Bagian 34

2.3K 146 5
                                    

Raja segera memangku kepala Rania ketika gadis itu kehilangan kesadarannya. Raja datang bertepatan dengan Rania pingsan, entah ini kebetulan atau apa.

Raja segera menggendong kekasihnya, ia hanya melihat sekilas tubuh kaku Aji Ramlan yang sudah terbalut kain kafan. Sepertinya sebentar lagi jenazah itu akan segera dibawa ke TPU untuk dikebumikan.

Raja membaringkan tubuh Rania dengan perlahan, terlihat jelas kerapuhan gadisnya itu meskipun sedang menutup mata.

"Sayang, kamu harus kuat."bisik Raja sambil menggenggam erat tangan Rania.

Ia sedikit bersyukur setelah sadar dari kekagetannya ia segera berlari menuju garasi tanpa mempedulikan teriakan orang-orang rumahnya yang memanggil dirinya terutama sang Mami yang menjerit histeris ketika melihat dirinya hampir menabrak gerbang rumahnya.

Raja benar-benar mempraktekkan semua kemahirannya dalam mengendarai roda empat demi mencapai rumah Rania lebih cepat. Ini sudah untuk kesekian kalinya ia melakukan hal seperti ini demi pujaan hatinya itu.

Raja ingin berada disisi Rania, disaat gadisnya itu terpuruk ia ingin Rania bersandar padanya, mengatakan pada Rania bahwa gadis itu tidak sendiri karena dirinya akan selalu berada disisi gadis itu.

Raja mengecup lembut punggung tangan Rania matanya tak lepas dari wajah cantik kekasihnya yang kini terlihat begitu pucat. Raja tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Rania ketika mendapati kenyataan bahwa Papanya memilih bunuh diri sebagai akhir dari penyelesaian masalah yang menimpa keluarga mereka.

Raja sendiri tidak habis fikir pria secerdas dan setangguh Aji Ramlan melakukan hal pengecut seperti ini. Bunuh diri? Jika bisa Raja ingin berteriak didepan jenazah Aji, ia akan mengatakan masih banyak jalan lain yang bisa ditempuh untuk menghadapi masalah apapun didunia ini.

Raja tahu, sejak kejadian perselingkuhan almarhumah istri Aji Ramlan terkuak ke publik, begitu banyak tekanan dan bullyan yang didapatkan oleh keluarga Ramlan, bukan hanya Aji tapi Rania juga.

Yang membuat Raja tidak habis fikir adalah kenapa Aji tega meninggalkan putrinya seorang diri dengan harus kembali memikul beban yang ia tinggalkan. Aji dan istrinya itu benar-benar keterlaluan.

Belum selesai masalah almarhumah ibunya kini Rania harus kembali menerima guncangan akibat peristiwa bunuh diri ayahnya.

Benar-benar miris sekali nasib gadis cantik bergigi kelinci itu.

Raja mengusap lembut pipi putih Rania, ia sudah berjanji dan tekadnya semakin kuat untuk menjaga dan membahagiakan Rania setelah semua hal buruk menimpa gadis pujaan hatinya ini.

"Setelah ini ayok kita menikah dan berbahagia bersama sayang."

*****

Rania mengerjapkan matanya, entah perasaan atau memang benar adanya ia merasa tubuhnya begitu ringan. Rania kembali mengerjapkan matanya kali ini ia mulai bisa menatap sekelilingnya dan seketika ia terpaku.

"Dimana ini?"Gumam Rania saat ia benar-benar merasa asing dengan tempat ini.

Rania bergerak menegakkan tubuhnya lalu kembali memperhatikan sekelilingnya, ia semakin merasa asing dengan tempat ini.

Tempat ini seperti bukit namun penuh dengan pohon dan tumbuhan lainnya, rumputnya begitu tebal bak ambal terbaik seperti dirumahnya dengan warna hijau semakin memanjakan mata.

Namun Rania sedikit takut, keseluruhan tempat ini Indah tapi sangat asing untuknya.

"Mama.. Papa.."panggil Rania ketika ia semakin didera rasa takut bahkan tubuhnya yang berbalut dress putih tulang terlihat bergetar.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang