My B a b i e s - 16

2.7K 265 17
                                    

Eunseo membaringkan tubuhnya di atas kap mobil, menatap bintang-bintang berkelip di atas langit. Perasaannya kalut, semakin ingin melupakan Bona semakin berat merindukan sosoknya.
Bukankah cintanya hanya untuk Chengxiao, namun hatinya justru berpaling pada Bona.
Eunseo gelisah, haruskah mengatakan pada Bona. Jika dia tak bisa hidup tenang tanpa Bona. Apa mungkin Eunseo benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Hal mustahil, itu hanya perasaannya saja.

"Kamu ngapain disini?" Eunseo menoleh suara itu, terlihat Bona berdiri menatap kearahnya. Tanpa sadar Eunseo ternyata pulang ke rumah Bona.

"Kebetulan lewat."

"Bukannya rumah kita berlawanan arah." Bona mengerutkan kening heran.
"Aku tadi habis anterin konsumen aku dan istirahat sebentar disini." Eunseo bohong.

"Konsumen? Sejak kapan kamu jadi driver online?"

"Sejak hari ini, lumayan kan buat tambahan tabungan nikah."

"Perusahaan kamu bangkrut alih profesi jadi sopir?"

"Kerja dimana sekarang?" Eunseo mengalihkan topik pembicaraan.
"Dih nggak nyambung." cibir Bona jutek.
Eunseo dan Bona kembali diam, suasana mendadak canggung.

"Aku pamit ya, salam sama Mami." Eunseo turun dari atas kap. Tak sanggup berlama-lama bertemu Bona.
"Sebentar, kamu nangis ya? Jangan bilang lagi galau?" Bona menahan lengan Eunseo.

"Nggak. Siapa yang nangis sih, aku cuma lagi sakit mata."

"Sakit mata kok ingusan!"

"Lagi pilek juga, jauh-jauh nanti kamu ketularan." Eunseo berusaha menghindari Bona.

"Seo, makasih ya masih sempet nengokin aku. Kalau mau ketemu Mami main aja, aku nggak melarang kamu kok." Eunseo membelakangi Bona mengigit baju ingin menangis.

"Iya kapan-kapan aku main." Eunseo segera masuk mobil dan meninggalkan Bona. Dia menangis sepanjang jalan pulang menuju rumahnya. Sakit ternyata mencintai tapi gengsi.

____

"Seo, kamu nggak ke kantor? Udah siang nanti kamu terjebak macet." Tanya Jiyeon mengguncangkan tubuh anaknya yang masih betah bermalas-malasan di balik selimut.

"Aku libur aja, aku lagi nggak enak badan."

"Kamu sakit?" Jiyeon meletakkan telapak tangan di kening Eunseo.
"Nggak. Hanya kurang istirahat aja kok." Eunseo menutupi wajah dengan selimut.

"Mama telepon dokter ya, biar kamu di suntik."

"Apa suntik? Aku nggak sakit Mama sayang. Mama mau lihat aku sekarat dan mati muda."

"Lebay kamu, masa sama jarum suntik aja takut. Ya sudah sekarang kamu istirahat, Mama mau menyiapkan sarapan dulu buat kamu sama Papa kamu."

"Iya." Sahut Eunseo dari balik selimut.

Eunseo memejamkan matanya kembali, semangat hidup mendadak hilang. Terlebih semalam tak sengaja bertemu Bona. Eunseo butuh energi banyak untuk melupakan Bona.

20 menit kemudian..

"Seo bangun! Sarapannya sudah siap." Eunseo menurunkan selimutnya malas.
Terlihat jelas Bona duduk di tepi ranjang tersenyum menatapnya.

"Ini halusinasi." Gumam Eunseo bangun memijat kepala.

"Sarapan dulu nanti kamu sakit." Bona menyodorkan satu sendok bubur di depan mulut Eunseo menyuapinya. Eunseo membuka mulut menerima suapan itu penuh haru dan sedih.

Kenapa dirinya paranoid dan menyedihkan seperti ini, ibunya sendiri di matanya terlihat seperti Bona. Eunseo memeluk ibunya dan mengurai air mata begitu sedih.

 MY BABIES™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang