My Babies - 03

4.8K 427 35
                                    

"Ya Tuhan, kenapa manusia menyebalkan ini bisa berubah menjadi seksi seperti ini. Selamatkan hamba dari godaan terkutuk ini."

Batin Bona meracau ingin menangis, perang batin. Tangannya menggosok punggung Eunseo dengan perlahan, sambil membayangkan adegan iklan minyak urut GPU seperti di televisi. Menutupi perasaan gugup dan canggungnya berduaan dengan Eunseo.

Sementara Eunseo sibuk memainkan ponsel, membalas pesan yang masuk dari pacar-pacar cadangannya. Sambil menikmati pijatan lembut tangan Bona, gadis itu pun menghentikan pijatannya tersadar.

"Kenapa kamu berhenti? Tolong sebelah sini! Leher aku sakit sekali." Perintah Eunseo mengarahkan tangan Bona pindah ke bagian tengkuk.

"Kamu pikir aku tukang pijat?! Aku menemuimu bukan untuk jadi kacungmu. Tapi aku di suruh Bosku bernegosiasi denganmu." Bentak Bona menjewer telinga Eunseo. Gadis itu pun meringis mengusap daun telinganya yang panas.

"Ini juga bagian dari kerja sama kita. Jika kamu menolak mengikuti peraturanku. Aku rasa aku sudah tak tertarik bergabung dengan perusahaanmu. Cepat kau keluar dari kamarku dan jangan temui aku lagi!" Usir Eunseo menggertak dan menyeret Bona keluar.

"Kau tak bisa membatalkan sepihak seperti ini. Kau memang brengsek." Bona kesal dan memukuli bahu Eunseo tanpa ampun.

"Kenapa kamu membuat onar di tempatku? Aku sudah mengatakan tak tertarik bergabung dengan perusahaanmu. Kecuali kamu memberikan apa yang ku inginkan. Mungkin aku akan meninjau ulang kerja sama kita."

Eunseo mendorong tubuh mungil Bona di dinding, mengunci pergerakan tangan gadis itu.

"Apa maksudmu? Kamu pikir aku perempuan murahan."

"Aku tak menganggapmu seperti itu. Aku hanya meminta imbalan yang sesuai dengan kontrak kerja sam kita. Apa kamu akan memberikannya dengan sukarela untukku? Ini pilihan yang sulit, terserah padamu." Eunseo perlahan mendekatkan wajah dan mengendus wangi rambut Bona.

Eunseo melepaskan cengkeraman, tersenyum licik kembali masuk kamar. Bona  mematung kebingungan, harga dirinya di pertaruhkan. Apa harus dia kehilangan miliknya paling berharga demi pekerjaan. Jika dia menolak dan pulang membawa berita gagal, jelas Exy tak akan membuat hidupnya tenang. Bona terdiam menatap daun pintu yang tertutup, batinnya menangis pilu.
Tak ada pilihan lain, Bona akhirnya terpaksa membuka pintu dan menemui Eunseo kembali.

"Apa kamu berubah pikiran? Jika kamu merasa terpaksa, aku menolak." Terlihat Eunseo terlentang di ranjang, memamerkan keseksian tubuhnya.
"Baiklah jika kamu menginginkan ini dariku, aku akan memberikannya." Ujar Bona lekat menatap tajam Eunseo.

Jari-jari Bona perlahan bergerak membuka kancing kemeja dan menanggalkannya. Satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya terlepas. Eunseo menahan napas tak berkedip terhipnotis dengan keindahan lekukan tubuh Bona. Gadis itu hanya menyisakan pakaian dalam, Eunseo mengigit bibir, jujur dia lemas tak berdaya melihat Bona setengah telanjang seperti itu.

Perlahan Bona melangkah naik ke ranjang dan mendekati Eunseo yang hampir mati kehabisan napas.

"Apa kamu yakin dengan keputusanmu?" Tanya Eunseo gugup.

"Aku melakukannya demi pekerjaanku, bukan demi dirimu."

Ucap Bona pasrah, jujur hatinya sakit. Gadis perlahan merangkak menaiki tubuh Eunseo. Tangannya bergerak cepat, menyentuh halus dan meraba sekujur tubuh Eunseo, perlahan menurunkan handuk. Sontak Eunseo langsung menutupi bagian dada dengan kedua tangannya.

"Kenapa kamu malu-malu? Bukan kamu menginginkanku."

Ucap Bona tak menyangka reaksi Eunseo seperti itu. Bona mendekatkan wajah dan mulai mencumbu leher Eunseo, berusaha untuk melupakan jeritan nuraninya.

Tiba-tiba Eunseo bergerak dan menindih tubuh Bona, gadis itu menatap dalam matanya seperti sedang meraba isi hati Bona. Perlahan Eunseo mengangkat dagu Bona, mendekatkan bibir lalu mengecup lembut bibir Bona. Matanya terpejam dan menarik Bona dalam pelukan. Sesaat mereka saling berciuman, Bona pasrah dengan nasibnya.

Eunseo mengusap punggung Bona dan memperdalam ciuman. Tiba-tiba Eunseo menyudahi ciuman, mendorong bahu Bona menjauh.

"Aku tak bisa melakukannya."

Bisik Eunseo turun dari atas tubuh gadis itu, merebahkan diri di samping Bona.

"Kenapa? Bukankah ini syaratmu agar kamu mau bergabung dengan perusahaanku." Bona heran dengan sikap Eunseo.

"Aku bosan dengan gayamu yang kaku. Jadi aku tak mau meneruskannya."

Eunseo menarik selimut dan duduk, mengambil air putih di nakas lalu meminumnya kehausan.

"Lalu dengan kerja sama kita bagaimana? Apa kamu sengaja hanya mempermainkanku? Aku tak akan pulang sebelum kamu setuju menandatangani kontrak denganku." Eunseo tertawa, sejenak melirik Bona lalu mengalihkan pandangnnya ke tempat lain.

"Baiklah. Jika kamu begitu takut kehilangan pekerjaanmu. Tetapi masih ada satu syarat lagi, aku setuju bergabung dengan perusahaanmu. Namun kamu harus keluar dari pekerjaan lamamu, bekerjalah  untukku." Eunseo perlahan turun dari ranjang dan mengenakan pakaian.

"Apa? Apa kamu sudah gila?" Bona tercengang mendengarnya.

"Kali ini kamu tak bisa menolak, datanglah pagi-pagi ke rumahku besok. Aku ada urusan, aku harus pergi."
Ucap Eunseo menyambar ponsel dan kunci mobil, meninggalkan Bona begitu saja.

"Aku benar-benar tak mengerti isi kepalanya apa? Dasar manusia aneh." Bona terheran-heran dengan sikap Eunseo yang membingungkan.

_____

"Kamu dimana? Bukankah tugasmu harus datang ke rumahku pagi ini? "

Terdengar suara Eunseo di telepon membangunkan tidur nyenyak Bona.

"Apa kamu tidak waras meneleponku sepagi ini? Aku mengantuk, nanti siang saja jika aku tidak lupa." Jawab Bona malas masih setengah mengantuk.

"Ok. Aku harap kau tak menyesali keputusanmu."

"Apa? Hallo.. Apa maksudmu? "

Eunseo mengakhiri panggilan, Bona terdiam sejenak mengumpulkan nyawa. Jam weker masih menunjukkan pukul 04:05 pagi, Bona menguap lebar ingin tidur lagi.
Dan sebuah notifikasi muncul di layar ponsel dari Eunseo.

" KE RUMAHKU SEKARANG ATAU AKU AKAN MENGHANCURKAN RUMAHMU."

Bona melempar ponsel kesal, sungguh keterlaluan Eunseo memerintahnya sesuka hati tanpa memikirkan keadaannya yang mengantuk.
Mau tak mau Bona beranjak bangun turun dari ranjang. Bergegas keluar dari kamar, berjalan linglung menuju teras rumah.

Di depan rumah sebuah mobil sudah terparkir menunggunya. Eunseo mengirimkan pengawalnya untuk menjemput Bona. Dengan ramah pria tinggi besar itu membukakan pintu mobil, mempersilakan Bona naik. Mobil pun perlahan melaju meninggalkan pekarangan rumah Bona, melesat kencang menuju rumah Eunseo.

©24/04/2018.

 MY BABIES™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang