Rania mematut dirinya didepan cermin, hari ini ia sudah memulai kembali kuliahnya. Rania benar-benar melanjutkan hidupnya tanpa menyertakan lagi airmata disana.
Ia rindu Mamanya? Tentu.
Ia merindukan Papanya? Sangat.
Rania sangat merindukan kedua orang tuanya, tapi ia sudah bertekad akan mengenang orang tuanya dalam senyuman bukan lagi tangisan. Dia sudah berjanji akan memulai kembali hidupnya dengan senyuman tidak ada lagi tangisan kepedihan.
Rania merasa bahagia tinggal bersama keluarga Om Arya, adik dari papanya. Meskipun ia tidak terlalu diterima di rumah ini tapi ia tetap bersyukur setidaknya ada Tante Hana yang selalu menyayangi dirinya.
Dan karena kegigihan tante Hana pula ia bisa kembali berkuliah. Rania sudah tidak melanjutkan kuliahnya dikampus lama karena terlalu banyak kenangan buruk dimasa hidupnya dulu hingga akhirnya Tante Hana berhasil membujuk Om Arya untuk memasukkan dirinya ke universitas yang sama dengan Cindy, putri tunggal mereka.
"Jangan dekat-dekat denganku ketika dikampus nanti. Anggap aja kita nggak kenal."
Rania terdiam, ketika dengan kasar Cindy memperingati dirinya. Tante Hana hanya tersenyum sambil mengusap pelan bahu Rania, "Sabar sayang ya. Cindy memang begitu karakternya tapi sebenarnya ia anak baik kok."
Rania tersenyum sambil mengangguk tidak apa-apa jika Cindy tidak ingin mereka saling kenal di kampus toh mereka masih bisa menjalin persaudaraan dirumah meskipun Rania sangat ragu dengan pemikiran itu.
"Selamat siang semua."Sapa Rania sambil menuruni tangga lalu menuju meja makan dimana sudah berkumpul semua keluarga Arya disana.
Tante Hana segera membalas sapaannya, "Selamat pagi sayang. Sini sayang kita sarapan bersama."
Rania mengangguk kaku ia benar-benar tidak nyaman dengan suasana hening dimeja makan dan Rania tahu penyebab semua itu adalah kehadiran dirinya. Om Arya dan Cindy benar-benar anti dengan dirinya.
"Pa, Cindy mau mobil baru dong."Rengek Cindy sambil menggoyang manja lengan Arya.
Arya terkekeh, mengusap lembut kepala putri kesayangannya. "Kamu ingin mobil apa sayang?"
Cindy membulatkan matanya sebelum memekik riang beranjak dari kursi beralih memeluk erat leher sang Papa. "terima kasih Pa. Terima kasih nanti Cindy lihat model mobil terbaru tahun ini."
Arya tersenyum lebar sambil menepuk lengan putrinya yang melingkar erat dilehernya "Apapun untuk kamu sayang. Apapun."
Rania mengerjap entah sejak matanya sudah berkaca-kaca saat melihat interaksi ayah dan anak dihadapannya saat ini. Jujur saja ia iri tidak bukan karena mobil baru tapi ia iri melihat Cindy yang memiliki banyak luapan kasih sayang dari orang tuanya tidak seperti dirinya.
Rania menundukkan kepalanya, menyibukkan diri dengan sepiring nasi goreng yang sudah disiapkan Tante Hana untuknya. Hana menggeleng pelan haruskah suami dan anaknya itu memamerkan kedekatan mereka dihadapan anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tuanya?
Hana tidak habis fikir dengan sikap kekanakan suaminya itu, menurutnya apa yang terjadi dimasa lalu antara suami dan abang iparnya itu tidak pantas jika disangkut pautkan dengan Rania. Gadis ini tidak bersalah bahkan Rania sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi antara Om dan Papanya.
Ramlan yang sombong kala itu benar-benar membuat harga diri Arya hancur bahkan adiknya sudah memohon-mohon bantuan demi biaya rumah sakit putri mereka Cindy yang kala itu harus menjalani operasi cangkok jantung.
Hana masih ingat bagaimana Arya dan dirinya memohon bahkan menggadaikan rumah kecil mereka dulu tapi dengan angkuhnya Ramlan menolak bahkan menghina Arya yang katanya tidak becus sebagai pemimpin rumah tangga. Anak sakit saja harus mengemis padanya untuk biaya rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Love
ParanormalPRIVATE!!! Rania seorang gadis cantik berkulit putih dengan dua gigi kelincinya benar-benar mampu mempesona seorang Raja putra dari seorang pengusaha sukses bahkan di usianya yang masih muda Raja sudah termasuk dalam jajaran pengusaha sukses sepert...