Bagian 8

3.2K 168 1
                                    


Raja kembali kerumahnya dengan penampilan kusut dan sangat berantakan hingga membuat Cantika, Maminya berteriak heboh tepat ketika beliau membuka pintu untuknya.

"Ya Tuhan Mas!"

"Papi!! Papi! Anak kita Pi!"

Raja memutar matanya melangkahkan kakinya masuk tanpa memperdulikan Maminya yang berteriak heboh, heran juga hari ini Papinya nggak ke kantor biasanya di jam seperti ini hanya ada Mami atau pembantu mereka di rumah.

"Ssttt.. Mami diam ah, jangan berisik gitu!"Raja berujar memperingatkan Maminya dengan nada lelah.

Namanya juga Cantika mana mau ia mendengarkan nasihat anaknya, "Papi kemari! Mas Raja habis di gebuk orang."

Raja membulatkan matanya mengurungkan langkahnya sebelum ia bersuara memperingati Maminya, Papinya dengan hanya menggunakan sarung tanpa baju berlari kearah pintu depan,
"Kenapa Mas Raja bisa di gebuk orang? Gangguin bini orang ya Mas Raja ini."

Raja menghela nafas lelah dengan kesal ia mengacak rambutnya, "Kasih Raja waktu buat istirahat. Raja capek Mi Pi." Raja segera melanjutkan ucapannya saat melihat Maminya akan membuka mulut, "Mas tidak melakukan apapun hal buruk seperti yang ada di fikiran Papi dan Mami." Raja langsung melangkah menuju kamarnya meninggalkan Cantika dan Gatot yang masih terdiam di tempatnya tadi.

"Aneh! Udah nggak pulang dari semalam eh taunya pas pulang marah-marah."dumel Cantika dengan bibir manyun.

Gatot tertawa geli, "Ya biarin aja Mi, mungkin Mas Raja lagi ada masalah."

Cantik memeluk manja lengan suaminya, "Faktor U kali makanya Mas Raja jadi kayak nenek-nenek begitu."

"Ya udah, Ayok ke kamar lagi!"Ajak Gatot sambil mengedipkan matanya.

Cantika memutar matanya namun tetap melangkah mengikuti langkah suaminya, "Udah tua juga masih aja mesum!"

"Sama kekasih halal ini."sahut Gatot santai.

Cantika menghentakkan kakinya melangkah terlebih duhulu meninggalkan suaminya yang sibuk menertawakannya. Benar-benar pasangan tua ajaib mereka ini.

Raja merebahkan tubuhnya, diatas ranjang tentu saja setelah ia melepaskan semua pakaian bernoda darah Rania kemarin, ia terlihat lebih segar setelah berendam setengah jam lalu. Masih dengan menggunakan handuk Raja terlihat begitu nyaman di atas tempat tidurnya.

Ia kembali mengingat bagaimana saat Rania menyuruhnya pulang. Seharusnya ia senang bukan? Ia bisa bebas istirahat, bermain game atau jalan-jalan dari pada ia harus terkurung dikamar rawat Rania,  tapi kenapa saat mendengar permintaan Rania ia merasa tidak terima bahkan ia nyaris membentak Rania padahal gadis itu tidak salah toh dari kemarin ia sudah berada disana padahal mereka bukan siapa-siapa bahkan tidak pernah saling mengenal sebelumnya.

"Jangan bilang kalau gue sudah jatuh cinta pada gadis bodoh itu."

Raja segera bangkit dari posisi tidurnya, "Ya kali cinta pandang pertama itu ada, bisa-bisa sejak dulu gue udah jadian sama si kipli tukang kebon."

Raja mengacak rambutnya, ia kesal kenapa dirinya harus capek-capek memikirkan Rania. "Memang Rania siapanya lo? Pacar bukan istri juga bukan, bikin capek aja lo mikirin dia."Raja berbicara seorang diri.

"Emang Rania itu siapa mas?"

Raja hampir terjungkal ketika mendengar suara Ratu, adiknya yang entah sejak kapan berada di dalam kamarnya.
"Lain kali kalau mau kamar Mas ketuk pintu dulu Ratu!"Peringat Raja dengan tegas.

Ratu sendiri mengedikkan bahunya tanpa takut ia melangkah mendekati Raja yang duduk diatas ranjang, "Bisa kali pakai baju dulu baru ngelamun."celetuk Ratu yang dibalas dengusan oleh Raja.

"Bukan urusan lo!"damprat Raja emosi. Sebenarnya saat ini ia sedang kesal pada dirinya sendiri namun Ratu dengan tidak tahu dirinya menjadikan dirinya sebagai umpan pelampiasan kemarahan Raja.

"Jadi Rania itu siapa? Pacarnya Mas? Calon istri? Atau janda kembang simpanan Mas?"

Raja yang sudah tidak tahan dengan rentetan pertanyaan dari Ratu dengan cepat menggerakkan tangannya dengan tega Raja menjitak kepala adiknya hingga Ratu menjerit kesakitan diatas ranjangnya.

"Aduin Mami loh ya Mas."Ancam Ratu ditengah ringisannya yang dibalas kedikan bahu oleh Raja, "Aduin noh! Mami lagi sibuk buat Adek baru buat kita."

Ratu terlonjak kaget seakan lupa sama kesakitannya tadi, "Serius Mas? Demi apa?"pekiknya histeris.

Raja mengibaskan tangannya mengusir Ratu dari dalam kamarnya, "Hush!! Jauh-jauh sana dari Mas!"perintah Raja kejam.
Ratu merengut sebelum berdiri lalu berlari keluar dari kamar Raja, "Coba aja kalau ada adik baru nggak mau Mami Papi sudah terlalu tua buat punya bayi lagi, aduh mi kenapa coba nggak sadar-sadar umur juga sih."Dengus Ratu dengan langkah cepat nya menuju kamar Mami dan Papinya.

******

"Melamun non?"

Rania tersentak saat merasakan sentuhan lembut Mbok Inem di bahunya, hari ini tepat seminggu ia sudah dirumah sakit dan demi apa orang tuanya sama sekali belum datang menjenguknya. Rania hanya di temani oleh Mbok Inem, hanya beliau yang menemaninya.

Begitu juga dengan pria bermulut pedas yang sudah menolongnya, Raja. Pria itu benar-benar tidak pernah datang lagi setelah ia menyuruh pria itu pulang seminggu lalu. Rania benar-benar tidak nyaman dengan perasaan dan juga pikirannya yang selalu memikirkan Raja.

"Sepertinya den Raja pria yang baik non."

Rania menolehkan pandangannya menatap Mbok Inem bingung, "Jika hati sudah menerima jangan berusaha di tolak non tidak baik."

"Maksud Mbok?"

Mbok Inem duduk disamping Rania, "Tidak semua kisah cinta akan berakhir seperti Tuan dan Nyonya."

Tubuh Rania sontak menegang, "Mbok bagaimana bisa?"

Mbok Inem tersenyum namun matanya terlihat berkaca-kaca, "Dari kecil Mbok sudah bersama non Nia bagaimana mungkin Mbok tidak tahu dengan apa yang terjadi pada non Nia."bisiknya lirih.

Rania tersenyum dalam hati ia sangat bersyukur masih ada Mbok Inem yang menyayanginya, bahkan melebihi orang tuanya sendiri. "Nia hanya takut Mbok lagian hubungan Nia dengan Raja tidak seperti yang Mbok bayangkan. Kami hanya manusia yang dipertemukan takdir dalam keadaan seperti ini."jelas Rania sambil tersenyum, seketika bayangan wajah Raja memenuhi kepalanya.

Mbok Inem tersenyum, "Jodoh siapa yang tau non, benar bukan?"goda Mbok Inem yang dibalas dengusan oleh Rania.

"Rasanya tidak mungkin kalau kami berjodoh Mbok, terlalu jauh jarak pemisah di antara kami terlalu jauh bahkan sangat jauh."lirih Rania entah kenapa perasaanya berdenyut sakit ketika mengingat Raja.

"Jodoh itu rahasia Tuhan nak. Tidak ada yang tahu dengan siapa kita akan menghabiskan sisa umur kita nanti. Belum tentu orang yang bertahun-tahun menjaga kita itu yang akan menjadi jodoh kita bisa jadi dia yang sama sekali tidak pernah kita kenal sebelumnya namun malah dia yang ternyata menjadi pendamping kita."

Rania tersenyum tipis, benar tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi bahkan satu detik berikutnya hanya Tuhan. Dan Rania yakin di balik kesedihan yang ia rasakan pasti akan ada balasan manis yang membuatnya lupa pernah mengalami hal menyedihkan. Rencana Tuhan jauh lebih indah dari pada yang kita bayangkan, bukan?

Jadi, Rania hanya perlu bersabar sedikit lagi untuk meraih kebahagiaannya dan semoga saja di dalam kebahagiaannya Tuhan menyediakan sedikit tempat untuk Raja, pria bermulut pedas namun memiliki hati yang baik.

Semoga.

*****

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang