Di dalam sebuah ruangan besar terlihat sepasang suami istri sedang duduk bersama dengan raut wajah berbeda, sang suami terlihat tegang dengan wajah datarnya sedangkan istri terlihat sedang memelas memohon kerendahan hati sang suami.
"Mas, jangan keras hati seperti ini biar bagaimanapun Mas Aji dan Mbak Amelia adalah kakak kita." mohon Hanna-istri Arya- pada suaminya.
Arya tetap diam dengan wajah datarnya pandangan matanya yang dingin tertuju pada benda segi empat di depannya yang sedang menayangkan acara pemakaman Amelia.
Hanna menatap sendu suaminya sebelum beralih menatap televisi, hatinya berdenyut nyeri membayangkan keadaan Rania keponakan cantiknya, gadis itu pasti sedang terpuruk saat ini, "Mas, aku mohon izinkan aku kesana aku hanya ingin menenangkan Rania keponakan kita."Hanna kembali mengiba pada suaminya.
Arya mendengus, "Sekali aku bilang tidak ya tidak."Ujar Arya tegas sambil beranjak dari sofa.
Hanna belum menyerah ketika melihat suaminya akan pergi dengan cepat ia menahan lengan Arya, "Aku tahu Mas sangat sakit hati atas apa yang telah Mas Aji lakukan dulu tapi kita terlalu picik jika harus melibatkan Rania didalam sana, Nia nggak tau apa-apa Mas."
Arya mengibaskan tangan Hanna, "Kenapa kamu seperti ini Hanna! Aku suamimu harusnya kau patuh pada perintahku bukan membangkang seperti ini."
Hanna berdiri menatap suaminya begitu dalam, "Aku tahu, perintah suami mutlak untuk istri tapi Mas ini perihal beda aku ngebantah Mas bukan karena maksud jahat aku hanya ingin kita sama-sama membuka mata bahwa kejadian antara kamu dan Mas Aji tidak pernah ada Rania didalamnya."
"Sama saja. Gara-gara ayah dari anak itu aku kehilangan putriku, semua gara-gara Aji manusia sombong itu!!!"Teriak Arya sambil memukul dadanya yang kembali terasa sakit ketika mengingat bagaimana perlakuan Aji dulu.
Hanna terdiam tanpa kata, hatinya selalu terasa sakit ketika suaminya kembali mengungkit kejadian 10 tahun lalu itu. Aji memang kejam tapi hatinya tetap menolak untuk menyamakan Rania dengan Ayahnya. Rania gadis baik dan ia sangat tahu itu.
"Aku tetap akan mendatangi Rania, dia perlu aku sebagai tantenya."Putus Rania final sambil berlalu meninggalkan Arya yang menatap istrinya murka.
"Pergi! Pergi sana! Urusin keponakan kesayangan kamu itu."
Arrgggghhh!!!!
"Brengsek. Sialan. Aji sialan, aku benar-benar membenci pria sombong itu."Arya berteriak memaki Aji, kakak kandungnya yang ternyata sudah menorehkan luka begitu dalam di hatinya.
Hanna melajukan mobilnya menuju kediaman Aji Ramlan, Abang iparnya. Dia hanya ingin menemui Rania terlepas dari semua masalah antara suami dan Abang iparnya itu dia benar-benar mengkhawatirkan Rania.
Rania terlalu rapuh untuk menghadapi semua ini sendirian, Hanna sangat menyayangi Rania meskipun pertemuan mereka bisa dihitung jari sejak kejadian 10 tahun lalu itu tapi tetap saja ia masih sangat menyayangi Rania.
Rania sudah seperti anaknya sendiri, terlebih gadis itu sama sekali tidak terlibat dengan semua masalah suami dan abang iparnya, Rania masih terlalu kecil waktu itu.
Berkat kekejaman abang iparnya ia harus kehilangan Putri keduanya bahkan ia harus menerima kenyataan bahwa ia sudah tidak bisa hamil lagi. Sakit memang, tapi Hanna berusaha berfikir logis tidak selamanya dendam membuat kita puas, setelah menuntaskan dendam yang satu maka akan timbul dendam yang lain karena itulah didunia ini ada yang namanya keikhlasan.
Dan Hanna sudah berusaha mengikhlaskan semuanya meskipun sangat berat tapi ia tetap berusaha.
*****
Raja duduk disisi ranjang Rania dengan harap-harap cemas, ia semakin khawatir ketika melihat Rania bangun dan kembali jatuh pingsan itu sudah terjadi berkali-kali dalam satu hari ini. Raja menghela nafas, hari sudah malam dan Rania masih belum membuka matanya setelah kembali kehilangan kesadarannya sekitar jam 4 sore tadi.
Hampir 3 jam Rania menutup matanya, Raja semakin frustasi ketika melihat Rania merintih didalam tidurnya, gadis itu terus menerus memanggil ibunya, Raja hanya bisa mengusap lembut kepala Rania memberitahu gadis itu bahwa setelah ini Rania tidak akan melalui semuanya sendirian.
Raja sudah tahu semua permasalahan yang terjadi, Amelia ibu Rania memilih mengakhiri hidupnya setelah terpergok berselingkuh disebuah hotel oleh Aji Ramlan, suaminya sendiri.
Raja tidak tahu harus mengambil sikap apa, terlebih hubungan antara dirinya dan Rania masih abu-abu ia tidak bisa terlalu masuk dalam kehidupan pribadi gadis itu, ia takut Rania tidak nyaman atau lebih parahnya Rania merasa privasinya terusik lalu berbalik membenci dirinya. Raja tidak bisa menerima kebencian dari gadis yang sangat di cintainya ini.
Raja menggengam tangan Rania, mengusapnya lembut sesekali ia mengecup telapak dan punggung tangan Rania ia benar-benar mencintai gadis ini. Sangat.
"Mas, makan dulu yok! Mami sudah siapkan makan malam dimeja."Cantika berusaha membujuk putranya, Raja sudah melewatkan makan siangnya tidak mungkin putranya itu melewatkan makan malam juga bisa-bisa setelah Rania sadar maka Raja yang akan pingsan.
Raja menggelengkan kepalanya, "Sebentar lagi Mi, Mas masih mau disini."jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Rania.
Cantika tersenyum sedih, ia bisa melihat bagaimana putranya mencintai gadis manis itu tapi ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rania terlahir dari rahim wanita murahan seperti Amelia, ia tidak ingin dampak dari isu-isu perselingkuhan Amelia dan juga kabar buruk lainnya yang bersangkutan dengan Aji Ramlan yang tidak hadir di pemakaman istrinya itu semakin membuat keluarga pengusaha itu disorot dan mungkin akan dihujat habis-habisan oleh masyarakat yang tentu akan menyeret Rania ke dalamnya, ia takut putranya ikut terseret ke dalam masalah keluarga Aji Ramlan itu.
Ia tidak ingin Raja mendapat masalah dikemudian hari karena kedekatannya dengan Putri dari seorang wanita tukang selingkuh seperti Amelia dan lebih parah lagi bukannya mempertanggungjawabkan perbuatannya wanita itu malah memilih mati dan meninggalkan semua masalah yang ia perbuat untuk ditanggung oleh anak dan suaminya.
"Mami ingin Mas makan sekarang!"Cantika berujar tegas, sudah cukup seharian ini ia melihat Raja frustasi gara-gara gadis itu.
Cantika menekan kuat perasaannya, ia menyayangi Rania ia merasakan kesakitan yang tengah mendera gadis itu tapi ia juga seorang ibu yang tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya.
Raja menoleh, ia merasa ada yang berbeda pada ibunya apalagi setelah ia menceritakan semua kronologis kejadian yang menimpa Rania ia fikir Maminya akan lebih mencintai Rania tapi justru hal sebaliknya yang ia lihat Maminya seperti menjaga jarak dengan Rania bahkan Maminya tidak seperti tadi yang menangis ketika melihat kondisi psikis Rania yang terguncang.
Ada yang tidak beres disini, fikir Raja.
"Sebentar lagi Mi, Mas makan setelah Nia membuka matanya."Raja berusaha memberi Maminya pengertian.
"Kamu mau korbanin kesehatan kamu demi dia, kamu punya tanggung jawab Mas jangan sampe gara-gara masalah orang lain kamu menelantarkan kewajiban kamu!"marah Cantika sebelum wanita itu memilih keluar dengan menutup pintu begitu kuat hingga menimbulkan suara dentuman begitu kencang.
Raja mengusap wajahnya ia semakin yakin bahwa ada sesuatu hal yang disembunyikan Maminya.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Love
ParanormalPRIVATE!!! Rania seorang gadis cantik berkulit putih dengan dua gigi kelincinya benar-benar mampu mempesona seorang Raja putra dari seorang pengusaha sukses bahkan di usianya yang masih muda Raja sudah termasuk dalam jajaran pengusaha sukses sepert...