My B a b i e s - 22

2.2K 231 25
                                    

Eunseo tiba dirumah, berlari langsung memasuki kamar dan setengah membanting daun pintu. Marah dan kesal Bona memutuskannya secara sepihak, Jiyeon dan Myungsoo terhenyak saling lirik dengan perubahan anaknya.

"Sayang, kamu kenapa? Buka pintunya?" Teriak Jiyeon dari luar penasaran dan cemas.
"Aku nggak apa-apa. Tolong kalau ada yang nyari aku, bilang aja aku udah mati." Sahut Eunseo menangis sejadi-jadinya patah hati.

"Eyy, kamu masih hidup masa di bilang mati sih. Kamu kenapa sih?"

"Aku baik-baik aja mama."

"Baik-baik aja kok galau. Kamu berantem sama Bona?"

"Nggak. Aku cuma sedang latihan dan terapi."

"Terapi apa sih, Seo?"

"Terapi patah hati. Mama punya salep nggak?" Eunseo terisak-isak bercucuran air mata. Perasaannya sangat sedih dan terpukul.

"Salep buat apa? Kamu kudisan atau panuan?"

"Kayaknya hati aku retak-retak sekarang."

"Oh, retak hati kamu. Yaudah besok mama suruh Bona beliin semen buat kamu ya."

"Sekalian sama batu bata dan galian liang lahatnya ya, Mam." Tangisan Eunseo semakin kencang. Separuh hidupnya seakan telah hilang. Eunseo tak tahu harus bagaimana sekarang, hidup begitu membosankan tanpa Bona.

Semenjak hubungan mereka berakhir. Eunseo setiap hari sengaja mengunjungi rumah Bona. Memperhatikan gadis itu dari jauh. Sekedar ingin melihatnya, apa mantannya itu baik-baik saja.
Seperti sore itu, Eunseo duduk di kap mobil melamun memperhatikan Bona yang sedang menyapu teras. Sedih, hanya bisa merindukan Bona dari jauh.

"Seo!" Tepuk Pinky mengagetkan Eunseo.
"Tante!" Eunseo mengusap airmata, tersenyum ke arah Pinky.

"Kok nggak masuk? Kemana aja kok jarang ke rumah?"

"Ada, Tante. Biasa sibuk."

"Ayo masuk! Tuh Bona ada di rumah."

"Iya duluan aja Tan, aku lagi nunggu teman dulu." Jawab terpaksa Eunseo berbohong.
"Ya udah tante tunggu di dalam ya." Pinky melengos masuk tak menaruh curiga sedikitpun.

Melihat ibunya berbincang dengan seseorang, Bona berhenti menyapu. Memperjelas pandangannya ke sebrang jalan.

"Siapa sih, Mi? Serius amat." Tanya Bona penasaran.
"Kamu ya ada tamu main kok nggak di ajak masuk. Ajak masuk sana." Pinky melirik ke arah Eunseo.

"Tamu siapa?"

"Kasihan tuh nungguin kamu." Pinky masuk rumah dan Bona mengerutkan kening bingung. Perlahan meletakkan sapu dan berjalan menghampiri Eunseo.

"Kamu mau ngapain lagi kesini? Kita kan udah putus?" Tanya Bona jutek.
"Putus bukan berarti aku di larang lewat depan rumah kamu kan?" Eunseo menatap Bona getir.

"Iya juga sih."

"Aku cuma lewat doang kok. Syukur kalau kamu baik-baik aja." Eunseo tersenyum terpaksa. Bona fokus memperhatikan raut wajah Eunseo. Membuat Eunseo salah tingkah dan canggung.

"Kucing kamu apa kabar?"

"Bunny maksud kamu? Sehat." Jawab Eunseo datar. Sakit rasanya Bona lebih mengkhawatirkan kucing daripada peka dengan perasaannya.

"Ooh! Terus kamu nggak malam mingguan sama pacar kamu? "

"Nggak. Pacar aku lagi liburan ke Suriah."

"Pacar kamu angota ISIS sekarang?" Eunseo terdiam kehilangan kata-kata. Demi apapun rasanya Eunseo ingin menangis memeluk Bona. Lelah berpura-pura baik-baik saja. Tanpa terasa airmatanya jatuh mengalir begitu saja.

"Kamu lagi sakit mata lagi?"

"Iya." Eunseo menunduk tak berani melihat Bona. Gadis itu pun berjalan ke warung sebentar lalu mendatangi Eunseo lagi.
"Nih obat sakit mata. Semoga cepat sembuh." Bona menyerahkan obat tetes mata di tangan Eunseo.

"Boleh pinjam pisau nggak? Tolong tusuk jantung aku sekarang." Eunseo terisak-isak sedih. Bona lekat menatapnya lama dan duduk di samping Eunseo.
"Jangan sedih, kalau jodoh tak akan kemana." Bona menepuk pundak Eunseo pelan. Seketika tangis Eunseo semakin kencang, Bona hanya menggeleng lucu.

20 menit kemudian..

Bona dan Eunseo masih duduk di kap mobil.  Mereka sama-sama terdiam larut dalam lamunan masing-masing.
Eunseo pun sudah capek menangis. Wajahnya menengadah ke atas langit tanpa harapan.

"Bon!"

"Iya."Jawab Bona tanpa menoleh. Terlalu asyik dengan lamunan panjangnya.

"Makasih ya."

"Untuk? "

"Aku pernah bahagia sama kamu."

"Sama-sama Seo."

"Aku minta maaf. Mungkin besok dan seterusnya aku nggak bisa numpang lewat lagi depan rumah kamu."

"Kenapa mobil kamu mau di jual?"

"Bukan. Bensin mahal."

"Oh!"

"Jangan kangen ya. Soalnya aku mau titip hati dan cinta aku di pegadaian."

"Nggak sekalian kamu jual online siapa tau laku dan ada yang berminat."

"Nggak mau ah! Takut kena PHP. Aku pulang ya. Maaf bilangin sama Mami, Seo nggak bisa mampir." Eunseo turun dari kap mobil dan merogoh saku jaket mencari kunci.

"Seo! "

"Iya. Kenapa?"

"Nggak. Ngetes doang suara aku serak atau tidak." Eunseo menghela napas sesak. Tak ingin rasanya berpisah jauh dari Bona.

"Bona! Boleh aku jujur nggak?"

"Bohong juga nggak apa-apa."

"Kamu adalah mantan terindah." Ucap Eunseo menghidupkan mesin mobil. Tersenyum pahit ke arah Bona. Sekuat hati untuk menahan perasaan rindu dan sayangnya pada gadis itu.

"Terimakasih, Kang kibul." Bona melambaikan tangan dan menutup pintu pagar. Eunseo pun pulang dengan perasaannya yang semakin kacau. Tak bisa move on dari Bona.

____ 

Tok! Tok! Tok!

"Seo ada yang nyariin kamu tuh!" Kata Jiyeon mengetuk pintu.
"Siapa? Kan udah Seo bilang kalau ada cari Seo, bilang Seo udah mati." Sahut Eunseo betah melamun menatap potret Bona.

"Mama suruh masuk ya."

"Seo lagi malas terima tamu. Bilang aja Seo tidur."

Tok! Tok! Tok!

"Apa lagi sih Mam? Seo ngantuk mau tidur. Tamu siapa sih kurang kerjaan malam-malam. Ganggu aja." Eunseo turun dari ranjang dan melangkah malas membuka pintu.





"SELAMAT ULANG TAHUN SAYANG!"



Ucap Bona berdiri memegang cake tersenyum lebar begitu cantik dan manis.

"Bona! Aku nggak lagi mimpi kan!" Eunseo merangkul Bona erat menangis terharu. Dia pun menghujani pipi Bona dengan ciuman.
"Make a wish dulu dong, sayang." Setelah berdoa, Eunseo meniup lilin. Lalu mengecup pipi Bona dan Jiyeon bergantian.

 Lalu mengecup pipi Bona dan Jiyeon bergantian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 MY BABIES™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang