14.) Kebahagiaan

1.4K 150 24
                                    

Mungga menyambar jaket yang ada di kursi meja belajarnya. Senyuman tak berhenti mengembang dari bibirnya. Meskipun dia baru keluar dari rumah sakit, dia tetap bersemangat pergi ke sekolah.

Mungga langsung menuju meja makan. Dia mengambil roti dan mengoleskan selai.

"Kamu mau sekolah?"

"Mau ngojek Ma. Ya sekolah lah. Udah rapi dan ganteng gini."

"Kamu bercanda aja. Kan baru keluar rumah sakit kemaren sore. Gak libur aja dulu? Takutnya masih sakit."

"Nggak Ma, aku udah sehat."

Mama Mungga merasa aneh dengan anaknya. Tak biasanya anaknya itu sudah siap sangat pagi dan tak berhenti tersenyum.

"Kamu gak jadi gila gara gara kepala kamu kebentur kan?"

"Ya nggak lah. Masa anak sendiri dikatain gila."

"Terus ngapain kamu senyum senyum sendiri begitu?"

"Mama kayak gak pernah muda aja. Udah ah, Mungga mau berangkat dulu."

Mungga mencium pipi Mamanya dan segera menuju garasi. Dia mengeluarkan motornya. Saat hendak keluar dari gerbang rumahnya, Mungga menyadari adanya keanehan.

"Ya Tuhan, saking senengnya sampai lupa gak bawa tas."

Mungga turun dari motornya dan kembali masuk ke dalam rumah. Baru akan menaiki tangga, Mamanya sudah berdiri di atas.

"Tuh kan, otak kamu rada rada. Mau sekolah atau ngojek beneran? Tas sampai di tinggal. Entar kalau tasnya nangis gimana?"

"Maklum ma, lagi bahagia pake banget. Sampai lupa bawa tas."

Mamanya bergeleng kepala melihat kelakuan anaknya. Mungga senyum senyum gak jelas sambil mengambil tas yang ada di tangan Mamanya.

"Bahagia boleh, tapi jangan sampai gila begitu."

"Ah, si Mama. Sukanya bercanda kayak limbad."

"Limbad?"

"Lupakan saja yang tadi Ma."

Mungga meninggalkan Mamanya yang masih bingung. Dengan senyuman yang selalu terbit, Mungga kembali menaiki motornya dan segera melajukannya.

Mungga berjalan di koridor dengan wajah sumringah. Dia berhenti melangkahkan kakinya ketika melihat kekasihnya yang sedang duduk di depan kelas sambil membaca sebuah novel. Mungga pun mengambil sesuatu dari tasnya.

"Aduh." Nk mengaduh ketika seseorang dengan usil menepuk pipinya dengan cokelat. Mungga tertawa melihat wajah menggemaskan Nk ketika mengelus pipinya.

"Morning." Mungga tersenyum.

"Juga makhluk nyebelin yang sekarang jadi pacar gue."

"Cie, yang udah ngakuin gue pacar."

"Nggak mau? Ya udah gue akuin lo pembantu gue aja. Lagian muka lo cocok cocok aja jadi pembantu."

"Jangan dong, masa calon papa dari anak anak lo diakuin pembantu."

"Nggak usah kejauhan mikirnya."

"Eh, nih cokelat buat lo."

Nk mengambil cokelat yang ada di tangan Mungga. Dia tak langsung memakannya melainkan ia simpan di tas yang berada di sampingnya.

"Lo masuk sekolah emang udah sembuh?"

"Udah, berkat gue jadian sama lo jadi sembuh gini."

"Gembel!"

"Gombal kali (nam). Lo mah sama pacar gak ada romantis romantisnya." Mungga pura pura kesal.

Complicated✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang