Phana dan Mr. Mew berbicara serius di dalam tenda, mereka tidak tahu apa yang terjadi diluar sana.
"Jadi, aku ini anak P'Art ?" Tanya Phana mau meyakinkan sekali lagi. Mew mengangguk.
"Jadi, Mae Mia bukan ibu kandungku ?"
"Phana...."
"Aku sudah menduganya Pho." Perkataan Phana mengejutkan Mew. Phana hanya tersenyum tipis.
"Mae pernah berkata bahwa aku akan menemukan orang yang melahirkanku. Walau bagi Pho, Mae mungkin orang jahat tapi bagiku Mae tetaplah Mae, orang yang kusayangi. Ia yang membesarkan aku saat Pho hanya peduli pada diri Pho." Mew merasa bersalah, memang benar i hanya terfokus pada dirinya sendiri kala itu. Melupakan Phana yang merupakan anaknya.
"Apa kau akan menolak Art ?" Tanya Mew berhati-hati. Art akan sangat terluka sekali lagi jika Phana menolaknya sebagai orang tuanya.
"P'Art ? Tentu saja tidak. Ia merestui hubunganku dengan Wayo. Lagipula Wayo juga menyayanginya. Tak buruk juga jika P'Art orang tuaku."
"Apa sih yang kau lihat dari anak itu ? Jelas Gukgai lebih baik darinya." Sampai detik ini, Mew masih tak mengerti apa pesona Wayo yang begitu mengikat Phana selain bahwa ia adalah matenya.
"Pho, kau akan mengerti nantinya kenapa aku memilih Wayo." Mew mengangkat bahu isyarat terserah.
"Hindari dia dari kakekmu." Kata Mew memperingatkan.
"Pasti, Pho tak usah khawatir, akan ada banyak orang di depan Wayo untuj melindunginya."
"Yaa... ya... aku tahu. Aku sudah bisa memperkirakan siapa saja."
Phana tersenyum mendengar jawaban dari sang ayah. Ya.. itu sudah jadi berita umum.
***
"Hik... hik... hik....P kaki Yo keram." Kata Wayo yang dihukum berlutut di depan tenda sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, belum lagi dipandangi banyak orang.
"Angkat yang tinggi tangannya." Perintah Arthit yang melihat tangan Wayo sudah mulai merendah. Sedangkan Ming dihukum berdiri satu kaki sambil menjewer kupingnya sendiri.
"Ini salah Ming P.... Dia yang memperdaya Wayo...." Rengek Wayo.
"Wayo!! Kau yang mau ikutan sendiri." Kata Ming kesal, tanpa sadar ia menurunkan kakinya.
"Angkat kakinya." Sekali lagi perintah dari Arthit. Mau tak mau Ming mengangkat lagi kakinya sambil gemetar karena lelah.
"Er.. P sudah 10 menit mereka dihukum." Kata Kit.
"Lalu ?" Tanya Arthit.
"Kasihan mereka." Kata Kit sekali lagi.
"Oo.. kau mau mengantikannya ?" Pertanyaan Arthit yang membuat Kit mengeleng dan menjauh.
Beam, Forth, dan Neem hanya menonton saja, tak berani ikut campur. Phana dan Mew keluar tenda lalu melihat kejadian yang tak biasa itu. Wayo yang melihat pelindungnya datang langsung merengek minta tolong.
"P'Pha... Ayah mertua... kaki Yo keram... hik..." Rengek Wayo.
"P'Kong... Ming cape..." Ming mulai merengek. Kongpop hanya mengeleng, tak bisa membantu daripada nanti dia yang kena hukum.
"Rasakan kau anak bandel..." kata Mew sambil tertawa.
"AYAH MERTUA.........HIKKK..... JAHAT..... KAYAK SETAN HIKKK...." Nih anak walau lagi dihukum masih saja nyebelin. Pikir Mew. Mew tak akan membalas perkataan bocah seperti itu.
"Arthit...." panggil Phana mencoba melepaskan kekasihnya.
"Apa ?" Kata Arthit ketus.
"Yo salah apa ?"
"Tanya sendiri padanya." Sekali lagi Arthit menjawab ketus.
"Yo.. yo cuma berakting jadi hantu P'Pha.... itu Ming yang suruh." Adu Wayo.
"Hei... kau yang menawarkan diri." Bela Kit, Jika dibiarkan nanti Ming bisa jadi daging mentah sama Phana.
"Phana, jangan ikut campur." Bisik Forth. Forth tahu perasaan Phana, ia pasti tak rela melihat Wayo kesakitan. Tapi dia juga harus tahu yang menghukum Wayo itu kakaknya bukan orang lain.
"Tapi...." kata Phana pelan.
"Tapi apa ? P mau melawan P'Arthit ?" kali ini Beam yang berkata ketus ke Phana.
Dasar Arthit kecil. Sama juteknya. Pikir Phana.
"Ssstt...." kata Neem, menganggu tontonan menarik.
"Loh, ada apa ini ? Kok pada belum tidur ?" Tanya Art yang balik karena habis membeli bir di mini mart luar daerah perkemahan.
"Mama mertua.... hik... tolong Yo..." semua mata memandang Art bingung kenapa Wayo memanggil Art dengan mama mertua.
"Ada apa Yo ?" Tanya Art.
"P'Arthit jahat... dia menghukum Yo... padahl Yo cuma berakting jadi hantu kaya... Yo juga tak melompat-lompat seperti vampire China." Jelas Yo yang membuat semua orang jadi bingung kecuali Ming yang sudah mengerti maksud si Wayo dan seorang lagi.
Art berjalan mendekati Arthit dan membisikan sesuatu.
"Cukup. Kalian bebas. Jika sekali lagi kalian nakal, nanti aku lempar kalian ke kandang singa." Kata Arthit pergi meninggalkan mereka ke tendanya, Kongpop juga menyusul Arthit.
"Mama mertua kau hebat...." kata Wayo gembira berlari memeluk Art. Sedangkan Kit mulai menyuruh Ming duduk dan memijat kakinya.
"P.. Apa yang P bilang sehingga P'Arthit menurutinya ?" Tanya Neem penasaran. Art malah tertawa terbahak-bahak membuat yang lain jadi bingung dan penasaran.
"Aku hanya bilang.... hati-hati nanti si bayi bisa seperti Wayo dan Ming."
"MAMA MERTUA...." Teriak Wayo.
"P'ART....." Teriak Ming.
Dan mereka semua tertawa bersama kecuali yang cemberut, Wayo dan Ming.
Akhirnya semua kembali seperti semua. Rencana malam indah akan terlaksana. Beammie I am coming. Pikir Forth tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Alpha & Omega
FanfictionNot description. Just read The story is mine but the character belong to Author Sotus ( Bittersweet ) & 2 moons ( Chiffoncake ) The highest rank # 47 in fantasy Thanks, Lazy Writer