28-

2.1K 104 3
                                    

Mendengar Nadine berbicara seperti itu aku langsung saja mengambil handphone ku untuk mengirim pesan kepada Senja.

'Dek, kamu dimana ?'

-JINGGA

Pesan sudah terkirim namun belum ada balasan. Sepertinya dia sedang sibuk karena tadi dia bilang ada acara bermain sepatu roda bersama teman-temannya di 0 Km Jogja.

Aku kembali berpacaran dengan Nadine saling memadu kasih sebelum hati ini dilanda kerinduan karena besok Nadine akan pergi ke Jakarta.

"Yang, aku pamit pulang dulu ya udah jam segini gak enak kemalaman."

"Yaudah hati-hati ya pulangnya". Nadine bangun dari pangkuan ku dan mengantar ku sampai depan rumah.

"Besok aku jemput ya. I Love You". Aku mengecup kening Nadine bersiap untuk pulang kerumah.

"Iya, Love You To, Sayang". Nadine melambaikan tangan kepadaku.

Aku pulang dengan perasaan bahagia sekaligus bingung. Bahagia karena aku bertemu dan menghabiskan malam ku bersama pacar kesayangan sedangkan aku bingung mengenai Senja apa benar dia pergi bersama Doni malam itu. Aku dengan kecepatan tinggi mengendarai motor agar segera sampai dirumah.

Tepat pukul 10 malam aku sudah sampai dirumah. Suasana rumah terlihat sangat sepi karena Ayah dan Bunda menginap di rumah Eyang. Aku mencari keberadaan Senja karena pesan ku dari tadi belum dibalasnya. Kamar Senja adalah tujuan utama ku mencari dia. Ku ketuk pintu berharap dirinya ada didalam.

"Senja !". Panggil ku sambil mengetuk pintu.

"Masuk kak!". Jawabnya.

Mendengar bahwa sudah ada suara Senja didalam kamar aku langsung masuk seperti perintahnya. Senja sudah berselimut hangat di ranjang. Aku tak tahu kapan dia pulang.

"Kamu pulang jam berapa?" Tanya ku menyelidik.

"Jam 9 Kak. Tadi gak terlalu rame di sana jadi malas latihannya ya aku pulang aja." Balasnya.

"Kakak mau tanya boleh?".

Senja mengangguk tandanya aku boleh bertanya kepadanya. Dengan hati-hati aku bertanya kepadanya tentang apa yang mengganjal hatiku.

"Dek apa bener kamu malam minggu main ke secret garden?"

"Iya."

"Sama Doni ya?". Tanya ku lagi sambil melihat gerak-gerik Senja.

"Doni ? Enggak kak orang sama Banu kok. Ya kemarin pas disana aku ketemu sama Nadine di ajak bareng gabung sama Kak Jingga cuman aku males, soalnya Banu sakit perut minta balik cepet." Jelas Senja dengan gerak-gerik tenang seakan yang dikatakan benar.

"Banu anak kelas X itu yang suka sama kamu? Tapi malam itu kakak juga ketemu sama Doni dia bilang dateng bareng pacarnya. " Tanya ku lagi.

"Iya Banu yang cupu itu, dia rengek-rengek terus minta ketemuan yaudah kasihan nanti dia gak bisa tidur terus nangis lagi kalau gak ketemu sama aku. Mana ku tahu si Doni datang sama siapa? Aku kan gak deket sama dia. Udah sana Kakak balik, Senja mau tidur ngantuk. " Senja mendorong diriku agar keluar dari kamarnya.

Aku bangun dari ranjang intuk meninggalkan Senja. "Yaya Kakak pergi. Good Night adik kakak yang jelek!". Aku mengecup kening Senja, rutinitas sebelum kami berpisah untuk tidur.

Itu hanyalah sebuah perlakuan yang sederhana sebagai pertanda aku sayang dengan saudara kembar ku. Senja juga tidak merasa risih karena sejak dulu aku selalu seperti itu dan tidak pernah melupakan untuk melakukannya. Setelah mengecup kening Senja aku keluar dan bersiap untuk tidur, sebelum tidur aku mengirim pesan untuk Nadine.

'Good Night Sayang. Jangan lupa berdoa sama tuhan biar dijaga semalaman sama malaikat ya, soalnya aku jauh jadi gak bisa jagain kamu. I love Sayang. '

-JINGGA.

Ting.
Pesan ku sepertinya langsung terbalaskan.

'Ya, nanti aku berdoa sama Tuhan. Yaudah kamu tidur jangan lupa berdoa. Enggak usah dibales lagi nanti ujung-ujungnya gak tidur. Love You To.'

-Nadine.

Tak lama berselang handphone ku berbunyi dan itu adalah balasan pesan dari Nadine. Setelah mendapat balasan aku langsung memejamkan mata karena besok aku harus bangun lebih pagi untuk berangkat menjemput Nadine jam 6.

*******
"JINGGAAAAA!!!!" Teriak lantang dari luar kamar.

Aku terganggu mendengar suara teriakan itu sehingga membuatku terpaksa bangun dari tidur nyenyak ku. Jam weker ku terus berbunyi membuat ku juga mau tak mau menoleh ke arahnya.

"HAH jam set 7. Mati gue kesiangan!". Aku mengambil handphone untuk menelpon Nadine namun apa daya handphone miliknya tidak bisa di hubungi. Aku segera melompat dari ranjang menuju ke kamar mandi. Mencuci muka dan sikat gigi sudah cukup membuat ku tampan karena kalau mandi bisa benar-benar terlambat untuk menjemput Nadine.

Semua sudah siap aku keluar untuk berpamitan kepada Ayah dan Bunda.

"Jingga berangkat duluan ya." Kataku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.

"Sarapan dulu Jingga." Teriak Ayah kepadaku tapi aku tak sempat membalas karena langsung berlari menuju bagasi.

Sampi dirumah Nadine hasilnya ZONK. Nadine sudah berangkat ke Jakarta bersama para temannya untuk lomba hari ini. Ah, sial semua ini gara-gara aku mimpi indah tentang Nadine semalam. Nadine sudah berangkat, jadi aku memutuskan untuk ke sekolah.

TET TET TET !!!

Mendengar bel sekolah berbunyi aku melangkahkan kaki ku dengan cepat agar segera sampai di kelas. Ku atur napas sebelum memasuki kelas.

"Stop diam disitu Jingga!".

Aku berhenti di ambang pintu dengan napas yang masih belum stabil.

"Kamu gak perlu masuk ke dalam kelas saya, sekarang kamu balik arah dan menuju ke tiang bendera, berdiri disana sampai pelajaran saya selesai." Kata Bu Dira dari bangkunya.

"Bu, saya kan belum telat lama baru aja bel bunyi. Ibu Dira aja yang kecepetan masuk kelas." Belaku.

"Berani kamu sama saya ? Sekarang hukuman kamu Saya tambah. Kamu sekalian membersihkan kolam di taman belakang!". Bu Dira semakin menampangkan wajah sangar nya disertai suara yang menggelegar.

"Iya Bu." Jawabku tak santai. Aku pergi keluar dari kelas menuju ke kolam di taman belakang sekolah.

SENJA POV.

Pagi ini aku berangkat sekolah sendiri maksud ku hanya aku yang diantar Ayah kesekolah, karena Kak Jingga sudah berangkat sendiri dengan terburu-buru. Dia akan menjemput Nadine tapi bodohnya dia bangun terlambat.

Semalam entah angin apa yang membuat Kak Jingga mengintrogasiku menanyakan keberadaan ku bersama siapa waktu di secret garden malam itu. Aku tahu dia pasti akan menanyakan hal ini kepadaku sehingga aku sudah mencari jawaban yang masuk akal. Aku berbohong kepadanya karena bilang kalau aku pergi bersama Banu padahal aku kan sama Doni. Semoga saja Kak Jingga percaya jawaban ku.

Disekolah 5 menit sebelum bel berbunyi, aku langsung menuju ke kelas. Aku tidak bertemu dengan Doni itu tidaklah penting. Sesampainya dikelas Kak Jingga belum kelihatan batang hidungnya pasti dia akan terlambat dan mendapat hukuman karena pagi ini pelajaran pertama adalah Bu Dira. Benar saja dugaan ku dia datang terlambat dan mendapatkan hukuman 2 kali lipat dari Bu Dira. Aku bahagia melihatnnya jika Kak Jingga benar-benar mendapat hukuman. Ternyata benar dugaan ku kalau Kak Jingga mendapat hukuman dari Bu Dira. Setelah Kak Jingga keluar, pelajaran dimulai tapi tiba-tiba handphone ku bergetar.

TING !

-Doni

'Yang sekarang aku tunggu di gudang belakang sekolah ya!'

Si Doni sinting dia mengirimi ku pesan untuk menemuinya di pelajaran pertama, tapi kira-kira ada apa ya aku jadi penasaran. Aku membalas pesannya karena tidak mau Doni mengirimi ku pesan lebih banyak.

'Ya tunggu!'

-Senja

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang