Chapter 13 ( Bahasa )

5.4K 641 123
                                    

Siapa Phayo shipper ? Ini adegan buat kalian fans Phayo yang udah di tunggu-tunggu. Setting waktu cerita ini adalah satu hari sebelum hari kencan ya. 😁😁.

Wayo dengan jantung yang berdetak keras berdiri di depan pintu berwarna coklat muda. Pintu pintu mempunyai name tag yang bertuliskan Dr. Phana.

Tenang Wayo, tenang. Pasti bisa menghadapinya.

Wayo mencoba menenangkan diri dengan mengatur nafas yang masuk dan keluar agar detak jantungnya berdetak dengan normal. Serasa cukup tenang, Wayo mulai mengetuk pintu coklat itu.

Tok... tok... tok...

"Masuk." Suara maskulin terdengar dari dalam.

Wayo masuk mencoba memasang tampang tak berdosa. Terlihat Neem sedang duduk dengan kepala tertunduk di sofa berhadapan dokter Phana.

"Silakan duduk." Dokter Phana menawarkan dengan senyum yang teramat manis, semanis racun dalam madu.

Wayo dengan patuh duduk disebelah Neem.

"Bisa kau jelaskan apa ini ?" Phana memberikan beberapa foto dokter yang dijual Wayo dan kamera Neem dengan manis terletak diatas meja kaca hitam.

Wayo berjanji dalam hati bahwa ia tak akan tunduk akan cobaan seperti ini.

"Itu foto."

"Tentu saja aku tahu itu foto. Kau kira aku bodoh apa ?"

"Tentu saja dokter tidak bodoh, buktinya dokter jadi seorang dokterkan bukan orang bodoh."

"Grh..." Rahang Phana menegang mendengar jawaban bocah bandel didepannya. Rumor tentang seorang pemuda yang menjual foto-foto dokter ke masyarakat luas sudah beredar dirumah sakit ini. Selama ini pemuda ini begitu licin bagai belut, selalu lolos dalam penangkapan.

"Temanmu sudah menceritakan semuanya padaku. Kau tak bisa mengelak." Kata Phana memojokkan Wayo.

Aduh Neem, masa hari pertama bekerja kau sudah gagal.

"Lalu ?"

"Kau tak mau mengaku ?"

"Tentu saja aku mengaku. Aku ini seorang laki-laki sejati."

"Jika kau laki-laki sejati, kenapa kau lakukan ini ?"

"Haiyoo dokter, aku ini butuh uang. Lagipula para dokter tak rugi apa-apa. Malah jadi terkenal dan punya banyak fans."

"WAYOO..." Teriak Phana yang bikin jantung Wayo dan Neem hampir copot.

"Hik..dokter..." sekarang waktunya akting. " aku ini tulang punggung keluarga.... adik-adikku masih kecil... baru berumur 3 tahun... dan 5 bulan.."

"Adik ?" Tanya Phana bingung.

"P'Wayo punya adik ?" Aduh Neem tutup mulutmu. Jangan membongkar rahasiaku.

"Belum lagi nenekku yang sedang sakit dikampung hik...." Wayo dengan lihai meneteskan airmata buayanya.

"Kasihan P'Wayo..." Neem ikut-ikutan bersedih.

"Kakakku punya penyakit mental.... hikkk hanya aku mencari uang hik... untuk... mengobatinya...." kayaknya aku berbakat jadi aktor beneran.

"Hua... P'Beammm.... kasihan sekali..." Neem menangis tersedu-sedu. Ia langsung mengambil kesimpulan yang punya sakit mental itu Beam. Kira-kira kenapa ya ? 🤣🤣.

Phana menjadi kebingungan melihat dua bocah didepannya lagi berlomba-lomba menangis.

"Jadi.. dokter... jangan laporin aku.... aku harus mencari nafkah.... saat ini aja.... aku punya 5 pekerjaan." (Zyzy : makin lama makin lihai si Wayo 😑😑).

Phana menyerah. Hands up. Rasanya tak baik juga melaporkan orang yang telah bekerja keras walau rasanya ada yang salah, toh bukan tindakan kriminal kelas berat.

