Bagian 39

2.2K 116 2
                                    


Rania melewati perkuliahannya setengah hati, ia masih memikirkan bagaimana bisa Cindy berpelukan mesra dengan pria tak jelas seperti Glenn.

Perasaan Rania benar-benar tidak enak apalagi ketika melihat seringaian Glenn ketika mengganggu dirinya, pria itu mengerikan dan Cindy benar-benar dalam bahaya sekarang.

Rania mengigit kukunya, ia benar-benar sedang gugup saat ini. Ia bingung, jika dibiarkan ia khawatir Cindy dalam bahaya dan jika ia nekad melarang atau minimal menegur Cindy tentu ia yang akan menjadi sasaran amukan sepupunya itu.

Jadi ia harus bagaimana sekarang?

"Lo tau nggak, kemarin eh bukan kemarin juga sih beberapa hari yang lalu gue denger-denger Glenn dan Dina berhubungan intim di gudang."

Rania menegang, ia jelas mendengar bisikan mahasiswi yang mengambil mata kuliah sama dengannya sedang menggosipkan Glenn.

Rania memasang baik-baik telinga, ia bersyukur suasana kelas yang sepi dan tiga orang cewek yang bergosip itu berada tepat dibelakang kursinya.

"Benarkah? Gila.. Si Glenn memang bebedah sialan tapi yang sialnya ia begitu tampak dan panas."

Sahutan wanita lain membuat ketiga wanita itu terbahak bersama, mereka mengutuk dan memuji Glenn disaat bersamaan dan Rania serasa mual ketika mereka sepakat tidak akan menolak jika diajak berhubungan badan oleh Glenn.

"Gila aja kita tolak. Lo semua nggak lihat gimana panasnya tatapan Glenn, diliatin aja basah gue."

Kembali tawa ketiga wanita itu terdengar dan Rania benar-benar sudah gatal ingin menelpon Cindy, mengingatkan sepupunya itu bahwa Glenn bukan pria baik-baik.

"Dan satu lagi gosip panasnya. Glenn bakal campain siapa saja wanita yang telah ia tiduri. Intinya Glenn hanya menginginkan Sex tidak lebih jadi kalau ingin berhubungan dengan Glenn ya sebatas Sex tidak dengan komitmen. Pria bajingan panas itu tidak menginginkan komitmen apapun."

Cukup sudah.

Rania segera beranjak dari kursinya, ia tidak sanggup lagi mendengar pujian-pujian mahasiswi itu pada Glenn. Zaman memang sudah aneh, pria bejat seperti itu masih saja disanjung-sanjung.

Rania melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Hari ini ia hanya kuliah sampai siang berhubung besok adalah akhir pekan ia berniat membicarakan tentang Glenn pada Cindy. Semoga saja sepupunya itu mendengarkan ia kali ini.

Rania menghela nafas dengan perlahan ia mulai beranjak menuju lobi. Sampai dilobi ia mendekati papan pengumuman sebentar setelah tidak mendapati informasi apa-apa. Rania beranjak menuju pintu gerbang.

Rania melangkah sambil bersenandung pelan, angin berhembus lumayan kencang hingga membuat rambut panjang Rania tersapu angin. Berkali-kali Rania menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dan berkali-kali pula rambut itu kembali berantakan akibat disapu angin.

Rania masih sibuk dengan rambutnya sampai tak sadar saat seorang berjalan cepat kearahnya dan seketika tubuh Rania menegang saat menatap siapa yang berani memegang lengannya seperti ini.

Dan sialannya, pria itu Glenn.

*****

Raja memfokuskan dirinya pada berkas-berkas menumpuk di hadapannya. Dengan cepat ia membubuhkan tanda tangannya setelah meneliti isi berkas itu.

Raja memang belum menjabat sebagai Direktur utama tapi pekerjaannya sebagai wakil Direktur tidak main-main. Papanya hanya mempercayai Raja, dan Raja tahu sedikit banyak orang dalam dari perusahaan itu ingin menjatuhkan Papanya.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang