Saat seharusnya semua siswa berada di kelas untuk mengikuti pembelajaran, tiga orang siswa laki laki itu justru duduk santai di kantin ditemani sebotol minuman dingin. Mereka nampak asik dengan kegiatan masing masing. Keheningan lah menghiasi kebersamaan mereka.
"Aneh, banyak cewek yang ngarep banget gue deketin dan dapet kasih sayang gue kok malah dia benci gue." Mungga memecahkan keheningan. Ucapan itu berhasil membuat Diat dan Rafly menghentikan kegiatan mereka.
"Dia siapa?" Rafly menampakkan wajah kepo-nya. Begitupun Diat yang kini berantusias mendengar jawaban dari Mungga.
Melihat ekspresi kedua sahabatnya, Mungga tersenyum kecil. Dia membuat kedua sahabatnya semakin penasaran.
"You know she." Jawaban Mungga masih membuat kedua sahabatnya bingung. Mereka berdua hanya bisa menebak siapakah dia.
"Gue perlu tau tentang dia. Setelah itu memahaminya."
"Mung, sape sih? Please kasih tau. Gue kepo banget nih." Rafly menampakkan wajah kesalnya lantaran Mungga masih tak memberitahu.
"Iya Mung, lo mah gitu sama sohib sendiri." Diat berpura pura merajuk karena Mungga tak mau memberitahu.
Mungga malah tersenyum. Memikirkan cewek yang dia ingin pahami.
"Temen lo beneran gila tuh Fly, Yat, senyum senyum sendiri gak jelas." Seruan itu membuat ketiga lelaki tadi menoleh ke sumber suara.
"Dah biasa (nam), gue mah gak kaget." Diat malah ikut meledek Mungga yang jelas jelas sahabatnya sendiri.
"Eh, kok lo disini?"
"Hak asasi gue mau dimana aja. Yang penting gue gak ganggu orang, kayak kebiasaan lo."
"Gue gak pernah ganggu orang."
"Cih, gak pernah dengkulmu! Terus yang tiap hari ke gue itu kalau bukan ganggu apaan?"
"Gue gak ngerasa itu ganggu lo."
"Tapi gue keganggu!"
"Udah woy! Ribut mulu! Kelaut sono! Kuping gue bosen denger lo berdua debat mulu! Apalagi mulut Nk udah kayak toa!" Diat melerai Mungga dengan Nk.
"Yat, belum pernah dicium sepatu gue kan yak?" Nk menaik turunkan alisnya.
"Cewek aja banyak, ngapain dicium sepatu."
"Emang ada cewek yan g mau cium lo?" Rafly meledek Diat. Kekehan muncul dari mulut Mungga dan Nk.
"Ada lah, emak gue."
Skak mat. Kekehan Mungga dan Nk tertenti. Tak disangka Diat akan menjawab begitu.
"Lupa, gue kan mau buang air kecil." Nk menepuk dahi sebelum akhirnya berlari menuju toilet.
"Awas ngompol!" Mungga kemudian tertawa.
"Gue herman-,"
"Lo Rafly, bukan Herman. Main ganti nama aja." Diat memotong ucapan Rafly.
"Diat ah, gue kan mau ngelawak."
"Lawakan lo gak lucu!"
"Dasar, masa mau buang air kecil aja sampai lupa. Yang gila gue atau dia sih?"
"Dua duanya." Diat dan Rafly mengatakannya secara bersamaan.
Bel istirahat berbunyi. Otomatis seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Mungga, Diat, dan Rafly meninggalkan kantin karena sudah puas berada di kantin.
Mungga Pov.
Aku bersama kedua sahabatku memilih berkeliling sekolah. Langkahku terhenti ketika mereka menghadangku dengan tatapan sinis.
"Hey makhluk PD!" Amri berteriak dengan tatapan sinisnya.
Aku tersenyum miring menampilkam smirk-ku. Sedangkan Diat dan Rafly membuang muka karena jengah.
"Apa?" Aku membuka suara malas.
"Gue tantang lo main basket minggu depan!"
"Nggak mau ah, takutnya lo kalah terus nangis."
"Halah, bilang aja lo yang takut kalah!"
"Takut kalah mah bukan tipe seorang Mungga, yak gak Mung?" Diat kini ikut menimbrung.
Aku tersenyum kemudian melangkah melewati Amri dan Danis.
"Gue tunggu minggu depan!" Aku berteriak setelah jauh dari mereka.
Tujuanku kali ini adalah menuju perpustakaan. Tempat biasanya dia singgahi setelah dari kantin.
Aku masuk kemudian meneliti seisi perpustakaan. Dia tak nampak disini.
"Lo cari siapa sih?" Diat ikut meneliti arah mataku. Aku diam dan masih sibuk mencarinya.
"Dia."
Dapat kulihat Rafly dan Diat menghela nafas. Wajah penasaran mereka kembali muncul.
"Kita duduk. Kita tunggu kedatangan dia disini." Aku berjalan santai menuju ke kursi. Mereka berdua? Mengendikan bahu kemudian mengikutiku duduk.
Sekitar lima menit, dia datang bersama dengan sahabatnya. Senyuman manis yang tak pernah pudar itu sudah berhasil menghantui setiap hariku. Suaranya terus saja terngiang ditelingaku.
Aku terus memperhatikan setiap gerak geriknya. Tempat duduknya yang lurus di depanku memudahkanku memperhatikannya. Sesekali aku terkekeh melihat tingkahnya.
"Aku udah tau siapa yang Mungga maksud." Suara Diat membuat kegiatanku agak terganggu.
"Siapa?" Rafly dengan wajah berbinar ikut menggangguku.
"Udah tau tinggal diem, jangan ganggu gue yang lagi melihat pemandangan indah."
"Tau deh yang lagi kasmaran." Aku terkekeh melihat wajah kesal Rafly.
"Yat, siapa sih?"
"Manusia berjenis kelamin cewek, bermata dua, hidungnya satu, nafasnya pakai paru paru, dan tidurnya pasti merem."
"Berantem yuk Yat, lapangan kita banyak luas lagi."
"Hahaha...."
"Ketawa kayak lagi gak punya banyak dosa lu Yat! Eh lupa, kalau berantem terus lo kalah kan suka ngaduin ke emak lo."
"Anjir, gue anak emak tapi gak gitu gitu banget kali."
"Diem lo berdua! Dibilang jangan ganggu juga! Kalau ganggu mending ke habitat lo berdua aja sana!"
Aku berdiri hendak meninggalkan perpustakaan. Keributan dua sahabatku membuat suasana menjadi tidak nyaman.
"Gimana sih lo Mung? Kita yang diusir lo eh kok malah lo yang pergi." Aku masih dapat medengar teriakan Rafly.
"Udah mulai merasa sesuatu. Hem, gue harus deket dia terus." Aku berkata dalam hati kemudian tersenyum. Mendekati dia terus adalah langkah awal untuk memastikan rasaku. Rasa yang dulu pernah aku rasakan pada seseorang.
Tbc....
Jangan lupa vote-nya😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated✔
FanfictionGak ada sinopsis. Kepo baca aja. Ingat! Tinggalkan cerita jika merasa mual atau bosan. ❤Terdiri 2 Season. Season 1 (Completed) dan Season 2 (Completed)❤ (Season1) "Start 28 April 2018-Finish 5 Juni 2018" (Season2) "Start 17 Juni - Finish 14 Juli" *C...