Bagian 43

2.2K 126 15
                                    


Sudah satu bulan berlalu dan Raja mulai frustasi akibat Rania mengabaikan dirinya. Tidak biasanya kekasihnya itu bersikap acuh seperti ini.

"Kamu kenapa sih sayang?"Raja berusaha menghubungi ponsel kekasihnya yang lagi-lagi tidak mendapat jawaban.

Raja mengacak-acak rambutnya frustasi, jika kemarin ia frustasi dengan mengahadapi Maminya maka kali ini ia frustasi akibat sikap abai kekasihnya.

Raja meletakkan ponselnya diatas meja, ia sudah satu bulan hubungannya dengan Lydia berjalan bukan maksudnya ia sudah satu bulan menghabiskan waktu bersama Lydia dan juga Maminya.

Selama bersama Lydia tidak pernah sekalipun Maminya memusuhi dirinya, semua terlihat normal hanya saja Ratu, adiknya terlihat begitu memusuhi dirinya.

Ia tahu ia salah tapi ia hanya ingin memastikan hatinya, seperti kata Lydia jika ia benar-benar yakin pada cintanya dengan Rania kenapa ia harus takut pergi dan menghabiskan waktu bersama Lydia? Toh hatinya juga hanya diisi oleh Rania.

Raja tidak sadar karena pemikiran simplenya itu kini mulai menjadi bumerang untuk dirinya, ia tidak sadar semakin ia dekat dengan Lydia itu tandanya ia memberi peluang untuk gadis itu masuk semakin jauh ke dalam hubungannya dan Rania.

Raja berniat untuk menemui gadisnya hari ini, ia sudah akan beranjak bertepatan dengan pintu terbuka dan Lydia berdiri disana.

Raja menatap Lydia sejenak, hatinya benar-benar tenang berada didekat gadis itu apa itu tandanya ia masih mencintai Lydia? Lalu bagaimana dengan Rania?

Raja menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh seperti ini kali ini ia harus tegas jika ia tidak ingin kehilangan Rania.

"Ngemall yuk! Aku mau belanja baju kan minggu depan ulang tahun pernikahan Mama dan Papa aku."

Belum sempat Raja berbicara, Lydia terlebih dahulu mengutarakan keinginannya, dan seperti hari-hari sebelumnya Raja tidak berdaya menolak permintaan gadis ini apalagi jika Lydia sudah membawa nama Maminya.

Dengan senyuman sedikit di paksakan Raja melangkah mengikuti bahkan ia membiarkan Lydia bergelut manja pada lengannya. Hati Raja benar-benar bimbang saat ini, semakin hari ia semakin nyaman dengan kehadiran Lydia disisinya tapi jika mengingat Rania ia tak lebih dari pengkhianat.

"Jangan ngelamun ah! Ayok cepat sayang."

Bahkan Raja sudah membiarkan Lydia memanggilnya sayang, yang sebenarnya itu adalah panggilan yang menjadi hak Rania.

Semua semakin rumit.

*****

Rania memandang sendu ponselnya, sudah satu bulan ia memberi jarak pada hubungannya dengan Raja dan sudah satu minggu juga hidupnya bagai dineraka.

Rania tersiksa bahkan malam-malamnya ia lalui dengan tangisan. Hatinya sungguh terluka akibat kebohongan Raja tapi terlebih dari pada itu perasaannya terasa sakit akibat rasa rindu yang membuncah.

Rania bodoh? Benar, ia memang bodoh, masih bisa-bisanya ia merindui pria yang jelas-jelas sudah menyakiti hatinya.

Rania menghela nafas satu bulan bukanlah waktu yang singkat dan semakin kesini ia semakin berfikir bahwa mungkin ia dan Raja tidak berjodoh mereka hanya diizinkan untuk sama-sama saling mengenal bukan untuk saling melengkapi.

Toh Raja sendiri sudah menemui gadis lain, gadis yang pernah dicintai oleh pria itu sementara dirinya? Ia hanya selingan ketika pria itu tersesat sebelum pria itu kembali kepelukan gadis yang dicintainya.

Rania tersenyum miris, suara bahagia Raja yang mengatakan begitu nyaman menghabiskan waktu bersama wanita itu masih terngiang di kepalanya. Raja bahagia dan ia yang menderita.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang