Aku merasa bersalah karena sudah berkata tidak mengenakan ke Nadine. Aku meminta maaf kepadanya. Aku kacau karena hal ini karena hubungan Doni dan Senja. Aku sering mengalami emosi yang tidak stabil dan aku melampiaskannya kepada Nadine. Kekesalan ku luapkan kepadanya dengan cara selalu mengajak dia pergi bahkan hampir setiap hari itupun aku menghabiskan hari bersamanya hingga larut malam, mungkin karena itu dia jadi kelelahan bahkan bukan hanya aku yang menuntut waktunya tapi latihan nari dan kegiatan lainnya pun menyita waktu Nadine.
Aku merasa sangat bersalah kepadanya, tapi Nadine sangat berbaik hati karena dia tidak menyalahkan keadaanya karena diriku yang bodoh ini. Ya, aku memang bodoh karena sudah melampiaskan kekesalan ku kepada orang yang aku sayangi. Setelah Nadine istirahat kondisinya sudah membaik dan dia meminta untuk segera pulang ke sekolah tapi aku tidak mengiyakannya. Aku tidak ingin dia kembali jatuh sakit karena kembali ke sekolah, jadi aku memintanya untuk kembali ke rumah saja. Syukurlah Nadine mau menurut dengan ajakan ku.
Setelah mengantar Nadine, aku kembali ke sekolah. Jam pelajaran memang hanya tinggal sebentar tapi setelah jam pelajaran usai ada latihan basket untuk pertandingan minggu depan, jadi mau tidak mau aku harus kembali ke sekolah.
"Kak". Panggil Senja berlari ke arahku.
Aku berhenti karena mendengar panggilannya.
"Kakak gimana kondisi Nadine ?". Tanya Senja dengan raut wajah serius.
Aku melangkahkan kaki ku berjalan meninggalkan Senja. "Bukan urusan kamu !".
"Kak jangan dingin gini dong. Kakak kenapa si ?". Senja menahan lengan ku.
Aku menatap sinis ke arahnya. "Kalau mau hangat pergi ke Doni jangan ke Kakak. Udah awas!".
Senja terlihat langsung terpaku dengan ucapan ku barusan. Emosi sedang tidak stabil sehingga aku bersikap dingin dan berkata tidak mengenakan kepada Senja. Aku bergerak cepat meninggalkan Senja dan menuju ke kelas untuk mengambil tas ku.
Bel pulang sudah berbunyi kini saatnya aku untuk berpindah dari kelas menuju lapangan basket. Latihan pun dimulai. Aku sebagai kapten basket memimpin permainan ini. Tiba-tiba seseorang datang menghampiriku. Aku terpaksa menghentikan latihan ini.
"Apa ?". Sapa ku menatapnya.
"Gue mau ngomong sama lu Jingga." Katanya dengan menariku ke luar lapangan.
Aku mengikuti keinginannya.
"Gue kasih waktu 5 menit buat ngomong buruan." Ucap Ku dengan nada tak mengenakan.
"Jingga, gue sayang sama Senja please gue minta lu bisa ngertiin perasaan gue. Gue serius sama adik lu dan gak bakal gue nyakitin Senja. Kenapa lu gak ngebolehin gue pacaran sama adik lu ? Alasan lu apa Ngga ? Senja gak pernah ngelarang lu pacaran sama Nadine dan kenapa sikap lu sama Senja sekarang jadi beda ? Kalau lu memang ada masalah sama gue ya gue aja yang jadi imbas lu jangan ke Senja kasihan dia." Ucap Doni panjang lebar. Aku acuh mendengarkannya.
"Gue udah dengerin apa yang lu omongin. Udah kan ? ".
"Jingga jawab pertanyaan gue !!". Doni menahan ku yang akan beranjak meninggalkan dia.
Aku menepis kasar tangannya. "Minggir Doni !".
"Kenapa si lu ? Apa salah gue sama lu jawab Jingga !". Doni mencengkrap bahu ku kuat membuatku harus diam menahan kesakitan ini.
"Lu gak ada salah. Gue gak suka lu sama Senja tinggalin dia !!!". Kata ku meninggi dan menepis kembali cengkramannya. Meninggalkan Doni drngan suasana hati yang sangat emosi. Suasana hati ku sedang sangat tidak mengenakan akhirnya aku meninggalkan lapangan basket dan pergi dari tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA & JINGGA
Подростковая литератураIni adalah kisah sederhana dari dua orang yang hidup bersama. Mereka saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka selalu bersama tapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mereka berselisih. Kira-kira apa yang membuat mereka berseli...