Bagian 42

2K 108 8
                                    


Rania mengerjapkan matanya beberapa kali, sampai matanya benar-benar terbuka dengan sempurna. Ia masih linglung matanya membengkak dengan wajah sembab akibat tangisannya semalam.

Semalam?

Rania kembali terisak saat menyadari apa yang ia alami tadi malam bukan mimpi bahkan ia bisa melihat panggilan masuk dari Ratu, adik Raja pada ponselnya semalam.

Rania berfikir calon adik iparnya itu menelfon hanya untuk saling bertukar kabar seperti biasa tapi ternyata.

"Ini saya Maminya Raja."

Seketika kinerja jantung Rania berhenti, "I..iya Tante."

Rania tahu bahwa ibu dari kekasihnya itu tidak menyukai dirinya lagi terbukti semua berubah setelah kematian orang tuanya. Sudahlah Rania tidak ingin mengingat itu lagi.

"Tidak ada, saya hanya ingin memberitahu kamu bahwa putra saya akan segera bertunangan dengan gadis pilihan saya sekaligus gadis yang sangat dicintai oleh putra saya sejak dulu."

Bagai langit runtuh keatasnya tubuh Rania menggigil kesakitan, hatinya hancur lebur seiring kata yang keluar dari mulut wanita yang telah melahirkan pria yang sangat dicintai olehnya itu.

"Dan hari ini mereka telah menghabiskan waktu bersama setelah berbulan-bulan saya membujuk putra saya. Pasti kamu tahu apa yang ingin saya beritahukan."

Rania masih menempelkan ponsel pada telinganya yang sudah berdengung menyakitkan, jiwanya seperti melayang entah kemana, tubuhnya didera rasa sakit luar biasa.

Perasaannya? Ia sudah tidak bisa memberitahu bagaimana sudah hancur perasaannya itu.

Bukan masalah perjodohan itu yang merobek habis hatinya tapi kebohongan Raja. Pria itu membohongi dirinya, bukankah pria itu mengatakan ia akan meeting? Tidak, Ibunya Raja pasti ingin mempengaruhi dirinya agar meninggalkan Raja.

"Jangan bohong Tante, Mas Raja bilang hari ini ia meeting."Rania memberanikan membantah ucapan Cantika.

Derai tawa diseberang sana bagai taburan garam diatas luka Rania, ia menelan ludah berkali-kali untuk minimalisir rasa sakit dan gugupnya.

"Baiklah. Rasanya kurang bijak jika saya berbicara tanpa bukti. Baiklah saya akan memberikan bukti akurat untuk kamu. Tetap bawa ponsel kemanapun kamu pergi!"

Tanpa salam penutup tiba-tiba panggilan diputuskan secara sepihak dan Rania benar-benar menunggu ia ingin bukti toh Raja tidak akan setega itu ada dirinya bukan?

Tidak. Raja mencintai dirinya. Nasibnya tidak akan sama seperti sang Papa bukan? Ia tidak ingin diselingkuhi, Demi Tuhan Rania sangat membenci perselingkuhan.

Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat jika Raja benar-benar berkhianat padanya. Dibohongi saja ia sudah sangat sakit apalagi jika terbukti Raja memang benar-benar pergi bersama wanita. Ah, wanita yang sangat dicintai kekasihnya dulu.

Bagus sekali, benar-benar cerita yang apik bukan?

Tak lama kemudian Rania dikejutkan dengan getaran ponsel dan lagi-lagi panggilan dari nomor Ratu yang tentu saja itu berasal dari ibunya.

Rania tidak ingin menjawab tapi hatinya mengatakan sebaliknya, jika ia tidak ingin dibodohi maka ia harus menyiapkan hati untuk mengetahui kebenarannya.

"Mas merasa kembali ke masa dulu saat mas menghabiskan waktu bersama Lydia Mi."

Rania mengigit kuat bibirnya, itu suara Raja ia sangat mengenal suara itu dan Raja benar-benar bahagia sepertinya.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang