Chengxiao terlihat cantik dan seksi dengan balutan sehelai bikin. Berpose sensual berbagai gaya mengikuti arahan Chaeyeon yang sibuk mengambil gambar. Mata Pinky tak lepas memperhatikan kegiatan mantan pacarnya itu.
Ada perasaan kagum pada Chaeyeon sekaligus kadang merasa cemburu karena setiap hari pasti pekerjaannya di kelilingi model-model cantik. Chaeyeon pun telah menyelesaikan sesi pemotretan dengan Chengxiao. Chaeyeon duduk di kursi memilih hasil foto terbaiknya. Tak lama Dayoung menghampiri sang fotografer dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Setelah Dayoung selesai, Chaeyeon spontan menoleh ke arah pinky dan tersenyum datang mendekati tempat Pinky. "Hai. Kamu nggak bilang ikut ke pantai juga." Bisik Chaeyeon setengah memeluk gadis pujaannya itu. "Hmmm aku tak menyangka kita akan bertemu lagi." Sahut Pinky gemetar dan canggung dengan jarak mereka yang sangat dekat. Memutar kembali rekaman di otaknya tentang kegiatan mereka semalam di hotel.
"Aku tak sia-sia datang kesini. Aku merindukanmu." Chaeyeon mengecup pipi Pinky dan melingkarkan pelukan di pinggang gadis China itu.
"Chaeyeon, tolong jangan berbuat aneh-aneh. Aku takut Bona melihat kegiatan kita."
"Tunggu aku sebentar. Aku akan menyelesaikan sisa pekerjaanku. Setelah ini aku akan menemuimu lagi. Jangan merindukanku." Chaeyeon mengecup bibir tipis Pinky tanpa malu tak peduli Pinky protes memukuli bahunya. Chaeyeon berlalu melanjutkan sisa pekerjaannya.
Eunseo kembali ke mobil untuk mengambil ponsel Bona yang tertinggal. Tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya menarik Eunseo bersembunyi di balik pohon kelapa. "Sampai kapan kamu akan terus menghindariku? Hubungan kita memang sudah berakhir tapi bukan berarti kamu bisa melarikan diri dariku." Bisik Chengxiao menahan tubuh Eunseo di batang pohon.
"Aku tidak melarikan diri. Hanya saja aku sibuk." Jawab Eunseo berusaha menghindari kontak mata dengan mantannya itu.
"Sibuk pacaran sama si Abon? Pokoknya aku nggak mau putus."
"Xiao, sadarlah kita tak mungkin seperti dulu lagi. Semua sudah berubah."
"Kamu mungkin mudah berubah tapi aku nggak. Ayolah sayang jangan khianati cinta kita hanya karena perempuan itu. Kita sama-sama saling mencintai." Bujuk Chengxiao memeluk Eunseo.
"Aku nggak bisa. Semuanya sudah berakhir. Aku mencintai Bona, tolong hargai pilihanku."
"Cinta kamu itu aku. Dia hanya pelarianmu saja. Aku akan berubah untuk kamu. Tinggalkan dia dan kembalilah padaku." Chengxiao menciumi Eunseo tak peduli dengan penolakannya.
"SEO! " Bona mematung tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Bagaimana mungkin begitu mudahnya Eunseo mengkhianati cintanya. "Sayang! Ini tak seperti yang kamu lihat." Eunseo mendorong Chengxiao dan mengejar Bona untuk menjelaskan.
"Sayang, tolong dengar dulu penjelasan aku!" Eunseo menarik tangan Bona untuk berhenti. "Penjelasan apa Seo? Tentang ciuman kamu tadi. Kamu pikir mata aku ini buta?" Bona menepis kasar tangan Eunseo. Namun Eunseo tak menyerah, ia memeluk erat Bona.
"Seo lepas! Aku tak perlu penjelasan apapun."
"Terus kamu percaya begitu saja. Sayang pleasepercaya sama aku! Aku sama Chengxiao udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Tadi Chengxiao yang memaksaku."
"Kepaksa kok menikmati banget."
"Kamu nggak percaya sama aku?" Eunseo melonggarkan pelukan." Kalau begitu aku nggak perlu menjelaskan lebih jauh lagi. Hasilnya sama aja kan kamu lebih percaya Chengxiao di banding aku. Aku minta maaf." Eunseo tertunduk lesu terduduk di pasir.
"Terserah." Bona berlalu meninggalkan Eunseo kembali ke hotel. Eunseo mengurai air mata sedih, menatap punggung Bona yang semakin jauh.
"Kamu yakin dia cinta sama kamu? Lihat sekarang, apa itu yang di namakan cinta."Cibir Chengxiao tersenyum lebar penuh kemenangan. "Mulut kamu bisa diam nggak? Apa perlu aku lakban supaya kamu diam." Bentak Eunseo kesal dan meninggalkan Chengxiao. Gadis itu tercengang, untuk pertama kalinya Eunseo begitu marah padanya.
Brakk!
Pintu terbuka lebar, Bona masuk dan setengah membanting pintu kamar hotel. Jantung Pinky hampir copot, tersentak kaget dari lamunan panjangnya. "Tumben ingat pulang, biasa sibuk pacaran." Sindir Pinky duduk di ranjang menatap punggung Bona penasaran.
Tetapi tak ada jawaban keluar dari mulut anaknya. Bona menahan tangis di balik selimut kesal dan cemburu. "Abon cabe! Kamu sakit gigi? Malah di cuekin." Pinky menggoyangkan bahu Bona.
"Bona lagi puasa, Mi. Jangan tanya Bona."
"Kamu berantem sama Seo? Syukurin. Makanya jangan terlalu menel jadi cewek."
"Terserah apa katamu, Mi. Ngomong sama tembok." Bona menutupi telinganya dengan bantal. Tambah pusing dengan ocehan ibunya. "Dasar labil! Mami keluar dulu ya. Jangan lupa kunci kamar, awas jangan coba-coba mesum di belakang Mami." Pinky menyambar ponsel dan tas bergegas keluar menemui Chaeyeon.
Setelah Pinky pergi, Bona membuang selimut. Mengamuk dan marah-marah sendiri. Ingin rasanya menelan Chengxiao hidup-hidup, bagaimanapun Bona lepas kendali jika sudah menyangkut gadis itu. Bona seperti orang gila baru, tak bisa tenang. Semakin marah Eunseo tak juga menelepon dirinya, sekedar meminta maaf atau mengajaknya keluar hotel.
_____
Mobil sewaan Chaeyeon terparkir tak jauh dari area hotel, ia begitu gelisah menunggu Pinky. Gadis kesayangannya pun muncul menghampiri mobilnya. Dengan cepat Chaeyeon menarik Pinky untuk segera masuk. "Kamu lama banget sih sayang?" Chaeyeon pura-pura marah bersedekap acuh.
"Maaf, tadi biasalah si Bona galau."
"Maaf doang."
"Iya. Memangnya harus ngapain?"
"Males ah bete."
"Kamu kenapa sih? Tadi nyuruh aku cepat-cepat datang. Sekarang cemberut nggak jelas."
"Masa kamu lupa dan harus aku ingatkan terus sih sayang. Ciumnya mana?" Chaeyeon menunjuk bibir. "Aku kira apa. Dasar mesum! Kamu nggak berubah-ubah ya dari dulu." Pinky tertawa dan memukul bahu Chaeyeon manja.
"Aku mesum juga tapi kamu suka kan?" Chaeyeon menarik tengkuk Pinky dan menyambar bibir dengan cepat. Sebelah tangannya sibuk berkeliaran menjelajahi lekukan tubuh Pinky. Mereka berciuman panas seolah tak pernah bosan mengulangnya setiap bertemu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.