34-

2K 100 1
                                    

Doni masih saja tidak sadarkan diri. Aku mengambil handphone untuk menelpon ambulance. Sambil menunggu pertolongan datang aku masih saja berusaha membangunkan Doni.

"Yang bangun dong ! Bercanda kamu gak lucu tahu!". Aku menggoyangkan tubuh Doni tapi hasilnya masih saja sama.

Akhirnya ambulance datang membawa aku dan Doni. Dengan kecepatan tinggi ambulance bisa segera sampai di rumah sakit. Doni yang terbaring lemah di branka di bawa masuk ke ruang IGD.

"Maaf Nona juga terluka jadi sebaiknya luka Nona juga di obati.". Kata perawat yang melihat luka di kakiku.

"Tapi Sus." Aku masih saja ingin nekat masuk untuk menemani Doni. Kasihan dia pasti merasakan sakit.

"Teman Nona sudah di tangani Dokter jadi Nona tidak perlu khawatir." Bujuk Perawat ini. Alhasil aku menurut dengannya.

Aku kepikiran dengan Doni, bagaimana kondisinya sekarang apa dia sudah sadar atau belum?. Luka di kaki ku tidak begitu parah hanya butuh beberapa jahitan saja karena adanya robekan yang lumayan panjang dan dalam. Setelah selesai perawatan luka, aku segera pergi ke ruang IGD menemui Dokter untuk menanyakan bagaimana kondisi Doni.

"Permisi Dok, saya Senja pacarnya Doni pasien yang tadi kecelakaan. Bagaimana Dok kondisinya?".

"Oya, kondisinya dia mengalami benturan di kepala sehingga membuatnya tak sadarkan diri tadi, tapi syukurlah sekarang sudah sadar dan setelah dilakukan pemeriksaan secara mendetail pada bagian kepalanya pasien tidak mengalami cedera yang serius pada kepala. Hanya ada luka lain yang cukup serius pada siku kanannya, dia mengalami diskolasi siku. " Jelas Dokter yang menangani Doni.

"Apa perlu ada tindakan pembedahan Dok?".

"Didalam kasus ini harus ada pembedahan karena pasien mengalami diskolasi siku kompleks. Pembedahan dilakukan bertujuan untuk mengembalikan kesejajaran tulang dan mengembalikan ligamen. Maaf apa Nona sudah memberi kabar kepada orang tua nya?".

"Saya belum memberi kabar kepada keluarga kami Dok, tapi saya mohon lakukan tindakan itu secepatnya ya Dok." Aku sedikit mendesak kepada Dokter agar dia mau segera mengambil tindakan.

"Kami selaku tim medis akan berusaha semaksimal mungkin Nona." Jawab Dokter.

Kemudian aku pergi dari ruangannya untuk melihat kondisi Doni. Aku bersyukur sudah bisa melihat Doni tersenyum tapi aku tahu sebenarnya Doni merasa sangat sakit pada siku kanannya. Sudah 3 jam aku menemani Doni dan aku melupakan keluarga sendiri. Saat ini sudah menunjukan pukul 8 malam, waktu terasa begitu cepat. Pikiran ku hanya Doni bagaimana kondisi dia dan bagaimana aku menjelaskan kepada orang tua Doni mengenai kejadian ini.

Operasi Doni akan dilaksanakan besok pagi, maka itu malam ini aku akan menginap di rumah sakit. Aku tidak tega meninggalkan kekasihku  merasakan sakit sendirian. Masalah Kak Jingga itu urusan belakangan saat ini bagiku yang terpenting adalah Doni.

Aku mengirim pesan kepada Bunda agar beliau tidak khawatir dengan keberadaan ku.

'Bunda, Senja malam ini gak pulang soalnya Senja nemenin temen di rumah sakit, kasihan Mama nya belum bisa datang karena masih ada kerjaan diluar kota. Bilangin ke Ayah ya Bunda biar gak marah sama Senja. I Love You Bunda Moza.'

-Senja.

Tak lama setelahnya hanpdhone ku berbunyi sepertinya itu balasan pesan dari Bunda.

'Ya, Sayang. Kamu hati-hati ya disana. Love tou Nak.'

-Bunda.

Aku sudah merasa lega jika sudah memberi kabar kepada Bunda.

"Sayang. Maaf ya kamu jadi repot ngurusin aku di sini. Maaf juga aku udah bikin kamu luka." Kata Doni mengusap lembut tangan ku.

"Gak apa-apa Yang, namanya juga musibah kan gak ada yang tahu. Yaelah cuman luka kecil kok." Balasku.

"Ya, kamu lebih sexy deh kalau senyum gitu. Rasanya pingin cium sama peluk. Sini cium aja ya peluknya nyusul kalau tangan aku udah gak sakit. "

"Dasar ! Masih aja bisa mesum. " Aku memukul paha Doni kesal karena disaat seperti ini dia masih saja bisa mesum sepertkeningku.

"I Love You pacar sexy ku." Doni mencium keningku

"I Love You To Pacar mesum." Balasku menerima ciuman sayang darinya. Setelah itu aku memejamkan mata begitu juga dengan Doni.

JINGGA POV.

Latihan hari ini sangat melelahkan tapi aku sangat bahagia karena aku di temani oleh Nadine, pacar yang aku sayang dan cintai. Latihan berakhir jam 6 petang dan kini aku bersiap pulang tapi sebelumnya aku mengantarkan Nadine ke rumah.

"Aku pulang dulu ya Sayang. Jaga hati kamu ya jangan sampai ada yang masuk." Kataku kepada Nadine ketika dia turun dari motorku.

"Hati aku udah digembok kenceng kok jadi gak bakal pergi kemana-kemana dan gak bakal ada yang masuk selain kamu." Jawab Nadine.

"Bagus dong. Yaudah aku pulang ya . I Love You." Aku mencium kening Nadine.

"I Love You To."

Selepas dari rumah Nadine aku menuju ke rumah.

"Jingga pulang." Sapaku ke penghuni rumah.

"Hai jagoan Bunda, gimana latihannya ?" Tanya Bunda mencium pipiku.

"Capek tapi senang dong kan ada pacar yang nemenin." Balasku tersenyum kepada Bunda.

Ayah datang menghampiriku dan bertanya mengenai hal yang sama yaitu mengenai latihan dan persiapan tanding basket besok. Setelah itu Bunda memberitahuku kalau Senja tidak ada dirumah, melainkan sedang menunggu salah satu temannya dirumah sakit. Aku merasa ada yang mengganjal atas ucapan Bunda. Perasaan teman Senja tidak ada yang di rawat di rumah sakit. Apa ini adalah akal-akalan Senja, tapi untuk apa?

Entahlah aku tidak terlalu memikirkan Senja tubuhku terlalu lelah. Setelah aku mandi langsung ku rebahkan diri diatas ranjang. Ketika aku akan memejamkan mata handphone ku berdering.

'Jingga, gue denger ada kabar tentang Senja kalau dia kecelakaan sama Doni di daerah Kota Baru tadi sore. Mereka di rumah sakit.'

-Dwiky.

Aku membelakkan mata karena terkejut membaca pesan dari Dwiky.

'Yang bener lu kasih info. Orang Senja lagi nemenin temennya di rumah sakit. Kata siapa lu ?'

-Jingga.

Selang beberapa menit balasan dari Dwiky ku dapatkan.

'Gue tahu dari Si Dimas teman deketnya Doni. Dia kasih kabar kalau Doni kecelakaan sama Senja dan kondisi mereka cukup parah. Mereka ada di rumah sakit dipusat kota. Emang Senja gak cerita sama lu? Kalau lu gak percaya datang aja gih.'

-Dwiky.

Tanpa pikir panjang aku mengambil kunci motor dan mengenakan jaket. Aku akan kerumah sakit untuk mendapatkan kebenarannya.

"Permisi Sus, saya keluarga dari pasien Doni dan Senja apa benar mereka di rawat disini dan di ruang apa Sus ?" Aku bertanya kepada bagian resepsionist.

"Sebentar ya Mas. " Aku menunggu si Suster mencari nama Doni dan Senja.

"Oya Mas benar ada pasien yang bernama Doni dan Senja. Mereka ada di ruangan Flamboyan di lantai 3 No. 321." Jelas Suster itu. Aku langsung menuju ruangan yang sudah di beritahu oleh Suster.

Saat ini aku sudah sampai diruangan Vvip No. 321. Aku membuka pintu dengan pelan supaya Doni dan Senja tidak tahu kedatangan ku. Ruangan ini sudah sepi sepertinya mereka sedang tertidur. Aku melangkahkan kaki ku ke bed untuk melihat lebih dekat. Doni dan Senja terlelap dengan begitu nyenyak.

Kondisi Senja dia mengalami luka di bagian kaki kanannya namun sudah diperban, sedangkan kondisi dari Doni sendiri lebih parah dari Senja, dia mengalami luka di bagian siku kanan dan beberapa luka lecet di bagian lengan dan kakinya. Mereka tidur berpelukan dalam 1 bed. Ini membuktikan mereka berdua memiliki hubungan lebih dari sekedar seseorang yang hanya sebatas saling mengenal.

"Senja.." Ku panggil dan ku usap pucuk kepala Senja agar dia terbangun.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang