Hari yang melelahkan. Sepulang sekolah aku kembali pergi ke kantor Ayah untuk melakukan pemotretan. Aku menjadi model dan sekaligus brand ambassador dari produk perusahaan Ayah ku sendiri. Aku sudah melakukan pemotretan sejak aku duduk di bangku SMA kelas 1. Itu juga karena aku yang meminta ke Ayah, karena sebenarnya Ayah tidak memperbolehkan aku turun di dunia modeling. Dengan segala bujuk dan drama sedikit akhirnya Ayah memperbolehkan aku untuk menjadi model meskipun hanya menjadi model dalam perusahaan sendiri. Tak apalah yang penting aku bisa berpose didepan kamera.
Aku pulang dari kantor bersama Ayah, karena ternyata jadwal pemotretan ku selesai bebarengan dengan jam pulang kantor.
"Ayah, gimana pengalaman Ayah dulu sekolah disana? Apa Ayah sama kaya Kak Jingga selalu bikin onar?". Tanya ku to the point kepada Ayah yang fokus menyetir.
"Ayah siswa yang baik sewaktu sekolah. " Jawabnya tanpa memandangku.
"Halah, Ayah bohong kan sama Senja. Udah enggak usah bohong orang guru-guru disekolah aja selalu bilang ke Senja kalau ternyata kenakalan Senja sama Kak Jingga itu adalah turunan dari Ayah dan Bunda. Hayoo ngaku iya kan?" Ejek ku tertawa kepada Ayah.
Ayah menggaruk- nggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Ya ya, Ayah jujur. Emang si dulu Ayah itu sedikit nakal, tapi gak kayak Bunda mu yang selalu bikin ulah."
"Hah ? Bunda Moza bikin ulah. Senja gak percaya. Pasti Ayah yang mulai kan? Waktu itu Senja kan main ke kamar Ayah terus Senja liat tuh ada seragam sekolah yang bagian lengan kanannya sobek lumayan panjanglah Kata Bunda itu kelakuan Ayah yang sengaja ngerobek gitu. Ah Ayah mah gak bisa bohong sama Senja." Aku tersenyum picik menatap Ayah yang terlihat malu dan memerah wajahnya.
"Ayah baru tahu kalau Bunda mu masih simpan baju itu. Dulu itu kejadian waktu Ayah telat masuk terus dihukum sama Bu Dira. Ayah ngajak kenalan sama Bunda kamu eh dia nolak. Yaudah pas hukuman selesai Ayah tarik aja lengannya eh malah sobek." Adit tertawa menjelaskan kejadian itu dan mendapat balasan pukulan sayang dari ku.
"Huu Ayah, gak mutu kenalannya. Oya Senja nanti malam mau keluar ya sama Agatha. Boleh kan ? Harus boleh pokoknya.". Kataku.
"Lah maksa. Kalau Ayah gak ngbolehin gimana?".
"Senja mau ngambek sama Ayah terus Senja mau ngurung diri dikamar" Jawabku.
Ayah mengusap rambut panjang ku lalu berkata. "Kelakuan mu sama aja kaya Bunda mu, suka nya ngambek. Iya Ayah ijinin tapi jangan pulang lebih dari jam 10. Kalau lewat urusan mu sama Bunda oke gadis kecil?"
"Okee, terima kasih Ayah. Senja sayang sama Ayah." Aku memeluk dan mengecup pipi Ayah sebagai tanda terima kasihku.
Tak terasa kami sudah sampai dirumah dan disambut hangat oleh Bunda. Aku langsung menuju ke kamar untuk mandi, kemudian ke dapur untuk membantu Bunda menyiapkan makan malam. Setelah itu aku akan pergi bersenang-senang bersama Agatha ke sebuah tempat.
Sudah jam 7 malam. Agatha sudah ada dibawah mengobrol bersama Bunda. Dia sudah meminta ijin kepada Bunda kalau dia akan mengajak ku ke sebuah kafe si daerah gejayan Jogjakarta. Karena sudah mendapat persetujuan dari Bunda aku dan Agatha pun meluncur menaiki mobil Agatha.
Sesampainya di kafe, aku dan Agatha duduk dan memesan segelas minuman. Aku memesan ice lemon tea. Aku menikmati suasana ini dengan santai dan mengobrol tidak jelas bersama Agatha. Ketika sedang asik mengobrol tiba-tiba Agatha pergi meninggalkan ku karena dia bertemu dengan salah satu temannya disini. Kini tinggalah aku sendiri menikmati suasana malam kafe ini.
Aku hanya melihat sekeliling kafe ini dan kadang berkutik dengan handphone ku. Agatha akhirnya kembali.
"Nja, gue mau ngenalin teman nih." Agatha menunjukan teman cowoknya kepadaku yang tak begitu jauh jaraknya dari tempat duduk ku. Cowok itu belum menunjukan tampangnya karena dia sedang menunduk.
"Temen lu siapa?". Balasku memandang cowok yang belum jelas itu.
Agatha memanggil cowok itu dan dia datang menghampiriku. "Hai Senja?". Sapanya.
Aku langsung memicingkan mata ku dan menatapnya dengan raut wajah tak suka. "Ngapain lu disini?".
"Kalian udah kenal?". Kata Agatha bingung dan memandang bergantian aku dan cowok itu.
"Gue mau balik." Kataku bangun dari kursi dan tangan ku di cekal oleh cowok sialan ini. Tubuhku tiba-tiba berada pada dekapannya. Mata ku membelalak karena tingkahnya yang mendekatkan wajahnya kepadaku. Bibir nya menempel pada bibir ku. 1 kecupan mendarat di bibir merahku. Seketika dunia ini merasa berhenti berputar.
"Sweet". Ucapnya lirih.
Aku masih terpaku karena dirinya yang tiba-tiba mencium bibirku. Napas ku berderu kencang dan jantung ku masih terdengar jelas berdetak kencang bak kuda yang sedang berlomba. "SIALAN !". Aku tersadar dan mendorong tubuhnya menjauh. Aku segera melangkahkan kaki ku untuk pergi dari tempat ini dengan amarah yang masih menyelimuti diriku.
'Doni kurang ajar ! Berani banget dia cium bibir gue'. Batinku dengan menghapus bibirku berharap bekas bibirnya tidak menempel pada punyaku.
Aku keluar dari kafe ini dan menunggu taksi yang lewat untuk mengantarkan aku pulang kerumah. Akhirnya aku mendapatkan taxi. Aku memberi tau alamat rumah ku kepada pak supir.
Sesampainya dirumah aku langsung masuk dengan raut wajah cemberut yang menyita perhatian dari Bunda. "Kamu kenapa sayang?". Sapa Bunda yang tak ku hiraukan. Aku terus saja menuju ke kamar ku yang berada di lantai 2. Setibanya di kamar aku merebahkan tubuhku di atas ranjang. Aku masih terus mengusap bibirku. Beraninya Doni memgambil first kiss ku.
Haii...
Gimana kesan pertama dari cerita 'SENJA & JINGGA' ?
Semoga kalian suka ya.
.
Sementara Jingganya aku umpetin dulu ya nanti gantian, jadi cerita ttg Senja dulu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA & JINGGA
Teen FictionIni adalah kisah sederhana dari dua orang yang hidup bersama. Mereka saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka selalu bersama tapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mereka berselisih. Kira-kira apa yang membuat mereka berseli...