Chapter 9 ( Bahasa )

5.7K 701 85
                                    

"Kit... Wayo sudah waktunya pulang." Kata Kongpop yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam.

"Iya P." Teriak Wayo dan Kit berbarengan, dimana Wayo hanya berdiri disamping Kit dan Kit sedang menyapu lantai. Kit menyelesaikan pekerjaannya dulu lalu mau pamit kepada Kongpop.

"Ayo P akan antar." Kongpop menawarkan diri untuk mengantar mereka. ( Zyzy : sepertinya ada maksud tersembunyi disini 😆😆 ).

"Kok P yang mengantar. Kan ini tugasku." Protes Ming. Kalau P'Kong yang antar nanti Ming tak bisa genit-genit sama Kit.

"Kau kan besok sekolah, P saja yang mengantar."

"Tapi ini tugasku P. Aku harus melakukannya."

Kit dan Wayo kebingungan terjebak dalam pertengkaran kakak beradik ini.

"P bilang P akan antar, jadi P yang akan mengantar mereka."

"Gakk, aku saja."

"Ming..." kata Kongpop yang suaranya mulai meninggi.

"P'Kong..." Ming juga tak mau kalah.

"Errr.... kami pulang sendiri aja." Kata Kit yang mencoba menjadi penengah.

"GAK BOLEH." Ming dan Kongpop berteriak berbarengan hingga membuat Kit sedikit takut. Kakak beradik ini saling melancarkan serangan mata.

"Sudah. Kalian berdua mengantar kami bersama-sama." Kata Wayo yang  tumben benar.

"OKE." Kata Ming dan Kongpop berbarengan sekali lagi.

Mereka diantar pakai mobil Kongpop, dimana Kongpop sebagai pengemudi, Wayo dikursi penumpang, Ming dan Kit dikursi belakang.

Kit merasa tak nyaman karena Ming terlalu dekat dengannya. Bahkan disebelah Ming masih ada space kosong tapi Ming tetap menempel pada Kit.

"Kit... tidur nyenyak ya. Jangan lupa mimpiin Ming na..." Ming melancarkan serangan gombalnya.

"Ngapain mimpiin kamu Ming ?" Ucap Kit ketus.

"Biar Kit gak kangen sama Ming waktu Kit bangun tidur."

UEKKK... Wayo dan Kit rasanya ingin muntah dengar rayuan gombal picisan si Ming. ( Zyzy juga mau muntah 🤢🤢).

"Ming, Kit merasa tak nyaman. Geser dikit. Kasihan dia Ming." Kongpop menegur adiknya yang tingkahnya udah diluar batas.

Ming tak mengindahkan teguran Kongpop hingga Kongpop melotot marah ke Ming. Mau tak mau Ming walau dengan cemberut mengikuti perintah Kongpop.

***

Arthit berjalan mondar mandir ditokonya menunggu kepulangan adik-adiknya sehabis bekerja di supermarket.

Sudah jam 12 lewat, kenapa masih belun pulang ?

Tak lama terdengar suara deruan mobil berhenti tepat didepan tokonya, Arthit segera berlari menghampiri suara itu.

Kit dan Wayo turun dari mobil diikuti oleh pemuda supermarket tadi dan satu orang lagi yang ia tak kenal.

"Kit, Wayo.." Panggil Arthit kepada kedua adiknya. Melihat ada Arthit seketika senyum mengembang di wajah Kongpop. Memang ini maksudnya ia mengantar Wayo dan Kit. Ingin bertemu dengan Arthit setelah mengetahui bahwa Wayo dan Kit adalah adiknya Arthit.

"Hai Arthit" sapa Kongpop yang cuma dibalas senyuman oleh Arthit.

"Kenapa pulang malam sekali ?" Tanya Arthit kepada kedua adiknya.

"Maaf tadi ada event hingga tutupnya lebih malam." Kongpop menjawab sebelum Kit membuka mulutnya.

Ming melihat ada keanehan disini, tak biasanya P'Kong menyela pembicaraan orang lain.

"Uhmmm terima kasih sudah mengantarkan adikku." Kata Arthit yang merasa sedikit canggung.

"Sama-sama Arthit. Jangan lupa istirahat dan tidur yang nyenyak." Disini Arthit merasa bingung, perkataan Kongpop ini ditujukan kepadanya atau kepada adiknya. Jika kepadanya tapi mereka baru kenal tadi malam. Jika kepada adiknya kenapa Kongpop menatapnya saat mengucapkan hal itu.

"P'Kong, P'Arthit tidak nyaman. Jangan terlalu dekat, geser sedikit." Ucap Ming yang puas membalas dendam pada kakaknya atas perlakuan Kongpop tadi kepadanya. Kongpop mengumpat pelan.

"Kalau begitu, aku permisi dulu Wayo, Kit. Dan sampai jumpa lagi Arthit." Kongpop melakukan wai dan pergi bersama Ming.

"Kit jangan lupa mimpiin Mingg....." teriak Ming sebelum akhirnya dipaksa masuk mobil sama Kongpop.

"Orang aneh." Gungam Arthit.

Ohooo ada paus baru yang mendekat. Pikir Wayo senang.

***

"Neem, ini Wayo dan Wayo ini Neem." Beam memperkenalkan mereka berdua sesuai janjinya.

"Salam kenal P'Wayo." Kata Neem malu-malu

"Sama-sama Nong Neem."

"Wayo temanim Neem ya, Beam sibuk cari uang."

"Hadiahnya apa ?" Seperti biasa si Wayo ini selalu minta hadiah jika diberi tugas.

"Nanti Beam beliin ice cream 1 box."

"No, 3 box donk."

"2 box atau tidak sama sekali." Ancam Beam.

"Oke, oke 2 box." Kata Wayo senang.

"Sudah ya Beam tinggal dulu. Beam ada urusan. Bye Neem."

"Hati-hati P." Neem melambaikan tangan dengan penuh senyum. Memang tak salah dulu Neem ada rasa suka sama Beam. Buktinya Beam membuktikan janjinya mengenalkan Wayo untuk jadi teman Neem. Beam memang seorang gentleman.

"Er... P'Wayo, biasa apa yang P lakukan ?" Tanya Neem mencoba untuk akrab dengan Wayo.

"Sekolah dan bermain, lalu aku juga bekerja partime."

"Hebat sekali, P masih sekolah tapi sudah bekerja." Kata Neem kagum.

"Biasa saja." Ucap Wayo merendah padahal dalam hatinya senang mendengar pujian Neem.

"Apa aku boleh kerja partime ?"

"Tentu saja boleh."

"Benarkah ?"

"Iya." Neem melompat kegirangan.

"Apa yang harus Neem lakukan ?"

"Ehmm... Neem punya kamera ?"

"Ada dirumah."

"Oke, ambil kameramu dan ikutlah aku kerumah sakit. Kita akan bekerja disana."

Disinilah awal terjadinya kerja sama antara tuan penguntit dan nona penguntit.

6. Alpha & OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang