Bagian 18

2.5K 145 1
                                    


"Mau kuantar sampai kedalam?"Tanya Raja ketika mereka sudah sampai didepan rumah Rania.

Rania menoleh pada Raja bergantian dengan memandangi rumahnya, ia ingin menggelengkan kepalanya tapi jika diingat kembali sejak dekat dengan Raja ia belum sekalipun mengajak pria ini kerumahnya sedangkan Raja sudah begitu terbuka tentang keluarganya bahkan Raja sudah mulai berani mengajak dirinya untuk hadir di pesta perayaan pernikahan orang tuanya.

"Boleh tapi apa ini tidak terlalu malam?"Rania memberi alasan dan berharap semoga saja Raja tidak tersinggung dengan penolakan halus darinya.

Rania tidak bisa membayangkan bagaimana jika Raja masuk kedalam rumah tepat ketika desahan menjijikkan itu kembali terdengar. Biar bagaimanapun ia tetap harus menjaga harga diri Mamanya dan martabat keluarga besarnya.

Raja tersenyum simpul, "Benar juga, mungkin lain kali aku mampir sekalian memperkenalkan diri lebih resmi pada orang tuamu."

Rania mengulum bibirnya, semakin kesini Raja sudah mulai terang-terangan menunjukkan sikap kalau mereka memang sedang dalam proses pendekatan atau lebih tepatnya saling mengenal satu sama lain dan Rania bahagia akan kenyataan itu.

"Lain kali kamu harus janji akan mampir."ujar Rania sambil tersenyum senang.

Raja terkekeh dan mengangguk, "Pasti buat kamu apa sih yang nggak."godanya sambil mengerlingkan matanya.

Rania bersemu merona malu dan juga bahagia, "Ya sudah, aku masuk dulu hati-hati pulangnya kabari aku jika sudah sampai rumah."pesan Rania sebelum membuka pintu mobil Raja.

Raja tersenyum, "Tentu saja. Tidur nyenyak dan jangan lupa besok malam aku jemput jam 7."peringat Raja lagi, ia akan mengajak Rania ke pesta orang tuanya.

Rania mengangguk sambil melambaikan tangannya, "Terima kasih untuk hari ini."

Raja tersenyum, "Seharusnya aku yang berterima kasih untuk hari ini Rabbit."

"Aku pulang dulu, masuk gih!"

Rania mengangguk dan melangkah menuju gerbang rumahnya saat melihat Rania sudah mencapai pintu rumahnya Raja melajukan mobilnya meninggalkan rumah Rania dengan senyuman manis terukir di bibirnya.

"Sebentar lagi aku benar-benar akan memilikimu Rabbit."

*****

Rania melangkah masuk ke dalam rumah bertepatan dengan suara pecahan kaca terdengar, Rania tersentak tanpa memperdulikan apapun lagi ia segera berlari menuju suara pecahan itu.

Dapur.

Rania segera berlari ke dapur tepat ketika Mamanya keluar dari sana bersama dengan pria yang diyakini Rania itu selingkuhan Ibunya.

Rania berlari mencari perlindungan dibalik lemari besar yang terletak disamping pintu dapur, Rania membekap mulutnya erat-erat, dadanya kembali bergemuruh apalagi ketika mendengar suara manja sang Mama.

"Kau benar-benar hebat sayang, aku selalu puas."

Rania menggigit kuat bibir bawahnya menahan teriakan amarah yang bergemuruh di dadanya, ia ingin meneriakkan bahwa yang dilakukan Mamanya itu kesalahan besar. Meskipun begitu ia juga tidak membenarkan sikap papanya yang lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarga mereka.

Tanpa memperdulikan kemesraan Mama dan selingkuhannya itu Rania memilih melangkah menuju kamarnya, jika memang harus terbongkar maka biarlah pengkhianatan mamanya terbongkar dengan sendirinya tanpa campur tangan darinya. Karena ia juga sangat menyayangi kedua orang tuanya. Ia tidak bisa memilih harus menyakiti siapa diantara keduanya.

"Maafkan Rania Ma. Maafkan Rania pa."gumam Rania di dalam hati.

Drrtt..

