Seorang pemuda ditemani oleh seorang gadis yang masih berpakaian seragam sekolah melangkah masuk tanpa gentar menuju kantor dari seorang mafia terbesar di Thailand.
Para bodyguard disana tak berani menyentuhnya karena sang gadis adalah adik kandung dari boss mereka.
"Aku ingin bertemu dengan P'Forth." Kata Neem kepada salah satu bodyguard kakaknya. Bodyguard itu mengangguk dan mengantarkan Neem dan temannya menuju ke ruangan boss nya.
"P...." Teriak Neem yang berlari memeluk Forth setelah pintu terbuka, tak peduli ada beberapa pasang mata yang memandang mereka.
"Neem ?" Kata Forth yang membalas pelukan Neem. " Kalian bisa keluar dulu." Perintah Forth kepada anak buahnya.
"Neem, tumben kau kemari ?" Kata Forth karena Neem paling malas jika dibawa ke kantornya.
"P'Beam ingin bertemu dengan P." Kata Neem tersenyum manis. Forth menoleh kearah pemuda yang berseragam sama dengan Neem.
"Beam ?? Bukannya kau menolak Neem. "Kata Forth bingung kenapa Beam menemuinya, apalagi sambil membawa Neem. Seingat Forth, Forth sudah memenuhi janjinya untuk memberikan barang-barang yang diminta Beam kala itu dan ia sudah menyuruh anak buahnya mengantarkannya pula.
"Kita duduk dulu P." Kata Neem yang melepas pelukan kakaknya dan mengajak Beam duduk disofa, diikuti oleh Forth.
"Sekarang Neem dan P'Beam berteman P." Kata Neem bersemangat. Forth hanya menganggukan kepalanya walau ia masih curiga dengan maksud Beam.
"Lalu ? Ada apa menemui P ?"
"P'Beam yang mau menemui P bukan Neem. Mana mau Neem menemui P dikantor, mending dirumah saja." Tentu saja Forth tahu kebiasaan adiknya ini.
"Jadi ada apa Beam mau menemui P ?" Tanya Forth.
"Beam butuh pekerjaan P." Kata Beam yang menatap lekat kepada ketua mafia itu. Tak ada rasa takut yang terpancar dari kedua mata Beam.
"Pekerjaan ? Kau tahu siapa aku ?" Tanya Forth memastikan maksud Beam. Beam mengangguk.
"Kenapa ? Banyak pekerjaan diluar sana untuk pemuda sepertimu."
"Gaji diluar kecil dan aku membutuhkan banyak uang."
"Untuk apa ?" Tanya Forth yang menyayangkan Beam mencari dunia gelap diusia semuda itu.
"Rahasia. Pokoknya aku membutuhkan banyak uang." Kata Beam yang malas mengumbar masalag keluarganya.
"Aku perlu tahu alasannya." Kata Forth tegas. Beam bangkit berdiri merasa Forth ikut campur masalah keluarganya. Neem yang melihat itu segera menahan tangan Beam dan mendelik marah kearah Forth.
"Baiklah." Forth menyerah kepada adiknya yang manis dan pemuda sombong itu. Beam duduk kembali.
"Apa keahlianmu ?"
"Apa saja ditugaskan, aku bisa menyelesaikannya." Jawab Beam percaya diri. Demi kakak dan adik-adiknya, Beam bisa melakukan apapun itu.
"P, jangan kasih P'Beam pekerjaan yang berbahaya atau Neem tak akan memaafkan P. P'Beam teman pertama Neem." Ancam Neem kepada kakaknya.
"Baiklah, aku tak punya asisten. Kau jadi asistenku saja, untuk tugasnya akan kuberitahukan nanti. Bagaimana ?" Tanya Forth.
"Tak masalah. Berapa gaji yang saya terima ?" Tanya Beam tanpa basa basi.
"1.000 bath per jam. Kau bisa datang kemari setelah pulang sekolah. Bagaimana kau setuju ?"
"Ok P. Tak masalah." Diotak Beam sudah dapat menghitung berapa banyak uang yang dapat ia hasilkan. Neem tersenyum melihat mereka sudah bersepakat, artinya Neem tak akan kehilangan temannya, P'Beam.
***
Kit menatap bingung kepada Kongpop yang tiba-tiba menurut Kit memberikan ia dan Wayo pekerjaan di supermarketnya.
"Jadi, kami membutuhkan dua orang untuk bersih-bersih supermarket ini sebelum tutup dan merapikan barang-barang." Kata Kongpop memberikan penjelasakan kepada Kit dan Wayo.
"Kenapa jadi bagian bersih-bersih P'Kong ?" Protes Ming. Pasalnya ia bakal menghabiskan sedikit waktu bersama dengan Kit jika seperti ini.
"Ini demi kebaikan Kit dan Wayo. Sebaiknya mereka bekerja setelah pengunjung tak ada. Karena meminimalkan resiko jika terjadi apa-apa pada mereka. Bagaimana Wayo dan Kit ?"
"Aku tak masalah P. Aku juga punya pekerjaan lain." Kata Wayo
"Ooo.. pekerjaan apa ?" Tanya Kongpop takjub atas kerja keras mereka walaupun masih dibawah umur.
"Tukang foto" Jawaban Wayo membuat Kit mendengus geli. Tukang foto atau penguntit.
"Bagus, bagus. Bagaimana dengan kau Kit ?"
"Aku membantu P'ku menjaga toko roti untuk sementara sampai aku mendapatkan pekerjaan yang lain."
"Baiklah jika kalian semua sudah setuju. Bersih-bersih supermarket tak mudah kelihataannya. Kalian bisa mulai bekerja besok jam 10 malam. Ming akan mengantar kalian seusai bekerja." Tentu saja Kongpop tak akan membiarkan kedua anak imut itu pulang sendirian. Sangat berbahaya.
"P...." Ming ingin protes tapi takut melihat wajah tegas Kongpop. "Baiklah."
"Kit, jika kau sedang heat. Kau tak usah masuk kerja. Ingat, jangan memaksakan diri."
"Baik P'Kong."
Ming, Kit dan Wayo pamit dari ruangan Kongpop.
"Kit, ada yang ingin kubicarakan dengan Wayo. Apa kau bisa menunggu dibawah ?" Tanya Ming meminta persetujuan dari Kit.
"Oke akan kutunggu dibawah." Kit segera menuruni tangga.
"Ada apa Ming ?" Tanya Wayo berbisik.
"Kesepakatan kita masih berlanjutkan ?"
"Tentu saja. "
"Kau tak membohongiku Wayo ?"
"Aiss kau curigaan sekali. Aku ini sudah menerimamu sebagai kakak iparku. Selama kau menjaga Kit, aku tak akan protes." Tentu saja ngapain aku protes, Kit sudah mendapatkan ikan paus gemuk. Ming si anak pemilik supermarket ini.
"Bantu aku mendapatkannya Wayo."
Wayo tersenyum dan membuat tanda 'OK' dengan tanganya.
***
Gun dan Arthit menuju rumah sakit tempat Off dan Phana bekerja untuk mengantar sisa roti yang menghabiskan semua stock roti di toko Arthit. Arthit merasa Off tak berubah bodohnya dari dulu. Masa untuk meeting pertemuan 500 orang, ia setuju dengan usul Gun. Bodohnya gak ketulungan.
"Permisi, bisa bertemu dengan Dokter Off , kami mengantarkan pesanannya." Tanya Gun kepada resepsionis rumah sakit.
Setelah resepsionis itu menelepon dan mengantar mereka keruang pertemuan yang cukup megah tapi masih sepi, hanya ada Off dan Phana.
"Haiii cutieee..." teriak Off menghampiri Gun dan arthit. " dan si devil..." Arthit melemparkan tatapan galak begitu juga dengan Off. Mereka merupakan musuh bebuyutan disekolahnya dulu.
"Ini pesananmu, bayar sisanya." Kata Arthit tanpa basa basi.
"Galak seperti biasanya, pantesan gak dapat pacar. Oii Ai'Phana bayar..." perintah Off. Gun tertawa tapi cuma sebentar setelah mendapat geraman dari Arthit. Phana membayar semuanya 4.500 bath.
"Ayo kita pulang Gun." Arthit menarik tangan Gun tergesa-gesa, menjauhkan Gun dari si berengsek Off. Tanpa Arthit sadari, ia menabrak seseorang yang tak mau ia temui seumur hidupnya.
"P'Tann...." kata Arthit horor dan menarik Gun untuk bersembunyi dibelakang Off.
"Hai, Arthit. I miss you."
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Alpha & Omega
FanfictionNot description. Just read The story is mine but the character belong to Author Sotus ( Bittersweet ) & 2 moons ( Chiffoncake ) The highest rank # 47 in fantasy Thanks, Lazy Writer