"Mbak boleh Ratu masuk?"
Rania yang sedang istirahat membuka matanya, ia melihat adik Raja sedang mengintip dicelah pintu yang dibuka gadis itu, "Masuklah!"
Ratu melangkah memasuki kamar Abangnya yang ditempati oleh Rania, "Mbak sudah sehat?"Tanyanya basa-basi.
Rania tersenyum sambil mengangguk, "Syukurlah. Aku senang mendengarnya."Ujar Ratu dengan perasaan lega.
Keduanya terdiam, Ratu memilih duduk disisi ranjang yang ditempati Rania, ia memandang wajah Rania gadis yang dicintai oleh kakaknya ini benar-benar cantik. Kecantikan Rania benar-benar mampu membuat siapa saja menaruh hati, hanya saja Rania tidak pandai memoles diri gadis itu lebih memilih tampil apa adanya.
Terbukti selama 3 hari dirumahnya ia hanya melihat Rania mandi lalu menyisir rambut hanya itu tanpa pelembab wajah atau pembersih wajah dan alat-alat makeup wanita pada umumnya. Tapi Rania tetap terlihat cantik dan begitu menarik apalagi dua gigi kelincinya.
"Ekhem, boleh mbak pinjam ponsel kamu?"Rania menatap Ratu sungkan namun ia nekad meminjam ponsel Ratu.
Ratu menyerahkan ponsel yang kebetulan ia bawa disaku celananya."Boleh Mbak, ini pakai aja."
Rania tersenyum kikuk sambil menerima ponsel milik Ratu, ia menekan nomor yang sudah berada diluar kepalanya tak lama ia menempelkan benda pipih itu di telinga kanannya.
Tak berapa lama terdengar suara disebrang sana,"Halo mbok."sapa Rania setelah itu ia mendengar suara terkesiap Mbok Inem di seberang sana.
Rania tersenyum,"Iya. Nia baik-baik saja Mbok."Rania mendengar seksama celotehan kekhawatiran Mbok Inem.
"Iya Mbok, Nia dirumah Raja Mbok sebentar lagi Nia pulang dan Nia akan menceritakan semuanya"Jelas Rania tak berapa lama ia mematikan sambungan telfon,"Terima kasih."Ucap Rania sambil menyerahkan ponsel Ratu kembali.Ratu menerima ponsel miliknya namun pandangan matanya hanya tertuju pada Rania, "Mbak ada masalah sama Mas Raja?"
Rania terkejut sebelum menjawab ia menormalkan kembali ekspresinya, "Tidak."sahutnya tenang.
Ratu berdecak, "Kalau Mbak nggak ada masalah nggak mungkin sikap Mbak berubah kayak gini?"
Rania memilih diam, "Dengerin Ratu Mbak, walaupun Mbak marah atau kesal sama Mas Raja tapi Mbak harus tahu Mas Raja sangat mencintai Mbak."
Rania mendongakkan kepalanya menatap Ratu seolah tak percaya, bagaimana gadis ini bisa tahu sedangkan Raja tidak pernah mengutarakan apapun padanya dan mungkin pada gadis itu juga.
"Ck, Mbak kalau Mas Raja nggak punya perasaan sama Mbak nggak mungkin Mas Raja mau ngurus Mbak kayak gini kan?"Ratu menjawab semua pertanyaan didalam benak Rania.
Rania masih diam dan itu membuat Ratu berdecak kesal, "Mbak perempuan pertama yang dibawa Mas Raja kerumah selain Lydia."
Rania segera menatap Ratu ketika gadis itu menyebut nama Lydia, gadis yang mungkin akan dijodohkan dengan Raja atau gadis yang sudah diberi restu oleh Ibu Raja.
"Siapa Lydia?"
Ratu mengernyitkan dahinya ketika mendengar nada tak suka dari Rania ketika menyebut nama Lydia, "Sahabatnya Mas Raja. Dulu sih katanya Mas Raja sempat suka sama Lydia tapi Lydianya nolak terus nyuruh Mas Raja pergi dari hidupnya eh setelah sekian lama tiba-tiba gadis itu muncul lagi dikehidupan Mas Raja."Celoteh Ratu panjang lebar tanpa memperhatikan raut wajah Rania yang semakin keruh.
Dadanya berdenyut nyeri ketika Ratu mengatakan bahwa Lydia pernah disukai oleh Raja atau bahkan sampai sekarang Raja masih menyimpan hati untuk gadis itu? Tentu saja. Kalau tidak Raja tidak mungkin memangku gadis itu.
Rania tersenyum miris keputusannya semakin kuat untuk segera keluar dari rumah ini, ia sudah benar-benar tidak nyaman berada di lingkup dimana ada Raja disana.
******
"Aku mau pulang."
Raja yang baru saja akan menyapa Rania terkejut ketika Rania terlebih dahulu membuka suaranya, "Kenapa pulang?"
Rania menatap Raja lalu berdecih, ia masih merasa sakit hati setelah mengetahui fakta tentang Raja dan Lydia. Bodoh memang, tapi siapa yang bisa menahan perasaan termasuk perasaan sakit hati seperti yang ia rasakan saat ini.
"Aku tidak memiliki kepentingan disini dan terima kasih sudah menampungku dirumahmu."
Raja semakin merasa aneh dengan sikap gadis ini, "Sebenarnya ada apa? Apa Mami menganggumu? Atau Ratu mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu? Heum, katakan padaku sebenarnya ada apa Sayang?"bujuk Raja pelan, ia duduk disisi ranjang Rania.
Rania mendengus, sayang? Lucu sekali mereka tidak memiliki hubungan apa-apa kenapa Raja terus memanggilnya sayang? Dan kenapa ia selalu merasa bahagia ketika pria itu memanggilnya sayang?
Cinta benar-benar luar biasa.
"Aku lelah, bisakah kau membiarkan aku kembali ke kehidupanku?"Untuk pertama kalinya Rania berbicara sambil menatap Raja dengan tatapan seperti Rania dulu.
Raja menelan ludah tangannya terangkat mengusap wajah Rania, "Bisakah kita kembali seperti dulu?"Tanya Raja penuh harap matanya tak lepas dari wajah Rania.
Rania menahan nafas sejenak menatap Raja sekilas sebelum bersuara,"Tidak."sahutnya setenang mungkin.
Raja tersenyum tipis berusaha menutupi luka di hatinya,"Eum mungkin kita tidak akan bisa seperti dulu tapi kita akan lebih dari pada dulu."sahut Raja ambigu tanpa menghilangkan senyuman diwajahnya.
Rania mengernyitkan dahinya ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan pria ini, namun ia memilih bungkam dari pada menyuarakan ketidaktahuannya, "Jadi bisakah aku pulang? Meskipun terlahir dari rahim perempuan murahan tapi aku masih tahu tata krama. Jadi, terima kasih untuk kebaikan hatimu menampungku selama 3 hari ini."Rania membungkukkan sedikit tubuhnya.
Raja terpaku tangannya yang mengusap wajah Rania terlepas begitu saja, Rania-nya sudah terlalu jauh untuk ia capai. "Baiklah. Aku akan mengantarmu tapi sebelumnya kamu harus makan atau kamu tidak akan aku izinkan keluar dari kamar ini."Putus Raja tanpa mendengar apapun yang Rania katakan ia segera beranjak menuju pintu dan membukanya ia ingin segera keluar dari ruangan ini.
Dadanya terlalu sesak berada didalam satu ruangan dengan gadis yang dicintai namun perasaan gadis itu sudah terlalu jauh untuk ia raih, Rania di hadapannya tapi hati gadis itu entah dimana.
"Mas mau makan pakai lauk apa?"
Raja menarik lesu kursi lalu menghempaskan tubuhnya disana, ia mengabaikan pertanyaan Maminya. Untuk pertama kalinya ia benar-benar merasa kecewa dengan sikap Maminya. Cantika menghela nafas sejak semalam Raja, putranya seperti menjaga jarak dengan dirinya.
"Mas marah sama Mami? Apa Mami salah kalau Mami ingin yang terbaik untuk putra kesayangan Mami?"Cantika menarik kursi disamping Raja yang masih mengabaikannya.
Suasana dimeja makan terasa begitu sunyi hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang Raja pakai untuk melahap makan siangnya. Untuk pertama kalinya Raja mengambil makanan sendiri biasanya selalu Maminya yang melayani dirinya.
"Mami minta maaf kalau permintaan Mami ini nyakitin kamu Mas. Tapi Mami tetap tidak bisa menerima anak dari seorang wanita murahan menjadi menantu Mami."Ujar Cantika tak berperasaan.
Sebelum Raja membuka mulutnya untuk membantah pendapat Maminya suara lain terlebih, "Saya juga tidak akan berani bahkan hanya sekedar bermimpi untuk menjadi menantu anda nyonya, saya sudah katakan bahwa saya sudah melepas putra anda bahkan saya sudah memusnahkan semua Cinta saya untuknya."
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Love
ParanormalPRIVATE!!! Rania seorang gadis cantik berkulit putih dengan dua gigi kelincinya benar-benar mampu mempesona seorang Raja putra dari seorang pengusaha sukses bahkan di usianya yang masih muda Raja sudah termasuk dalam jajaran pengusaha sukses sepert...