Rania baru akan merebahkan dirinya diatas ranjang sebelum getaran ponsel disaku celana mengurungkan niatnya,

Raja:
Mas sudah sampai rumah.

Tanpa bisa dicegah senyuman perlahan terbit diwajah Rania, pesan dari Raja sedikit mengobati luka dihatinya. Dengan perlahan Rania mengetik balasan untuk Raja.

Syukurlah. Istirahat gih! Besok Mas pasti sibuk.

Rania mengikuti keinginan Raja yang ingin dipanggil Mas olehnya dan Rania juga menyukai hal itu. Demi Tuhan, kehadiran Raja didalam hidupnya bagai sebuah keajaiban yang tidak pernah disangka olehnya. Raja benar-benar keajaiban yang Tuhan berikan padanya, semoga Tuhan berkenan menyatukan dirinya dan Raja suatu saat nanti.

Drrt...

Rania kembali membuka aplikasi pesan di ponsel miliknya. Seketika senyuman kembali terbit saat membaca isi pesan dari Raja dan juga ketika melihat nama Raja dikontak ponselnya yang sudah diganti beberapa saat lalu.

Mas Raja:
Tentu. Kamu juga harus istirahat Rabbit! Dan jangan lupa besok malam jam 7 Mas jemput kamu. Selamat malam, my Rabbit.

Rania mendekap erat ponselnya seolah sedang mendekap sosok pria tampan yang sudah mampu menyusup kedalam hatinya, ia mencintai Raja? Tentu. Rania tidak menampik hal itu, Demi Tuhan untuk pria setampan dan sebaik Raja bukan hal sulit untuk jatuh cinta padanya. Dan Rania benar-benar sudah tenggelam dalam pesona pria itu.

Hanya saja ia masih belum terlalu berani menyambut suka cita rasa yang tumbuh dihatinya, ia takut kalau nanti nasibnya akan sama dengan nasib orang tuanya. Mamanya seorang pengkhianat mungkinkah nanti ia akan menuruni sifat Mamanya itu?

Tidak. Rania menggelengkan kepalanya, ia tidak mungkin seperti itu.

Atau Raja akan berubah seperti Papanya? Dulu Papanya adalah seorang suami dan ayah idaman, perhatian penuh kasih sayang namun semua perhatian dan kasih sayang itu perlahan pudar seiring berjalannya waktu dan berkembang pesatnya usaha sang Ayah.

Bolehkah seorang pria bersikap seperti itu?

"Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan anak kita."

Berulang kali Rania mendengar pembelaan jenis itu keluar dari mulut Papanya ketika sang Mama meminta sedikit perhatian dari sang Papa.

"Aku juga butuh kamu! Rania butuh Ayahnya. Bukan cuma uang yang kau hamburkan untuk menggantikan kehadiran dan peranmu sebagai seorang Ayah dan juga suami."

Rania benar-benar merasa miris pada kehidupannya, jika diluar sana begitu banyak orang yang mengagungkan keharmonisan keluarga Ramlan padahal aslinya nol besar. Semua hanya kebohongan publik untuk menutupi betapa hancurnya keluarga seorang Aji Ramlan sebenarnya.

Mungkin nanti akan ada banyak orang yang iri pada Rania ketika mereka mengetahui siapa Rania sebenarnya namun jika ditanya pada Rania maka ia akan menjawab bahwa sebenarnya dirinya lah yang iri dengan kehidupan orang-orang diluar sana.

Sederhana namun penuh cinta.

Bukan kaya raya tapi palsu belaka.

Rania memejamkan matanya, sejenak meresapi semua kepedihan didalam hidupnya namun ketika senyuman Raja terlintas dikepalanya tanpa sadar bibir Rania mengukir senyum. Bagi seorang Rania, seorang pria bernama Raja ibarat hujan ditengah gersang, ibarat matahari ditengah badai.

Raja.

Raja.

Berulang kali Rania merafalkan nama Raja didalam hatinya, perlahan rasa sakit terkikis seiring rasa kantuk mulai menyelimuti Rania. Perlahan semuanya terasa damai namun hati dan mulut Rania tidak berhenti menggumamkan nama Raja.

Dan nama Raja benar-benar dibawa kedalam mimpi seorang gadis malang bernama Rania.

******

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang