M y B a b i e s - 26

2K 195 19
                                    

"Kamu masih kuat kan, sayang? Apa perlu aku gendong?" Goda Eunseo mengeratkan pegangan tangan tersenyum manis menoleh wajah cantik Bona. "Hmm.." Balas Bona singkat mengangguk tersenyum manja memamerkan barisan gigi putihnya. Terlihat lucu dan mengemaskan, hampir saja Eunseo lumer di buatnya. Eunseo mengusap puncak kepala gadis itu, sejenak menikmati wajah cantik Bona diantara cahaya lampu kota yang temaram.

"Ayo sayang!" Eunseo menarik tangan Bona pelan. Menggandeng sang kekasih menuju pusat kota Auckland. Mereka sengaja mengunjungi Sky Tower, menara megah setinggi 320 meter yang juga ikon kota negeri kiwi tersebut. Mereka duduk bersantap makan malam di restoran mewah tersebut sambil menikmati pemandangan kota Auckland dari atas langit.

 Mereka duduk bersantap makan malam di restoran mewah tersebut sambil menikmati pemandangan kota Auckland dari atas langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, aku merasa seperti mimpi bisa duduk makan malam berdua sama kamu malam ini." Eunseo meraih jemari tangan Bona, menyatukan jari-jari mereka.

"Kamu nggak mimpi kok. Makasih ya kamu selalu buat aku bahagia setiap saat. Aku sangat beruntung menemukan kamu. " Bona menempelkan bibir di gelas yang terisi red wine terbaik New Zealand, meneguknya sedikit.

"Sama-sama, sayang." Eunseo bangkit dari tempatnya sedikit membungkuk dan mengecup mesra bibir merah Bona dengan sedikit perpaduan rasa khas wine yang masih menempel di bibir gadis itu. Bona memejamkan mata, membiarkan bibir Eunseo menjelajah setiap sudut bibirnya.

Eunseo tentu takkan menyia-nyiakan kesempatan terbaik itu, perlahan menangkup kedua pipi Bona dan memperdalam ciuman mereka. Ciuman Eunseo turun menjelajahi dagu dan rahang Bona terus menyapu daun telinga Bona dengan hembusan napas yang semakim berat.
"Kamu milik aku." Bisik Eunseo lembut dan mengusap bibir Bona dengan ujung jari.

Senyuman merekah terbit di wajah Bona, gadis itu merangkul leher Eunseo begitu terharu sekaligus bahagia. "Pasti kamu lelah. Ayo kita pulang, sayang." Eunseo mengecup penuh sayang puncak kepala Bona. Tak lepas saling bergandengan tangan setiap saat. Setelah melakukan pembayaran, mereka keluar dan menuruni menara itu.
Dan memutuskan tak kembali ke hotel sebelumnya, mereka memilih menginap di hotel SkyCity yang lokasinya tepat di bawah menara tersebut.

Dan memutuskan tak kembali ke hotel sebelumnya, mereka memilih menginap di hotel SkyCity yang lokasinya tepat di bawah menara tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lo lihat Seo nggak? Dari pas kita mendarat sampai sekarang aku belum lihat batang hidungnya. Pasti lagi sama si bubuk abon sapi." Chengxiao menghampiri Meiqi yang sedang asyik menikmati minuman anggur sendirian menerawang jauh ke luar hotel.
"Mungkin." Sahut Meiqi tak peduli.

"Lo lagi patah hati minum sendirian." Chengxiao merebut botol di tangan gadis itu dan ikut minum untuk meredakan sakit kepalanya gara-gara Eunseo.
"Lo lagi curhat sama gue. Lo nggak lupa kan apa yang udah lo ambil dari hidup gue?" Meiqi mencibir sinis.

"Xuanyi maksud lo? Akui saja kalau gue lebih menarik dari lo, makanya Xuanyi milih gue."

"Lo memang menarik tapi beracun." Meiqi berlalu meninggalkan ruangan, tinggallah Chengxiao melamun sendirian. Baginya tak penting memikirkannya mulut sampah Meiqi. Xuanyi juga jauh dari jangkauannya saat ini. Gadis itu pun kembali menegak sisa minuman di tangan.
Membayangkan Eunseo datang dan mereka  bercinta malam ini. Entahlah Chengxiao semakin hari semakin tak waras. Menyesal melepaskan tambang emas paling berharganya demi Xuanyi.

Di kamar sebelah terlihat Pinky sedang asyik mencoba hasil barang belanjaannya tadi sore. Hingga tak heran jika mama centil itu tak ingat Bona sama sekali, terlalu asyik belanja.

"Kamu nggak kangen sama aku?" Seseorang datang membekap mulut Pinky dari belakang lalu merangkul nya erat. Pinky tersentak shock jelas dia sangat hapal pemilik suara khas itu. Bagaimana mungkin Chaeyeon bisa mengikutinya hingga ke New Zealand.

"Chaeyeon! Ngapain kamu disini?" Tanya Pinky membelalakkan mata mendapati Chaeyeon tersenyum dan tak sopan mendaratkan kecupan di bibirnya.
"Aku kangen kamu. Makanya sekarang kita bertemu lagi. Senang suami terkutukmu itu tak ikut mengacaukan bulan madu kita." Kata Chaeyeon mendorong tubuh Pinky jatuh di atas ranjang lalu menindihnya.

"Chaeyeon, kamu mau ngapain?"

"Menuntaskan permainan kita yang tertunda. Jangan khawatir sayang, aku akan membuatmu melayang. Dan melupakan bayangan terkutuk suamimu. Hanya kita berdua, aku merindukanmu." Chaeyeon perlahan membuka satu per satu kancing kimono Pinky. Menunduk mengecup bibir mungil nan menggoda milik Pinky yang puluhan tahun sangat dia inginkan.

"Chaeyeon kita tak perlu sejauh ini." Pinky mencoba menolak gejolak perasaannya sendiri. Tubuhnya berdesir hebat dan tatapan matanya tak bisa berbohong. Jika Pinky menginginkan Chaeyeon juga saat ini. Chaeyeon tersenyum dan mengecup jemari Pinky. Mengusap lembut wajah merona mantan kekasihnya itu. Dia bahkan tak ragu untuk merebut Pinky kembali dari tangan Mingyu.

"Aku mencintaimu, sayang. Sejauh apapun kamu pergi, aku akan menemukanmu. Aku tahu memang tak mudah menghadapi kenyataan ini. Satu keyakinan aku, pada akhirnya kita akan bersama lagi." Chaeyeon mencumbu leher jenjang Pinky, sungguh dia takkan melepaskan Pinky lagi.

Pertahanan Pinky pun roboh, jelas dia masih sangat mencintai mantannya itu. Perlahan Pinky mengeratkan pelukan dan membalas ciuman Chaeyeon. Lupa sudah dengan statusnya, itu bukan hal yang penting untuk saat ini. Kerinduan akan Chaeyeon mampu melupakan semuanya, mereka  kembali terbuai untuk saling  jatuh cinta lagi seperti dulu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 MY BABIES™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang