25.) Dua Puluh Lima

1.1K 130 38
                                    

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Budidayakan Vote sebelum membaca dan komen setelahnya.

Happy Reading😘

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Warning lagi!!!
Part ini kayaknya membosankan. Makluminlah, ngetik sambil nahan laper😂

Keadaan Mungga semakin hari semakin kritis. Dokter mengatakan jika Mungga benar benar memilih menyerah. Diat dan Rafly sangat setia menunggu Mungga. Mereka tak berhenti berdoa agar Tuhan menunjukkan keajaibannya.

"Gue gak peduli dikatain banci demi nangisin lo Mung. Bangun ngapa, lo mau air mata gue kering?" Rafly yang duduk di kursi samping ranjang Mungga terus saja mengoceh.

"Lo jahat udah bikin gue sama Rafly jadi anak cengeng. Bangun Mung, lo gak capek tidur terus?"

Mereka terus saja mengoceh dengan Mungga yang sedang masa koma. Tak ada kata lelah untuk mereka. Setiap pulang sekolah, pasti tempat yang langsung mereka tuju adalah rumah sakit.

"Mungkin, cuma Nk yang bisa buat Mungga lebih baik. Kita harus terus cari dia Fly."

"Iya. Duh, perut gue pake acara laper segala lagi. Temenin gue bentar ke kantin rumah sakit yuk."

Mereka berdua pun meninggalkan ruang rawat Mungga. Saat berjalan di koridor, Rafly tiba tiba berhenti.

"Lah, kok berhenti? Katanya mau makan. Buruan, keburu cacing di perut lo demo."

Rafly bergeming. Dia malah berlari seperti mengejar sesuatu. Diat yang masih bingung mengejar Rafly.

Rafly meraih tangan seseorang. Tanpa menunggu lama lagi, Rafly langsung membalik orang itu.

"Nk, akhirnya gue ketemu lo."

"Rafly."

Nk nampak sangat kaget. Dia belum siap mendengar cacian dua sahabat Mungga. Nk yakin, Mungga pasti sudah cerita semuanya.

"Gue mohon, temui Mungga. Dia butuh lo sekarang."

Nk diam membisu. Saat menatap Rafly, Nk dapat melihat mata Rafly berkaca kaca.

"Nggak bisa Fly, gue gak bisa ketemu dia. Gue mau lupain dia."

"Gue mohon (nam), temui Mungga. Dia beneran butuh lo. Lupain dia setelah ketemu dia sebentar saja. Gue mohon."

Nk Pov.

Mendengar permohonan Rafly, aku sedikit iba. Jika aku menemui Mungga lagi, aku semakin tidak bisa melupakannya.

"Gue mohon (nam)." Rafly berlutut di depanku. Apa mungkin keadaan Mungga parah karena aku? Jika iya, aku sungguh wanita yang jahat.

"Temui dia (nam). Mungkin dia bener bener butuh kamu." Suara Rafi. Aku menoleh dan dapat kulihat Rafi mendekatiku. Dia memegang bahu Rafly untuk membawa Rafly berdiri.

"Tapi Raf."

"Ayo temui Mungga, aku ikut kok. Aku gak bakal marah, ya walaupun sedikit cemburu."

Complicated✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang