Seorang pemuda berjalan kesal sambil menghentak-hentakan kaki keluar dari tempat yang bergengsi dan elit bernama BANK.
"Kurang ajar si kepala botak.... dasar manusia picik. Seenak saja mengatai tokoku itu toko butut. Lihat aja kalau aku sudah kaya raya, akan kulempar uang ke si kepala botak itu." Arthit mengomel-gomel didepan gedung bank yang ia masuki tadi.
Pasalnya ia tadi bermaksud menjaminkan toko roti satu-satunya harta yang ia miliki untuk mengajukan pinjaman agar ketiga adiknya bisa kuliah. Tapi siapa sangka, bukan pinjaman yang ia dapat, ejekan dan cemoohan akan toko rotinya dari kepala cabang bank itu.
Tanpa Arthit sadari ada seorang pemuda yang memperhatikannya secara diam-diam dari kejauhan. Pemuda didalam mobil itu tersenyum melihat tingkah Arthit yang menendang-nendang tembok bank itu tapi bukan tembok depan ya melainkan tembok samping.
"Dekati dia dan beri penawaran." Pemuda didalam mobil itu memberi perintah kepada anak buahnya. Tanpa menunggu perintah kedua, dengan sigap anak buahnya mendekati Arthit.
"Kesulitan uang ?" Tanya anak buah itu setelah mendekat dalam jangkauan Arthit.
Arthit menoleh dan melihat seorang anak muda berpakaian serba hitam mirip dengan polisi alien di M.I.B ( Men In Black ). Mencurigakan.
"Apa maumu ?" Kata Arthit jutek.
"Kami bisa membantu anda dari kesulitan uang." Arthit mengenyitkan dahinya tak percaya, masa semuda ini sudah menjadi rentenir. Apa dunia semakin mendekati kiamat ? Seorang pemuda masih berumur belasan sudah menjadi rentenir.
"Ini kartu nama bos saya, jika berminat bisa menghubunginya. Bunga kami cukup kompetitif." Pemuda itu menyerahkan kartu nama bosnya kedalam tangan Arthit. Arthit hanya terbengong-bengong saat menerima kartu itu, tanpa ia sadari pemuda M.I.B itu sudah pergi dari tempatnya. Arthit membaca tulisan yang telukis indah di kartu nama itu.
"Forth"
***
"Nong, bisa kau panggilkan gadis mungil itu ?" Beam menunjukan gadis yang duduk paling pojok kepada adik kelas yang ia sendiri tak tahu namanya.
"Baik P." Adik kelas tak perlu menanyakan lagi nama Beam karena Beam udah seperti selebritis di sekolah ini. Hey, siapa yang tak kenal Beam Rojnapat, sang playboy dari Bangkok.
Tak lama gadis mungil itupun keluar dan diiringu teriakan histeris dari para gadis lain setelah mengetahui yang memanggil gadis itu adalag Beam. Sang playboy dari Bangkok.
"Ehmm disini terlalu berisik, mari kira bicara ke tempat yang tenang." Ajak Beam dan disambut anggukan kepala si gadis mungil.
***
"Nong Naem, kau masih ingat P kan ?" Tanya Beam pada Naem. Gadis yang beberapa hari lalu menyatakan cintanya kepada Beam namun ditolak oleh Beam mengakibatkan Beam diculik oleh kakaknya yang brengsek itu. Forth.
Naem hanya menganggukan kepalanya.
"Begini Nong, jawaban P masih sama tapi P butuh bantuan dari Nong." Naem menatap bingung, kenapa seorang Beam butuh bantuan darinya, yang nota bene hanya gadis pendiam dikelasanya. Bahkan mungkin temannya tak ada yang sadar bahwa Naem merupakan teman sekelas mereka.
"P, butuh apa ?" Sebenarnya Naem cukup senang, karena Beam masih mau mengobrol dengannya walaupun sudah menolak cintanya.
"Apa kau tahu waktu itu P diculik karena menolak cintamu ?"
"Hah, P diculik ? Sama siapa ?"
"Sama kakakmu."
"P'Forth." Beam menanggukan kepala.
"Kenapa P minta bantuanku ? Atau jangan - jangan P mau membalas dendam dengan menculikku." Tubuh Naem bergetar takut mengalami hal yang ia pernah alami sewaktu kecil.
"Bukan Nong, kau tak usah takut. P tak balas dendam kok hanya P ada perlu dengan kakakmu. Jadi boleh P minta nomor telepon kakakmu ?"
"Untuk apa P ?" Tanya Naem bingung. Selama ini orang yang berurusan dengan P'Forth selalu menghindar atau melarikan diri, tapi ini P'Beam malah meminta nomor teleponnya.
"Untuk menjadi temannya." Ucap Beam asal.
"Ohhh...." Naem dengan polosnya percaya.
"Jadi ???"
"Baiklah akan kuberikan tapi dengan syarat, P'Beam jadi teman Naem juga ya."
"Tenang saja , nanti P akan kenalkan teman yang cocok untukmu." Kata Beam sambil menepuk-nepuk kepala Naem.
"Namanya siapa P ?" Ucap Naem bersemangat. P'Beam berbaik hati memberinya seorang teman.
"Wayo.."
***
Wayo melengang senang menuju rumah sakit. Apa Wayo sakit ? Jawabannya bukan tapi rumah sakit ini adalah lapak penghasilan Wayo. Rumah sakit ini dipenuhi dokter-dokter yang tampan nan single. Jadi Wayo hanya perlu memfoto mereka dan dijual ke pasaran sekitar. Hahahaha ini yang dinamakan untung besar modal kecil. Jangan kira 1 box ice cream sebulan dapat memuaskanku. Ini jalan satu-satunya demi ice creamku dan kakak imutku. P'Arthit.
Masing -masing foto dibandrol dengan harga yang berbeda-beda tergantung tingkat kepopuleran dari dokter tersebut. Ada yang 20 bath per foto, 50 bath bahkan ada yang sampai ratusan bath. Contohnya Dokter Phana, harga fotonya bisa mencapai 200 bath.
Wayo dengan lihainya masuk ke dalam kamar ganti pegawai dan menganti seragamnya dengan seragam rumah sakit, tak lupa kamera pocket di sakunya. Ini senjata paling penting dalam bisnis ini.
Wayo berjalan santai mencari posisi aman untuk mengambil foto yang bagus.
Click... Click... Click....
Wayo menfoto setiap dokter tampan yang lewat, hanya saja hari ini ia tak melihat dokter Phana. Berkurang deh penghasilanku.
"Ehemm..." suara dari belakang Wayo yang tak didengarnya karena lagi sibuk memfoto mangsa-mangsanya.
"EHEMM..."
"Apa sih beri... dokter... Phan... kabur....." Wayo dengan kekuatan flash langsung keluar melesat dari rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Alpha & Omega
FanfictionNot description. Just read The story is mine but the character belong to Author Sotus ( Bittersweet ) & 2 moons ( Chiffoncake ) The highest rank # 47 in fantasy Thanks, Lazy Writer