"Phana kau lihat record....." Off masuk tiba-tiba tanpa permisi dan melihat dua bocah menangis. "Loh ada apa ini ? Kamu... Wayo kan, kenapa ? Kamu diapain Phana ?"

"Kau kenal dia Off ?"

"Dia adik Arthit, yang kemarin itu kemari mengantar roti."

Shit. Dia kenal kakakku.

"Dia mengambil foto-foto dokter secara ilegal, tapi dia tulang punggung keluarga, adik-adiknya masih kecil berusia 3 tahun dan 5 bulan. Neneknya sakit parah dan kakaknya sakit mental. Kasihan dia." Off mengenyitkan dahinya begitu mendengar cerita Phana.

Aku harus kabur dari sini, tapi bagaimana caranya membawa Neem ?

"Hahahha... Arthit tak punya siapa-siapa lagi kecuali ketiga adiknya yang kembar itu, salah satunya Wayo ini." Kata Off seraya menunjuk Wayo. "Lagipula Wayo itu anak bungsu."

"WAYOOO....." Phana segera menarik kerah Wayo dan seperti yang kalian tahu bagaimana reaksi Alpha yang ketemu mate Omeganya. Seperti itu yang terjadi sekarang.

Untungnya ini rumah sakit dan Off membawa suntikan penurun heat yang ia bawa untuk pasiennya nanti sehingga tak terjadi apapun, cuma Wayo yang terbaring lemas diatas sofa dan Phana yang terduduk memenangkan diri. Neem mengipasi Wayo yang berkeringat.

"Jadi, mateku ini sibocah kecil yang tukang bohong."kata Phana yang terengah-engah mengatur nafasnya.
"Begini yang diajarkan oleh kakaknya padanya untuk mencari uang. Kakak yang gagal."

"JANGAN SEKALI-SEKALI KAU MENGHINA KAKAKKU." Wayo berdiri dengan wajah penuh amarah, melotot ganas kepada Phana. Rasa takut yang tadi Wayo rasakan entah hilang kemana.

"KAU YANG HIDUP MEWAH TAK AKAN MENGERTI PENDERITAAN KAMI. P'ARTHIT 1000X LEBIH BAIK DARIMU. KIT DAN BEAM JUGA 100X LEBIH BAIK DARI DOKTER PECUNDANG SEPERTIMU."

"PECUNDANG KATAMU ?" Phana mulai tersulut emosinya. Off menahannya.

"JIKA KAU TAK HIDUP DARI ORANG TUAMU APA KAU BISA MENJADI DOKTER SAAT INI. HIDUPMU HANYA BERFOYA-FOYA, KAU ITU LEBIH RENDAH DARIKU YANG BERJUANG UNTUK KELUARGAKU. DOKTER MUNAFIK. APA KAU PERNAH MERASAKAN HIDUP SEBAGAI SEORANG OMEGA ??" Wayo menarik Neem keluar dari kantor itu.

Phana terbengong, baru ini ia dimarahi oleh seorang bocah picisan.

"Kau yang salah Phana. Kau merendahkan keluarganya. Apa karena kau seorang Alpha jadi kau bisa berbuat seenaknya. Pikirkan dirimu yang lahir dari rahim seorang omega. Jika kau memandang rendah omega berarti kau memandang rendah ibumu sendiri." Off memang teman yang baik. Ia menunjukkan semua kesalahan Phana bukan hanya menjilatnya seperti orang-orang sekelilingnya.

"Kau benar. Aku keterlaluan."

"Minta maaflah. Jadilah Alpha yang dibanggakan ibumu. Bukan yang dibanggakan oleh keluarga ayahmu."

"Tapi aku tak tahu tempat tinggalnya."

"Kau lupa ? Dia adik Arthit. Berarti ia tinggal di toko roti itu."

"Kau benar. Kenapa aku bisa lupa ? Baiklah, besok aku libur. Aku akan kesana besok pagi untuk meminta maaf. Thanks Off."

"Itulah gunanya teman."

6. Alpha & OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang