Bagian 12

3K 161 5
                                    


Rania melebarkan matanya suaranya tercekat di tenggorokan ketika mengetahui si penelfon asing itu adalah Raja. Pria bermulut pedas yang sudah menolongnya beberapa waktu lalu.

"Kenapa?" Rania bersuara lirih terdengar seperti bisikan. Rania kembali menghentikan nafasnya ketika mendengar suara Raja di seberang sana.

"Aku rindu."

Rania semakin tidak bisa mengontrol detak jantungnya Demi Tuhan pria ini mengatakan rindu sebegitu mudahnya sedangkan ia belakangan ini mati-matian berusaha menolak perasaan itu dan sekarang ia mengakuinya bahwa dirinya juga sangat merindukan pria bermulut pedas itu.

"Terus?" Rania menggigit kuat bibirnya menahan jeritan dan juga senyuman yang mulai terpantri di wajahnya.

Terdengar helaan nafas diseberang sana, "Ayo kita bertemu besok!"

Rania menganggukan kepalanya begitu saja seolah Raja melihatnya, "Eum baiklah."

"Sampai besok Rabbit."

Tut...

Rania memandang ponselnya ketika Raja telah mengakhiri panggilan secara sepihak. Rania menggerutu pelan namun seulas senyum kecil terbit dibibirnya. Entah kenapa rasanya ia benar-benar tidak sabar menunggu esok.

Rania meletakkan kembali ponsel miliknya di atas meja kecil di samping ranjangnya sebelum merebahkan tubuhnya di atas ranjang sejenak ia melupakan peri hal masalah Mamanya. Saat ini Rania hanya ingin tenang menunggu malam berlalu. Dan besoknya ia akan berjumpa dengan pria tampan bermulut pedas itu.

"Raja."

Gumam Rania pelan, ia memang gadis pendiam dengan gaya sedikit kampungan setidaknya begitulah ejekan demi ejekan yang di lontarkan untuknya selama ini. Meskipun begitu ia juga seorang gadis yang sudah menginjak usia dimana ia mengenal pasangan lawan jenis.

Benar. Rania tahu bahwa sebenarnya ia sudah jatuh, jatuh pada pesona pria bermulut pedas namun penyayang itu.

Raja.

Rani mulai memejamkan matanya, ia berharap Raja adalah sosok yang di kirim Tuhan untuk menemaninya. Bukan untuk menghilangkan penderitaannya selama ini namun untuk mengajaknya bersama mengukir kenangan baru dan tentu saja jauh dari kata menderita.

Semoga Raja pembawa kebahagiaan untuknya.

Semoga.

******

Raja duduk termenung masih sambil memandang layar ponselnya yang sudah padam, bahkan hampir satu jam berlalu dimana ia menghubungi gadis yang ia panggil Rabbit itu namun ia masih setia pada posisinya.

"Rania."

Raja berbisik mengumamkan nama gadis yang telah berhasil mencuri hatinya. Raja jatuh Cinta. Dan itu pada Rania gadis yang sejak awal di panggil bodoh olehnya.

Gadis aneh dan lebih anehnya lagi gadis itu berhasil masuk ke dalam hatinya bahkan mencuri semua tempat yang ada di hatinya hanya untuk gadis aneh itu sendiri. RANIA.

Raja mengusap wajahnya, ia tidak perlu sok menilik lagi perasaannya seperti saat bersama Lydia dulu, karena kali ini ia yakin bahkan sangat yakin bahwasanya ia memang sudah benar-benar jatuh Cinta pada gadis bermata bulat itu.

Lalu apa yang jadi masalahnya sekarang?

Tentu saja Raja sedang galau menunggu hari esok. Bagaimanapun ini pengalaman pertamanya mengajak seorang gadis berkencan.

Kencan?

Memang iya bukan? Iya akan berkencan besok bersama Rania. Bahkan selama 25 tahun hidupnya Raja tidak pernah membayangkan bahwa ia jatuh cinta pada gadis polos seperti Rania, karena dalam bayangannya suatu saat ia akan menikmati harinya bersama seorang wanita seksi dengan penampilan menarik. Bukan wanita sederhana dengan wajah natural bahkan terkesan seperti bayi.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang