42.

5.2K 152 57
                                    

Ketika aku sedang menikmati hisapan rokok. Aku melihat sosok yang sangat aku kenal. Dia sedang bercengkrama dengan seseorang di salah satu stand mall ini. Akrab dan hangat seperti itulah kelihatannya hubungan mereka. Aku pun penasaran dan ku langkahkan kaki jenjang ku ke tempat mereka berada.

Posisi ku sekarang sudah dekat dengan mereka.

"Jingga ?". Dia melihat keberadaan ku, padahal aku sudah siap menyapanya terlebih dahulu.

"Ya". Jawab singkat ku dengan melirik pria disebelahnya.

Aku melihat dia berbisik kepada pria yang disebelahnya. Pria itu mengangguk mengerti apa yang dikatakannya dan pergi meninggalkan kami berdua.

Tangan ku di gandeng ke sebuah kafe dekat sini. Mendaratlah bokong ku ke sebuah kursi disini. Aku masih saja menatapnya dengan sinis.

"Udah dong jangan sinis gitu. Setiap ketemu pasti gitu terus. Dia tadi bukan cowok gue kok. " Katanya sambil menyadarkan kepalanya pada tangan yang menyender di tembok.

 " Katanya sambil menyadarkan kepalanya pada tangan yang menyender di tembok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana enggak sinis liat lu jalan sama om begitu bentuknya."

"Lah gue mau jalan sama lu tapi selalu gak bisa. Lu kan sekarang udah sibuk sama cewek lu kan ? Masih lu sama dia ?". Tanya nya dengan nada mengejek.

"Ah alasan aja ! Kapan si lu berhenti mainan sama om begitu ?".

"Gak tau. Senja mana ?".

"Di rumah sakit kecelakaan dia sama cowoknya enggak sadar, koma dia. Semua keluarga pada kumpul dia rumah sakit." Jelas ku dengan mengacak-acak rambut ku frustasi.

"HAH ?. Ayok ke rumah sakit sekarang anterin gue !" Dia menarik ku dengan kuat sehingga tubuhku tidak terkendali dengan baik dan mengikuti arah tarikannya yang menjauhkan diriku dari tempat duduk ini.

Aku dan dirinya pergi bergegas meninggalkan tempat ini menuju ke rumah sakit dimana Senja dirawat.

Tak memerlukan waktu yang lama aku sudah sampai di rumah sakit. Aku masih saja di tarik agar berjalan lebih cepat oleh si gadis gila ini.

"Lelet benget dah lu Ngga !". Bentaknya dengan wajah seram seperti banteng yang melihat sebuah kain merah di kibarkan di hadapannya.

Aku hanya diam karena malas meladeni dia.

Sesampainya di ruangan Senja aku terkejut melihat Nadine yang ternyata sedang mengunjungi Senja disini. Dia sedang mengobrol bersama Bunda. Sontak aku langsung melepas genggaman tangan ku dengan gadis gila ini dan menghampiri Nadine. wajah ku langsung berubah pucat pasi di harapan Nadine karena aku takut Nadine berpikiran macam-macam.

"Mesra banget ". Sindir Nadine kepadaku.

"Gak ah biasa aja. Mesraan juga aku sama kamu hehehe." Aku mencoba mencairkan suasana dengan Nadine berharap dia masih dalam kondisi tenang.

"Gea. Gimana kabar kamu Sayang?". Sapa Oma kepada Gea. Ya si gadis gila yang dari tadi bersama ku dia bernama Gea.

"Baik Oma. Oma sendiri gimana sehat kan ? Maaf ya Gea jarang banget main ke rumah Oma. Gea sibuk kerja sama kuliah soalnya." Jawab Gea memeluk Oma.

"Kerja apaan jalan sama om-om dia mah sibuknya Oma." Balas ku jutek melirik ke arah Gea yang mendapat tatapan sinis darinya.

Oma mengusap lembut lengan Gea "Huss, sudah-sudah kalian ini masih aja suka berantem gak jaman dulu gak sekarang."

"Dulu kan berantem sayang Oma sekarang kan berantem rasa lebih sayang." Timpal Gea.

Kebiasaan buruk Gea selalu saja menjadi centil di hadapan ku. Padahal ada Nadine pacar kita disini. Aku tahu pasti Nadine menyimpan rasa penasaran dengan sosok Gea ini.

Setelah Gea bercengkrama dengan Oma dia berbincang dengan Bunda dan Ayah menanyakan bagaimana kondisi Senja. Setelah itu dia mendekat ke arah tempat duduk aku dan Nadine. Perasaan ku langsung merasa tidak enak.

Gea tiba-tiba duduk di tengah antara aku dan Nadine dan menghadap ke arah Nadine, menatapnya dari atas sampai bawah. Kemudian dia menyodorkan tangannya ke Nadine. "Kenalin gue Gea Giovany Amanda mantan pacar Jingga yang paling di sayang. Lu Nadine ya pacar Jingga ?".

Aku menepuk jidat ku. Benar kan apa yang aku pikirkan pasti terjadi. Kelakuan Gea memang menyebalkan. Terlihat jelas raut wajah Nadine yang memperlihatkan ke tidak sukaannya dengan kehadiran Gea.

Nadine mencoba bersikap wajar dan tenang dengan memperlihatkan senyuman yang manis dan jawabannya yang menenangkan hati. "Ya gue pacarnya Jingga."

"Apaan si lu Ge ! Siapa juga yang jadi mantan lu. Ngarang bebas lu. Udah sana balik ngobrol sama Oma apa Bunda gitu. Ganggu orang pacaran aja !". Aku beranjak dari kursi tempat kita duduk dan pergi keluar dari ruangan. Sedangkan Si Gea memperlihatkan cengiran kuda sebagai andalannya.

Aku mengajak Nadine ke taman rumah sakit untuk menjelaskan siapa sebenarnya si Gea. Nadine bersiap mendengarkan ceritaku.

Ku tatap wajah Nadine dengan seksama. "Gini loh. Gea itu bukan mantan aku. Kita gak pernah pacaran cuman kita itu temen deket dari kecil. Aku, Senja sama kakaknya dia Egi. Berhubung kita sama-sama kembar dan lokasi rumah yang deketan terus di tambah sekolah yang selalu bareng jadi kita bisa deket. Gea emang centil gitu tapi semua berawal gara-gara dia kehilangan Egi kakanya."

"Kakaknya kemana ?". Tanya Nadine.

"Kecelakaan waktu balap mobil. Mobilnya hancur dia nya patah tulang di tangan karena kelamaan gak ditolong dia kehabisan darah sampai akhirnya meninggal. Makannya dia khawatir waktu denger Senja kecelakaan dan langsung minta ke sini. Orang tua nya udah pisahan semenjak Gea kelas 3 SMP dan semenjak itu dia jadi lebih deket sama keluarga Ayah apalagi Oma."

"Oh gitu.  Terus dia tinggal sama siapa ?". Lanjut Nadine sepertinya dia masih penasaran dengan Gea.

Aku menghela napas kemudian melanjutkan cerita ku kembali. "Dia tinggal di apartemennya sendiri. Dia kerja di salah satu kantor di daerah Kota. Basic nya sama kaya Ayah. Ah udah lah jangan bahas dia bosen aku. Bahas kamu aja gimana ? Tadi kesini sama siapa ?".

"ih, aku kan masih penasaran. Aku tadi sama cowok kesini." Balasnya.

"Siapa ?". Tanya ku menelisik.

"Cowok cakep, baik lagi mau nganterin aku dari rumah kewini. " Nadine bercerita dengan senyum bahagia. Itu membuat ku penasaran dan merasa curiga.

"Emang ada yang cowok lebih cakep dari aku ? Perasaan gak ada deh. "

Nadine mengusap wajah ku. "Makannya liat tuh jangan pakai perasaan pakainya tuh mata. Ada lah yang jauh lebih cakep dari kamu tadi buktinya cowok yang nganterin aku lebih cakep."

"Siapa si Yang ?". Aku merajuk.

"Dih Kepo ?"

"Yang !" Aku mulai kesal dan memajukan bibirku dari biasanya.

"Supir taksi." Jawabnya singkat.

Aku langsung memeluk Nadine gemas dengan kelakuannya yang membuat ku cemburu, tapi bukannua senang karena ku peluk Nadine justru mencoba melepaskan pelukannya dari ku.

"Dilepas aku cium kamu !". Kataku.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang