Aku merebahkan diriku kasar di atas sofa ruang tengah. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Aku baru pulang sekolah jam 5 dan itu karena aku menemani saudara kembar ku bertanding basket tapi tak apalah aku selalu senang menemaninya. Aku bersandar di paha Kak Jingga sedangkan dia tidur dengan nyenyaknya sepertinya itu efek kelelahan karena pertandingan sore tadi. Pulang sekolah tadi aku di jemput oleh Om Dimas si ajudan Ayah yang baik hati, Ayah atau Bunda tidak bisa menjemput kami karena mereka sedang ada pemotretan untuk produk baru. Aku malas untuk beranjak ke kamar jadi aku tetap disini bersandar di Kak Jingga dan memejamkan mata sejenak.
"Senja, bangun Nak!". Aku mendengar suara Bunda membangunkan aku. Perlahan mata ku buka tubuhku merasa nyaman sepertinya aku berada di atas ranjang dan ternyata itu benar. Aku sudah berpindah tempat padahal tadi aku tidur di ruang tengah sekarang sudah berada di kamar.
"Perasaan tadi Senja ketiduran sama Kak Jingga deh di bawah kok sekarang udah disini Bun?". Tanya ku heran.
"Tadi Ayah mu yang gendong kamu pindah ke kamar. Senja bibir kamu berdarah lagi ya ? " Bunda melihat detail bibir ku yang memang tadi sempat berdarah karena aku di cium Doni lagi.
"Kegigit kok makannya berdarah lagi". Jawab ku gelagepan. Aku langsung bangun mengambil handuk ku bersiap untuk mandi karena waktu sudah hampir malam.
"Kegigit cowok ya makannya berdarah. Ganas ya cowoknya, hati-hati loh nanti ketagihan". Balas Bunda menggodaku dengan bersuara keras agar aku mendengar.
"Bundaaaa ih !". Teriak ku dari dalam kamar mandi yang tak kalah nyaring. Bunda hanya tertawa mendengarnya.
Menyebalkan seisi rumah ini semuanya menggodaku karena luka di bibirku. Awas saja Doni tunggu pembalasan aku !
Selesai mandi aku segera turun ke bawah karena aku akan membantu Bunda menyiapkan makan malam. 1 sudah aku berkutik di dapur dan akhirnya semua hidangan sudah selesai dan tersaji dengan baik di atas meja. Ayah dan Kak Jingga juga sudah berada di meja makan. Saatnya untuk makan malam bersama keluarga tercinta.
"Baby, besok kan weekend kamu belanja gak ?". Tanya Ayah kepada Bunda.
"Iya kenapa? Oya Senja jadi ikut kan belanja sama Bunda besok?".Jawab Bunda kemudian Bunda bertanya kepadaku yang sedang menikmati masakan malam ini. Aku hanya mengangguk mengiayakan.
"Aku titip pisang ya soalnya aku mau buang toksin badan terus biar wajah aku seger karena makan buah-buahan gitu" Balas Ayah sambil menyendok makanan ke dalam mulutnya.
Bunda memicingkan matanya menatap Ayah dengan tatapan seakan meledek." gak usah Sayang, orang monyet aja yang tiap hari makan pisang muka nya masih aja monyet".
Seketika ruang makan pecah dengan suara gelak tawa karena menertawakan ucapan Bunda kepada Ayah. Aku berpindah ke tempat duduk Ayah kemudian memeluknya dari belakang. "Sabar ya Ayah. Bunda bener kok hahah" Aku tertawa riang melihat ekpresi Ayah yang kesal tapi tetap saja terlihat menawan.
"Bunda bener banget. Monyet aja makan pisang tetap aja gak berubah jadi monyet ganteng hahaha.. Maaf ya Ayah aku lebih mihak Bunda malam ini." Kata Kak Jingga memegangi perutnya karena kesakitan tertawa terus menerus.
"Ketawain Ayah aja terus" Ayah merajuk memajukan bibirnya.
"Hahaha.. Maaf Sayang. Udah ah gak usah sok-sok ngambek udah tua juga. Sini-sini aku peluk". Bunda mendekatkan diri ke Ayah dan memeluknya. Seketika Ayah langsung kembali tersenyum.
Seperti inilah keluarga. Aku sangat merasa beruntung bisa terlahir dari di keluarga ini. Ayah Adit dan Bunda Moza yang selalu menyayangiku dan Kak Jingga tanpa membeda-bedakan sama sekali. Gelak tawa dan keharmonisan selalu terpancar si keluarga ini apalagi kalau Ayah dan Bunda sudah bermanja-manjaan mereka bahkan bisa menganggap kami tak ada. Mereka masih merasa seperti remaja yang sedang memulai hubungan pacaran dan sedang berada di masa-masa indah. Aku ingin seperti kedua orang tua ku, meskipun mereka sudah berusia di kepala 3 tapi tingkahnya masi sama dengan usia anak mereka sendiri.
Makan malam sudah selesai kami semua berkumpul di ruang tengah. Malam ini adalah sadnight jadi ini adalah waktu favorit keluargaku. Kami menghabiskan malam ini untuk bercanda gurau, bermain berbagi cerita dan pengalaman hingga sampai larut malam. Aku selalu tertidur duluan jika mendengarkan cerita Ayah dan setelahnya itu aku akan di gendong ke kamar oleh Kak Jingga atau Ayah. Sungguh aku merasa menjadi gadis paling beruntung karena memiliki 2 pria yang sangat menyayangiku.
TING
Handphone ku berbunyi. 1 pesan baru.
'Udah jam 7 malam lewat. Gue udah nunggu sejam di alun-alun.'
Doni mengirimkan pesan kepadaku. Dia ternyata tidak bercanda mengenai ucapannya tadi di toilet. Sebenarnya aku sangat malas untuk bertemu dengannya tapi jika aku mengingat ancaman dari dia itu membuat ku mauk dan dengan sangat terpaksa aku mau menemuinya malam ini. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam aku segera bersiap menuju ke alun-alun.
Sesampainya disana aku mencari keberadaan Doni namun entah dimana dia sekarang. Aku sudah mengelilingi pasar malam di alun-alun tapi belum juga ketemu batang hidung cowok brengsek itu. Aku melangkahkan kaki ku menuju salah satu wahana di pasar malam ini. Akhirnya aku melihat cowok brengsek itu sedang duduk di pagar wahana dan memandang ke sekeliling.
Aku menghampiri ke arahnya. "Gue udah dateng".
"Cantik banget si. Sengaja ya dandan buat ketemu gue. Ah Senja bikin gue gila aja lu." Jawab Doni tersenyum picik kepadaku.
"Dih najis deh kalau dandan buat lu. Lagian siapa juga yang dandan. Udah deh buruan mau ngapain nyuruh gur kesini." Aku berdiri didepan Doni memasang raut wajah jutek dan tak suka karena dia menyuruh ku datang.
"Kita happy-happy disini". Tarik Doni mengajak ku berjalan mengitari pasar malam. Dia memang suka memaksakan kehendaknya sendiri tanpa menunggu ku menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA & JINGGA
أدب المراهقينIni adalah kisah sederhana dari dua orang yang hidup bersama. Mereka saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka selalu bersama tapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mereka berselisih. Kira-kira apa yang membuat mereka berseli...