Chapter 6 ( Bahasa )

6.2K 680 32
                                    

"Ming..... sarapan..." teriak Kongpop pada adik satu-satunya yang malas bangun pagi. Mengingatkannya pada seseorang sewaktu sekolah dulu. Seseorang yang sangat ia rindukan tapi tak mengetahui keberadaanya sekarang.

"Ya... P..." Ming turun dengan terburu-buru dan langsung menuju ke meja makan. Ming mencuri-curi pandang kepada Kongpop sewaktu makan.

"Apa yang kau inginkan Ming ?" Tanya Kongpop yang sudah mengetahui tingkah laku adiknya ini.

"Errr... P.... bisakah Kit dan Wayo bekerja disupermarket kita ? Maksudku mereka sedang membutuhkan uang." Kata Ming berhati-hati.

"Kit dan Wayo ? Kit mate mu ?" Ming menganggukan kepala.

"Baiklah tapi dengan satu syarat. Gajinya harus sama dengan standar pekerja partime yang lain, aku tak ingin dicap sebagai orang yang pilih kasih, kau mengerti Ming ?"

"Oke." Ming mengacungkan kedua jempolnya.

"Yang paling penting : jangan menyentuh Kit."

"Whattt ????" Ming terkejut dengan syarat penting dari Kongpop, pasalnya ia udah merencanakan ini itu jika Kit sudah bekerja disana, apalagi ada Wayo yang membantunya. "Kenapa P ? Kit matenya Ming."

"Justru karena dia matemu makanya P melarang. Ming, walau ia matemu bukan berarti kau bisa berbuat semena-mena terhadapnya hanya kau adalah seorang Alpha dan Kit adalah seorang Omega. Mereka juga punya hak atas diri mereka Ming. P tak mau kalau kau jadi Alpha-Alpha berengsek seperti kebanyakan Alpha diluar sana yang memaksakan kehendaknya pada Omega hanya karena mereka seorang Alpha. Kit punya hak untuk menerimamu sebagai matenya atau tidak." Ming mendengarkan nasihat Kongpop dengan seksama. Kongpop benar, Ming tak mau menjadi Alpha yang brengsek seperti teman-teman sekolahnya.

"Bagaimana jika aku tertarik padanya P ? Ini hal yang wajar karena kami adalah mate atas takdir."

"Dapatkan hatinya juga Ming. Dengan begitu kau akan mendapatkan cinta dan tubuhnya sekaligus. Sekarang selesaikan makan mu. Selesai sekolah jangan lupa hukumanmu membantu di supermarket masih berlanjut atau uang jajanmu P potong."

"Baiklah P." Kata Ming yang cemberut mendengar uang jajannya akan dipotong.

***

Gun melangkah masuk ke toko roti 'three piggies', seperti biasa toko roti itu sepi pengunjung padahal roti yang dibuat P'Arthit ya lumayan enak. Apa kurang promosi ?

"P'Arthit... " teriak Gun yang tidak melihat Arthit didalam tokonya.

"P'Arthit..m" teriak Gun sekali lagi karena tak mendapatkan jawaban.

"Di dapur Gun." Gun langsung berjalan menuju dapur tempat Arthit berada.

"Wahhh P, banyak sekali stock terigumu ? Belum lagi minyak, gula, garam dan lain-lain. Apa uangmu sedang banyak ?"

"Enak saja uangku banyak." Kata Arthit sambil menjitak kepala Gun. "Jika uangku banyak, ngapain juga aku stock barang dapur banyak-banyak. Mending aku pakai untuk bayar tagihan."

"Terus, ini semua kau dapatkan darimana ?"

"Forth."

"Forth ? Siapa itu." Tanya Gun bingung karena baru mendengar nama itu.

"Penculik Beam."

"Wahh bravo bravo. Beam yang diculik tapi Beam yang mendapatkan reward. Aku juga mau kayak gitu."

"Kau jangan pernah mencontoh sikap buruk Beam. Nanti kukurung kau didalam kandang."

"Tapi kan ada untungnya P."

"GUN..." Teriak Arthit yang mengagetkan Gun. "Beam hanya beruntung kali ini. Keberuntungan itu tak selalu berpihak pada kita. Jangan memcoba hal-hal yang berbahaya. Apalagi berhubungan dengan seorang Alpha berengsek."

"I know I know." Kata Gun mengangkat tangan menyerah. Jika Arthit sudah mode marah maka susah dihentikan jika ada yang melawannya.

"Kau tahu, jangan bernasib seperti aku. Aku tak ingin kau dan adik-adikku mengalami hal itu. Cukup aku saja." Arthit mengepalkan tangannya setiap ia mengingat kejadian dimasa lalu. Kenapa ia begitu bodoh sampai terjebak oleh Alpha-Alpha berengsek itu.

"Iya P, aku tahu." Kata Gun mengerti kata-kata Arthit yang sudah ia anggap sebagai kakaknya.

Cling...Cling... lonceng pintu depan berbunyi menandakan ada pengunjung yang masuk. Gun cepat-cepat keluar dari dapur dan menuju meja kasir. Selama ini ia yang selalu membantu toko roti Arthit jika Arthit sedang sibuk didapur.

Gun melihat ada dua pria tampan yang masuk kedalam toko. Dua pria itu tinggi, proposional badannya juga bagus. Apalagi mereka mengenakan jubah dokter yang menambah ketampanan mereka.

"Kita beli berapa ?" Tanya satu pria itu kepada pria lainnya.

"Tidak tahu, kau tidak mencatat kita butuh berapa untuk meeting." Pria yang lain itu kesal mendapat pertanyaan seperti itu.

"Yang hadir berapa orang ?" Tanya pria itu lagi.

"Isss mana aku tahu Ai'Off." Kata pria yang lain itu benar-benar kesal. Ooo nama pria itu Off , kata Gun dalam hati yang masih memperhatikan mereka.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Gun memberi tahu kedua pria itu bahwa dia tahu salah satunya bernama Off.

"Oww ada cutie pai di sini. Tak dikira ada seorang cutie." Tanpa malu meluncurkan aksi genit.

"Ai'Off kamu membuatku malu." Kata pria yang tidak bernama Off it.

"Reseh kamu Ai'Phana." Kata Off terganggu oleh mode genitnya. Gun hanya melihat lucu atas interaksi mereka. "Ini cutie, kita akan ada meeting dan teman kita yang bertugas membeli snack jatuh sakit, jadi kita disuruh menggantikan dia."

"Berapa banyak orang datang?" Tanya Gun basa basi meski dia tahu orang di depannya tidak bisa menjawab.

"Kami tidak tahu."

"Mengapa tidak membeli 50 roti, jika kekurangan P dapat menelepon kami  dan kita bisa mengantarkannya." Tawar Gun memberikan solusi yang langsung disambut senyum oleh dua orang yang pintar pintar tetapi bodoh.

"Jadi, P ambil saja rotinya."

"Kamu hanya memilih cutie."

"OK." Gun mengatakan langsung mengambil nampan dan memilih berbagai jenis roti hingga 50 roti.

"Totalnya 500 bath P" Off langsung menyerahkan 1.000 baht ke Gun. Tanpa mereka sadari ada sepatu yang terbang ke arah Off dan mengenai kepalanya.

"Auchhh ... kurang ajar siapa itu." Off mengatakan mencari orang yang melempar sepatu ke arahnya. Tanpa diduga, ia akan menemui iblis jahat nomor satu.

"Kami bertemu lagi dengan Ai'Off." Kata Arthit, tersenyum sinis.

6. Alpha & OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang