dari seluruh siswa, Beam meraih peringkat diatas rata-rata sedangkan Wayo meraih peringkat mendekati rata-rata, walau nilai Wayo sedikit rendah tapi tak apa yang penting dia lulus sekolah.

Arthit menangis memeluk ketiga adiknya, akhirnya perjuangan dia selama ini tidak sia-sia. Para adiknya sudah beranjak dewasa.

"P... jangan menangis..." kata Beam sambil menghapus jejak air mata di pipi Arthit.

"Benar, P harusnya bahagia bukan menangis. Piagam ini kupersembahkan untuk P'Arthit karena P'Arthit adalah orang yang paling berjasa untuk kami." Arthit semakin terharu mendengar perkataan dari Kit.

"P... jangan nangis terus, nanti babynya ikutan nangis hua.... hua...... tuh kan aku jadi ikut nangis hua.... hua..." ini si Wayo kenapa ikut-ikutan nangis ya.

"Kenapa kau ikutan menangis ?" Tanya Kit heran.

"Pasti bukan karena terharu ?" Kata Beam yang tahu betul sifat Wayo.

"Hikk... akhirnya hik... Wayo tak perlu belajar lagi hikkk...." perkataan Wayo yang berhasil mendapat jitakan dari Arthit.

"Dasar bocah nakal." Airmata sudah tergantikan dengan tawa bahagia.

***

Arthit duduk di samping suaminya, kebiasaan Arthit setelah hamil adalah bermanja-manja dengan suaminya sebelum tidur.

"Kong...." panggil Arthit super manja.

"Ehmm..." Kongpop masih sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

"Kalau mereka semua pergi, pasti aku akan kesepian..." Curhat Arthit. Pertengkaran 3 bocah itu udah menjadi makanan Arthit setiap harinya. Kongpop menutup laptopnya dan memberi perhatian lebih kepada istrinya.

"Arthit kan masih punya Kong, lagipula mereka sudah dewasa. Sudah 18 tahun. Dan mate mereka yang akan menjaga mereka kelak."

"Tapi... tapi... bagiku mereka masih kecil, masih sama saat aku merawat mereka pertama kalinya setelah orang tua kami meninggal. Kau tahu Kit tak bisa tidur kalau bukan dengan bantal kesayangannya, Beam hanya mau makan ayam, tak mau daging yang lain dan Wayo selalu bersembunyi di bawah meja." Kenang Arthit, orang tua mereka meninggal karena kecelakaan, dan waktu itu Arthit masih junior high school. Arthit harus merelakan waktu bermainnya demi mengurus ketiga adiknya yang masih berumur 6 tahun.

"Arthit... bukannya nanti ada si baby yang akan menemani hari-harimu. Jika kau kesepian, aku tak keberatan untuk punya banyak anak. Berapapun aku sanggup."

BUG... Arthit menyikut perut Kongpop dan Kongpop merintih kesakitan.

"Aku sedang cerita serius, kau malah mesum."

"Aku juga serius Arthit... pikiran Arthit saja yang mesum." Bela Kongpop.

"Mau aku lempar pakai sendal ?" Ancam Arthit dan Kongpop mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Kong, jangan tinggalkan Arthit ya.." kata Arthit memeluk Kongpop dan menyandarkan kepalanya di bahu Kongpop, tempat paling aman di dunia menurut Arthit.

"Kharp... Kong janji tak akan meninggalkan Arthit. Kita akan bahagia sampai tua." Kongpop mengecup sayang kepala Arthit, istrinya yang tercinta.

***

"Ming....." Teriak Wayo yang masuk tanpa permisi.

"Apa ?" Jawab Ming malas, sejak insiden pengkhianatan Wayo, Ming masih sebal terhadap Wayo. Untungnya Kit memeluknya semalaman, kalau tidak Ming akan buat perhitungan balas dendam ke Wayo.

"Masih marah ? Aku kan tak sengaja Ming..." Rayu Wayo yang menaruh dagunya di telapak tangan di hadapan Ming.

"Kau... hah...." Ming menghela nafas, percuma juga bertengkar dengan bocah satu ini. " Apa maumu ?" Tanya Ming langsung ke pointnya, karena biasanya jika Wayo mencari Ming pasti ada maunya.

"Hehehe... kamu memang sahabat sejati, tahu apa yang aku mau."

"Langsung ke intinya Yo..."

"Ming, Wayo minta hadiah kelulusan."

"Apa ? Aku tak salah dengar ?"

"Tidak salah kok. Kan Wayo baru lulus, biasanya orang yang baru lulus itu dapat hadiah." Jelas Wayo.

"Yo.. Apa kau lupa bahwa aku juga baru lulus sekolah. Minta hadiah sama P'Phana bukan sama aku." Kata Ming kesal.

"Iss masalahnya beda Ming. Hadiah dari P'Pha untukku, hadiah dari kamu juga untukku."

"Kamu juga minta hadiah kepada yang lain kan ?" Selidik Ming.

"Tidak kok. Sungguh."

"Jangan bohong Yo..." Ming kenal betul sifat Wayo, sifat mereka berdua beda tipis, setipis kulit bawang.

Wayo mencebikkan bibirnya. " P'Arthit tidak kasih Yo hadiah, P'Kong juga takut sama P'Arthit. P'Forth katanya sudah berjanji pada Beam agar tak memberi Yo hadiah. Hanya P'Pha dan mama mertua yang kasih. Tapi masih kurang Ming...." rengek Wayo. Astaga kau mau berapa banyak hadianya Yo 🙈🙈.

"Aku tak punya uang Yo... "

"Tapi kau kan sudah jadi paus gendut. Masa tak punya uang."

"Aku ini masih belajar. B.E.L.A.J.A.R" kata Ming kesal.

"Ya sudah, aku mau minta hal yang lain itu."

"Apa itu ?" Tanya Ming dengan firasat buruk.

"Janji Ming akan bantu."

"Bantu apa Yo ?"

"Janji dulu." Kata Wayo ngotot.

"Oke. Oke. Ming janji akan bantu Wayo. Jadi Ming bantu apa ?"

"Bantu Wayo melamar P'Phana."

Uke melamar seme. Ming faceplam 🙈🙈.

6. Alpha & OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang