Bagian 15

2.7K 138 0
                                    


Raja memarkirkan mobilnya ketika ia sudah sampai dirumah. Raja tak langsung turun ia masih berdiam diri didalam mobilnya. Raja mengamati kursi disampingnya, ia tersenyum lembut ketika bayangan Rania bisa ia lihat disana seolah gadis itu memang berada disana.

"Kamu cantik."puji Raja pada bayangan yang tersenyum padanya.

Gila.

Raja tahu satu kata itu cocok ditujukan padanya saat ini, bagaimana bisa ia berbicara sendirian di dalam mobil bahkan yang lebih gilanya lagi berkali-kali pria itu memejamkan matanya menghirup dalam-dalam aroma tubuh Rania yang masih tersisa di dalam mobilnya.

Strawberry.

Raja yakin buah mungil merah itu menjadi dominan dari wangi parfum yang menguar dari tubuh gadis pujaan hatinya itu. Setelah beberapa saat setelah puas menghirup sisa parfum Rania akhirnya Raja membuka pintu mobilnya.

Senyuman tak lepas dari wajah tampan yang kian bersinar itu, sambil bersiul kecil Raja membuka pintu rumahnya terus berteriak lantang, "Mas Raja pulang."

Raja menutup pintu rumahnya, masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya pria itu melangkah menyusuri ruang tamu besar rumahnya. Ia sendiri heran kenapa orang tuanya membuat rumah sebesar ini kita hanya memiliki dua orang anak.

Benar bukan?

Seharusnya Mami dan Papinya membuat rumah lebih kecil dari rumah yang ditempati sejak ia lahir ini. Bagaimana tidak rumah sebesar ini hanya di huni oleh 4 orang plus pembantu dan tukang kebun mereka.

Bayangkan saja, bagaimana sepinya rumah ini ketika ia dan Papinya berangkat kerja dan Ratu adik simata wayangnya harus ke sekolah. Otomatis hanya ada Mami dan beberapa orang pembantu saja. Sehingga tidak heran jika Maminya selalu mengeluh kesepian.

Sejenak Raja menghentikan langkahnya ia kembali memandang rumahnya, bayangan ia dan Rania menikah dan memiliki anak tiba-tiba terlintas di dalam kepalanya. Benar. Jika ia menikahi gadis pujaannya itu lalu mereka memiliki anak-anak lucu ia yakin rumah ini tidak akan sesepi ini.

Ramai.

Tentu saja, bahkan saat ini ia sudah bisa mendengarkan teriakan anak-anaknya, wajah bahagia maminya dan satu lagi senyuman indah Rania pujaan hatinya.

Ya Tuhan, bukalah hati gadis itu untuk menerima cintanya.

Raja tersenyum lebar bahkan tanpa sadar saat ini ia sudah tidak sendirian di ruang tamu itu. Maminya, Nyonya Wirawan. Wanita cantik itu menatap aneh putranya sambil bersidekap tapi kehadirannya tidak di sadari sama sekali oleh sang putra. Menyebalkan.

"Mas gila ya?"

Raja tersentak kaget hampir saja ia berteriak, Raja mendengus saat melihat tatapan selidik sang nyonya. Sejak kapan wanita kesayangannya itu berada didekatnya. Kenapa ia tidak sadar? Jelas tidak sadar lah sedari tadi ia sibuk menghayal.

Raja menghembuskan nafasnya,"Mami ngapain disini?"

Mami Raja -Cantika Radiawan- mengangkat sebelah alisnya, "Lalu Mami harus dimana?"

Raja mengedikkan bahunya lalu mengecup pipi sang ibu berniat berlalu ia ingin tidur, siapa tahu nanti di dalam mimpi ia bisa melanjutkan lagi hayalannya yang sempat terputus tadi. Bathin Raja girang.

Nyonya Radiawan cemberut ketika melihat Raja meninggalkannya sendiri, "Iihhh Mas Raja baru pulang juga masak Mami di tinggal lagi sih." ujar wanita itu sambil menghentakkan kakinya. Merajuk.

Persis seperti gadis perawan tidak ingin kawin.

Raja menghentikan langkahnya, "Mas Raja ngantuk Mi."desahnya lelah, lebih tepatnya pura-pura lelah.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang