Bagian 29

2.4K 155 8
                                    


Rania duduk tenang di atas ranjang, matanya terlihat kuyu dengan pandangan kosong. Raja yang berdiri disampingnya ia abaikan begitu saja.

"Sayang, tolong buka mulut kamu."Raja mengarahkan sendok berisi nasi dan lauk kemulut Rania.

Rania bergeming menutup rapat mulutnya. Ia tidak akan makan, toh nanti ia juga akan mati dengan sendirinya atau memang ia sudah mati. Jiwanya sudah mati.

"Aku akan mengabulkan semua permintaanmu asal kamu mau membuka mulutmu."Raja merayu Rania dan berhasil akhirnya gadis itu mau menatap Raja.

"Benarkah?"

Raja benar-benar merasa senang ketika Rania mau mengeluarkan suaranya setelah semalaman gadis itu diam. "Tentu saja. Apapun untukmu Sayang."ujar Raja dengan ceria.

"Aku ingin mati."

Seketika jantung Raja mencolos, apa yang sebenarnya ada difikiran gadis ini?

"Makan!"Raja berseru tegas dengan bibir terkatup rapat.

Rania tersenyum mengejek dengan wajah culas jelas Raja kembali terkejut selama mengenal Rania ia tidak pernah melihat senyum culas itu.

"Penipu."vonis Rania kembali mengalihkan pandangannya dari Raja.

Raja memejamkan matanya mengumpulkan semua kesabaran yang ia punya, setelah semalaman suntuk ia bergadang untuk menunggui gadis ini sekarang ia harus dihadapkan dengan keadaan gadis ini yang masih belum stabil.

"Aku minta maaf sayang, aku salah bahkan jauh sebelum semua ini menimpa dirimu aku sudah terlebih dahulu mengukir luka disana."Raja berujar sambil menatap dada Rania tepat dimana rasa sakit Rania berasal.

Rania kembali memperlihatkan senyuman culasnya, "Kau tidak salah hanya aku saja terlalu berharap toh semua yang kau lakukan itu sudah benar. Tidak perlu repot-repot mengurus anak dari perempuan murahan seperti diriku."

"RANIA!!!"

Rania bergeming bahkan teriakan kemarahan Raja sama sekali tidak berubah ekpresi wajahnya, masih begitu datar dan tidak tersentuh. "Aku hanya mengatakan atau lebih tepatnya memperjelas apa yang ibumu inginkan."

Raja membulatkan matanya, ia menatap Rania tidak percaya, "Kau menguping pembicaraanku dengan Mami?"

Rania mengedikkan bahunya tak perduli, "Aku hanya mendengar sekilas lagipula itu bukan urusanku."sahutnya acuh.

Raja mengumpat didalam hati, ia kenapa bisa sebodoh ini dengan mengajak Maminya berbicara didalam kamar dimana Rania tertidur diatas ranjang, kenapa ia tidak berfikir bahwa Rania bisa saja sadar sewaktu-waktu lalu mendengarkan semuanya dan semua terbukti sekarang Rania jelas mendengarkan pembicaraan dirinya dengan sang Mami semalam.

"Sayang aku mohon dengarkan penjelasanku dulu."Raja duduk disisi ranjang tepat disebelah kanan tubuh Rania.

Gadis itu diam pandangan matanya masih kosong kearah jendela, ia menolak menatap Raja.

'Mami cuma ingin yang terbaik untu kamu Mas. Bagaimana mungkin Mas menjalin hubungan dengan putri seorang wanita tukang selingkuh seperti Ibunya Rania'

Rania jelas sekali mendengar kalimat hinaan itu, meskipun memang benar ibunya murahan tapi ia tetap tidak bisa terima bila ada orang lain yang menghina ibunya, termasuk Cantika ibu dari pria yang sangat di cintainya ini.

"Aku akan membuat Mami mengerti dengan semua keadaan ini. Aku cuma perlu sedikit waktu untuk itu, aku mohon maafkan aku dan juga Mami."Raja ketar-ketir ketika Rania tidak juga merespon semua perkataannya.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang