41-

2.1K 99 12
                                    

Pucat, lemah, tak bersuara, tak berdaya itulah kondisi Senja saat ini. Kecelakaan kedua-nya bersama Doni membuat dia kembali terbaring di rumah sakit tapi ini berbeda dari sebelumnya. Senja hanya diam memejamkan mata. Ruangan ini sepi sangatlah sepi hanya terdengar suara alat bantu pernapasan Senja.

Bunda memeluk dan menangis melihat si putri kecilnya terbaring seperti putri tidur yang menunggu sang pangeran menciumnya agar terbangun dari tidurnya. Senja sama sekali tak berkutik. Begitu juga dengan Ayah yang sangat syok melihat kondisi putri kecilnya seperti ini. Amarah ku memuncak melihat kondisi seperti ini. Ini semua tidak akan terjadi jika Senja tidak pergi bersama Doni.

Dokter masuk ke ruangan untuk memberikan kabar mengenai kondisi Senja kepada Ayah dan Bunda.

"Bagaimana Dok kondisi putri saya ? Kenapa dia gak sadar ?". Ucap Ayah dengan panik.

"Begini Pak. Putri Anda mengalami kecelakaan yang membuat kondisinya seperti ini. Pasien datang dengan keadaan sudah tak sadarkan diri setelah di alami pemeriksaan ternyata pasien mengalami cedera patah tulang di bagian tulang punggung. Saya mendapat info dari pihak kepolisian kalau ternyata pasien mengalami kecelakaan beruntun. Motor yang di tumpangi pasien di tabrak truk berukuran besar dan pasien terpental dari motornya."

"Lalu bagaimana dengan kondisi pasien satu nya Dok?". Bunda menanyakan bagaimana kondisi Doni.

"Pasien satu nya juga mengalami patah tulang di bagian kaki nya. Menurut polisi kejadiannya yang membuat dirinya mengalami patah tulang karena pasien tertabrak badan truk namun pasien masih sadarkan diri." Jelas Dokter.

"Kenapa adik saya tidak sadar Dok ? Kapan dia bisa sadar ?". Aku terus menatap ke arah Senja. Sedih rasanya melihat saudara sendiri mengalami hal buruk semacam ini.

"Pasien Senja mengalami patah di tulang punggung yang langsung bersangkutan dengan bagian otak dan untungnya pasien tidak mengalami geger otak. " Jelas Dokter kepada kami semua.

"lalu bagaimana sekarang Dok ?". Suara isak tangis Bunda yang tak bisa menerima keadaan Senja.

Aku memeluk Bunda mencoba menenangkan suasana hatinya. Jujur dalam hatiku aku merasa sangat marah kepada Doni, kenapa kecelakaan ini harus terulang kembali dan justru kecelakaan kedua ini membuat Senja ko kondisinya parah hingga tak sadarkan diri. Ingin sekali rasanya membuat Doni tak sadarkan diri agar sama seperti Senja tapi itu tidak bisa aku lakukan sekarang, karena ini pasti akan memperburuk keadaan. Aku tidak mau melihat kedua orang tua ku pusing melihat tingkah laku ku. Ayah menghubungi Kakek dan Eyang memintannya untuk datang ke rumah sakit, sedangkan aku masih mencoba menenangkan Bunda yang masih terisak menangisi keadaan Senja.

Suasana semakin tak karuan rasanya. Bunda yang belum bisa berhenti menangis meskipun sudah ada Oma disini. Tiba-tiba suara pintu terdengar ada yang mengetuk, aku membukanya ternyata yang datang adalah tante Rista orang tua dari Dini si brengsek bajingan itu.

"Gimana kondisi Senja, Moza ?". Kata Tante Rista mendekati  Bunda dengan mengusap lembut bahunya.

Bunda mencoba menenangkan diri. "Senja patah tulang di bagian punggungnya dia juga gak sadarkan diri."

"Ini semua gara-gara anak tante si Doni. dia udah bikin adik saya kecelakaan sampai begini!!". Gertak ku kesal.

Tante Rista sontak mentapku dengan tatapan nanar dan sedih. "Maafkan Doni, Nak. Dia tidak sengaja membuat Senja seperti ini toh dia juga sama mengalami patah tulang di kaki. Maafkan kesalahan Doni, Moza, Adit. "

"Semua ini gak bakalan terjadi kalau Si Doni gak deketin  Senja dan jadiin dia pacar! Saya bakal bikin perhitungan sama Doni Tante !!". Aku benar-benar muak dengan kondisi ini. ku langkahkan kaki ku keluar dari ruang rawat inap Senja menuju ke ruangan Doni yang tak jauh dari sini.

PLAK !

"Diam kamu disini Jingga !".

"Tapi kan, Doni udah bikin Senja begini."

"Tapi bukan kamu gak pantes begini sama dia. Ini kecelakaan Jingga. Eyang tahu kamu sedih liat Senja gini tapi jaga sikap kamu !!".

"Ahh!". Aku pergi dari ruangan ini.

Pikiran ku sangat kacau jadi aku memilih untuk keluar dari rumah sakit dan pergi ke suatu tempat.

Aku menjalankan mesin mobil ku ke sebuah tempat perbelanjaan di kota Jogja ini bukan untuk berbelanca tapi untuk singgah ke sebuah kafe langganan ku disini. Aku memesan segelas ice lemon tea untuk mendinginkan otak ku. Kebiasaan buruk ku muncul ketika dalam kondisi seperti ini ya itu merokok. Aku mengambil rokok yang tadi sudah ku beli di perjalanan ke mari. Ku hisap rokok itu sedikit membuat ku tenang.

Ketika aku sedang menikmati hisapan rokok ku, aku melihat sosok yang sangat aku kenal. Dia sedang bercengkrama dengan seseorang di salah satu stand di mall ini. Akrab dan hangat seperti itulah kelihatannya hubungan mereka. Aku pun penasaran dan ku langkah kan kaki jenjang ku ke tempat mereka berada.











Sedikit dulu ya kawan.
Pemanasan setelah kembali ke dunia wattpad 😀

VOTE & COMENT YA !!

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang