Bagian 46

2.7K 139 9
                                    


Semakin hari kondisi Cindy semakin memprihatinkan morning sickness yang dialaminya benar-benar membuat bobot tubuh Cindy merosot. Cindy hanya bisa terbaring lemah diatas ranjang selama ini.

Rania membuka pelan pintu kamar Cindy dengan membawa nampan berisi sepiring nasi dan segelas teh mint untuk meredakan rasa mual yang di alami Cindy.

"Ndy makan dulu."Ucap Rania setelah meletakkan nampan di meja kecil di dalam kamar Cindy.

Cindy menoleh menatap tajam kearah Rania, "Nggak usah sok perduli lo sama gue! Puas kan lo liat gue kayak gini hah? Senang kan lo liat gue menderita, hamil diluar nikah dan sialannya pria brengsek itu nggak mau nikahin gue."Racau Cindy yang justru membuat Rania iba bukan membenci wanita keras kepala ini.

"Aku bakalan selalu ada buat kamu Ndy. demi Tuhan jangan pernah merasa sendiri karena masih ada Aku, Tante Hanna dan juga Om Arya."Rania berbicara dengan lembut.

Cindy mendengus kesal. "Lo nggak dengar kalau Papa udah nggak anggap gue anak? Lo bisa puas-puasin sekarang cari muka didepan nyokap bokap gue!"marah Cindy lagi.

Rania sangat mengerti kalau saat ini kondisi Cindy tidak stabil terlebih psikis wanita ini benar-benar kacau. Cindy harus hamil di usianya yang masih muda, beban malu karena hamil diluar nikah dan laki-laki yang menghamili dirinya tidak mau bertanggungjawab. Terlebih wanita ini harus menanggung sakit karena dibenci oleh Papanya.

Cindy begitu dekat dengan Arya, Papanya. Jadi kebencian Arya justru menjadi sesuatu hal yang paling menyakitkan untuk Cindy.

Arya benar-benar serius dengan perkataannya, jika Cindy masih merahasiakan siapa Ayah dari janin dalam kandungannya maka sampai saat itu pula Arya tidak akan menganggap Cindy anaknya. Pria itu benar-benar mengabaikan hati nuraninya bahkan ia sama sekali tidak menginjakkan kakinya di kamar Cindy sejak putrinya terbaring disana.

"Aku sama sekali tidak melakukan seperti apa yang kamu tuduhkan Ndy."bantah Rania.

"Alah jangan sok baik lo sama gue!"

Rania menatap sedih sepupunya sejak kehamilannya sikap dan perilaku Cindy mengalami banyak perubahan namun bukan kearah baik melainkan sebaliknya. Semakin hari sikap Cindy semakin tidak terkontrol saja. Marah-marah tidak jelas dan semakin gemar memaki dirinya.

"Aku sayang kamu Ndy."ucap Rania tulus.

Cindy menatap tajam Rania. "Sampai kapanpu  gue nggak mau di sayang sama lo! Pergi lo! Pergi jauh-jauh dari hidup gue!"Cindy melempar bantal, guling dan barang apapun yang ada di dekatnya.

Prang!!

Rania tersentak kaget saat nampan berisi makanan yang ia bawa untuk Cindy jatuh dan pecahannya berhamburan dilantai.

"Pergi lo! Pergi! Sialan! Semua brengsek! Arrgghh!!"Cindy terus berteriak memaki sampai-sampai menjambak rambutnya sendiri.

"Ndy tenang Ndy Tenang! Ya ampun Cindy!!"Rania menahan tangan Cindy yang mulai memukul perutnya.

"Sialan. Ini semua gara-gara anak sialan ini! Glenn brengsek! Pria bejat! Mati lo mati! Gue nggak sudi benih pria bajingan itu hidup di rahim gue!!"

Rania menegang tangannya yang menahan tangan Cindy perlahan terlepas, ia terlalu shock dengan fakta yang keluar dari mulut Cindy. Ia sudah menduga kalau pelakunya Glenn tapi mendengar sendiri nama Glenn disebut oleh Cindy jantungnya terasa mencolos.

Glenn. Pria itu benar-benar melaksanakan ancamannya.

Glenn berhasil menghancurkan dirinya melalui Cindy.

Tubuh Rania merosot ke lantai bahkan ia sudah tidak perduli saat Tante Hanna dan Mbok Inem masuk kedalam kamar Cindy.

"Glenn.."Rania bergumam sebelum beranjak keluar dari kamar Cindy.

Because Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang