Bagian 45

2.6K 141 8
                                    


"Makanlah Cindy! Ingat bayi dalam kandungan kamu."

Rania masih berusaha membujuk Cindy makan, sudah hampir dua hari sepupunya itu mogok makan. Cindy ingin menarik perhatian Arya, tapi sampai saat ini pria itu masih tidak memperdulikan putrinya sama sekali.

"Aku ingin Papa."Ucap Cindy kesekian kalinya.

"Aku tahu, tapi jangan dengan cara seperti ini kamu menarik perhatian Om. Kasihan bayi kamu Ndy."

Cindy membuang pandangannya, ia bersandar lemah diranjang tempat tidurnya. Ia terlalu lemah untuk beraktivitas selain morning sickness yang dialaminya, Cindy juga mogok makan.

"Aku tidak menginginkan bayi ini."

Rania membulatkan matanya, "Jangan bicara seperti itu Ndy! Jangan lagi kamu tambah dosa kamu."

Cindy menatap tajam pada Rania, "Jangan ikut campur urusanku! Jujur aja kamu senang kan hidupku hancur seperti ini! Jawab kamu! Dasar nggak tahu diri!"Maki Cindy sambil mendorong tubuh Rania sampai gadis itu terpental kelantai membuat piring berisi makan siang untuk Cindy berhamburan.

Prangg!!

Rania meringis ketika hantaman keras terasa begitu menyakitkan dibokongnya.

"Ya Tuhan! Cindy apa yang kamu lakukan??!!"

Teriakan Arya yang membahana menyentakkan Rania terlebih Cindy, belum pernah sekalipun dalam hidupnya mendapat bentakan seperti itu.

"Papa."cicitnya begitu pelan.

Arya menatap tajam pada Cindy, ia bergerak mendekat kearah ranjang mendekati Rania lalu membantu gadis itu untuk beranjak dari posisinya.

Tak hanya Rania yang terkejut, Cindy sendiri nyaris menggulingkan matanya melihat Arya memapah Rania.

"Kamu tidak apa-apa Nia?"Tanya Arya penuh kekhawatiran.

Rania baru sadar dari keterkejutannya saat merasakan usapan lembut dari tangan Arya pada lengannya, "Ti..tidak apa-apa Om."

Arya tersenyum, senyuman pertama yang Rania lihat sejak ia menginjakkan kakinya dirumah ini. "Syukurlah! Mulai saat ini Om larang kamu untuk mengurus anak tidak tahu diri ini."titah Arya sambil menatap tajam kearah Cindy.

Rania kembali terkejut, "O..om."

Cindy tidak hanya terkejut tapi juga sakit hati bagaimana bisa Papanya merendahkan dirinya di hadapan Rania seperti ini. "Apa Papa akan terus memusuhi seperti ini? Apa hati Papa sudah mulai lunak dan beralih menyayangi gadis sialan ini."Ujar Cindy berapi-api tanpa menyadari Arya melangkah mendekatinya dan tiba-tiba ia merasa sakit menyengat dipipinya.

Plak!!!

Semua terjadi begitu cepat, Rania bahkan sampai menutup mulutnya. Arya menampar Cindy begitu kencang sampai tubuh Cindy terpental keatas ranjang.

"Dengar Cindy! Dulu aku terlalu dibutakan oleh dendam sampai aku menaruh benci pada Rania yang tidak tahu menahu atas apa yang terjadi dimasa lalu dan sekarang mungkin aku sedang menerima karma melalui anak tidak tahu diri seperti dirimu."Cerca Arya tanpa ampun.

Cindy bungkam, hanya air matanya yang meleleh, "Maafkan aku Pa."

Arya mendengus,"Apa maaf dariku bisa membuatmu kembali suci? Apa maaf dariku bisa mengubah semuanya? Tidak Cindy, terlalu terlambat kamu menangis sekarang setelah apa yang kamu lakukan."Jeda sejenak sebelum Arya kembali mengeluarkan suaranya, "Aku menyekolahkan kamu tinggi-tinggi untuk apa? Agar kamu tumbuh menjadi wanita pintar bukan berubah menjadi binal dan murahan seperti ini."

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang