10-

2.6K 146 6
                                    

Aku sudah sampai di rumah Nadine dan dia ternyata sudah menunggu kedatangan ku. Tanpa banyak bicara Nadine langsung menaiki motor bersama ku. Aku tidak berani banyak bicara kepadanya karena takut merusak mood nya.

Sampai disekolah, aku langsung memakirkan motor ku. Nadine menunggu diriku menyelesaikan ini. Kami berdua berjalan bersama dikoridor. Nadine sampai dikelas terlebih dahulu karena kelasnya yang berada di dekat tangga sedangkan kelas ku berada di paling belakang koridor ini.

Satu hal lagi yang membuat ku senang pagi ini adalah Nadine memberi senyumannya dan melambaikan tangan kepadaku sebelum memasuki kelas. Seketika aku salah tingkah mendapat perlakuan seperti itu. Setelah itu aku berjalan ke kelas. Di dalam kelas aku melihat Senja sedang duduk menyandarkan kepalanya di atas meja. Kaki dia masih sakit karena malam minggu dia pergi berkencan bersama Doni. Kondisinya juga belum membaik karena kakinya masih bengkak sebenarnya Bunda melarangnya untuk berangkat tapi Senja menolaknya karena alasan hari ini ada ujian fisika yang tidak bisa ditinggalkan.

Bu Dira memasuki ruang kelas dengan membawa tumpukan kertas ditangannya."Anak-anak masukan semua buku kalian di meja hanya ada bolpoint. Ulangan akan segera dimulai. Jingga tolong bantu Ibu bagikan soal ini ke teman kamu". Pinta Bu Dira dengan nada khasnya yang selalu terdengar seakan beliau adalah guru kiler karena memiliki suara yang tegas dan tatapan mematikan.

"Baik Bu". Aku maju kedepan mengambil soal lalu membagikannya kepada semua teman-teman ku.

Situasi ulangan berjalan kondusif. Tidak ada keributan yang di timbulkan oleh siswa disini apalagi acara contek-mencotek jangan berharap itu akan berlangsung dengan mudah. Bu dira memasang mata dengan sangat jeli dan pendengaran yang tajam sehingga itu membuat siswa dikelas merasa takut untuk mencontek. Apabila salah satu siswa itu ketahuan hukumannya adalah siswa itu tidak diperbolehkan mengikuti ulangan bahkan tidak dia harus mengerjakam semua soal yang ada di buku meskipun materi pelajaran itu belum kami pelajari. Sungguh menyeramkan sekali Bu Dira ini.

2 jam sudah ku lalui dengan berkutik pada selembar kertas dan beberapa rumus yang membuat ku lumayan pusing. Akhirnya jam pelajaran pertama selesai saatnya untuk istirahat. Aku menuju ke kelas Nadine mengajak dirinya untuk pergi ke kantin bersama, semoga saja dia tidak menolaknya. Dengan kepercayaan diri yang tinggi aku melangkahkan kaki ku mantap menuju kelas 2 Mipa 4.

Ku lihat Nadine yang sedang duduk santai bersama Anggun teman sebangku nya. Aku menghampirinya dan menyampaikan maksud ku syukurlah Nadine mau pergi bersama ku ke kantin. Dewa amor kali ini sudah memihak kepadaku karena dia membuat Nadine mau pergi bersama dengan ku. Di kantin aku duduk berdua dengan Nadine dan memesan semangkuk bakso. Selama di kantin Nadine banyak bercerita mengenai kehidupannya sedangkan aku menjadi pendengar yang setia.

"Jingga, lu kenapa si deketin gue terus". Tanya Nadine menatap ku intens dan berhasil membuatku tersedak.

"Karena gue suka sama lu."

"Sejak kapan?". Nadine terlihat heran dengan pernyataan ku barusan.

Aku memberanikan diriku menggenggam tangan mulus milik Nadine. "Gue suka sama lu sejak pertama masuk sekolah disini dan pertama gue liat lu waktu lu dihukum karena terlambat datang ospek di hari pertama. Disitu gue langsung jatuh cinta pada pandangan pertama sama lu." Jelasku panjang lebar kepada Nadine yang hanya mendapat senyuman tanpa arti darinya.

"Kenapa harus gue kan banyak cewek-cewek lain yang suka sama lu. Lagian gue kan selalu cuekin lu dari dulu." Ungkap Nadine lagi. Dia berusaha mengorek- ngorek alasan mengapa aku menyukai dirinya.

Aku menatap matanya dan menggenggam tangan Nadine erat. "Lu beda dari cewek yang ada di sini. Gue gak tahu jelasnya karena apa gue bisa suka sama lu. Aura lu beda dari semua cewek yang pernah deketin gue. Selama kurang lebih setahun ini gue selalu nyoba buat deketin lu tapi selama itu juga lu selalu bersikap cuek dan jutek sama gue. Intinya gue suka sama lu tanpa alasan yang jelas tapi bukan bearti gue hanya bercandaa sama lu. Kalau gue gak serius suka sama lu ngapain gue ngejar-ngejar lu sampai di bilang gila sama temen-temen gue."

Nadine tersenyum dan dia tidak melepaskan genggaman tanganku. "Jingga, gue minta maaf karena selama ini selalu cuek dan jutek sama lu. Gue emang sengaja ngelakuin itu karena gue pingin liat dan tau gimana perjuangan lu buat dapetin hati gue. Selama setahun ini gue liat lu selalu coba narik perhatian gue tanpa henti-hentinya dengan berbagai cara. Alasan gue ngelakuin itu ya karena gue gak mau salah pilih pacar dan ngeliat lu yang begitu kekeh buat dapetin gue dengan cara lu sendiri itu bikin gue luluh Ngga. Cara lu deketin gue itu beda sama cowok-cowok lainnya. Jujur sebenarnya gue juga udah suka sama lu semenjak pertama masuk sekolah sini."

"Jadi?".

"Ya gue juga suka sama lu." Nadine menjawab pertanyaan ku dengan raut wajah memerah seperti tomat.

"Kalau gitu kita bisa dong..."

"JINGGAAA!!!". Teriak Wisnu dari arah belakang ku. Dia berlari ke tempat dimana aku berada bersama Nadine. Aku langsung melepas genggaman ku kepada Nadine.

"Apaan si Nu ganggu aja dah lu". Aku berdiri menghadapnya yang masih mengatur napasnya karena tergopoh-gopoh berlari tadi.

"Senja Ngga Senja."

"Senja kenapa Nu". Wisnu mengangguk tak mampu menjawab pertanyaan ku lagi. Daripada aku kelamaan menunggu jawaban dari Wisnu aku langsung pergi meninggalkan Nadine dan menghampiri Senja.

Aku berlari bersama Wisnu. Dia menunjukan dimana posisi Senja sedangkan Nadine dia hanya melihat ku bingung dan tak berani bertanya banyak. Aku menuju ke koridor dekat kelas 3 MIPA 2. Terlihat keramaian disana banyak siswa yang berada di sekitar kelas ini, aku semakin khawatir dan berpikiran macam-macam kepada Senja. Ku terobos kerumunan orang-orang untuk melihat kondisi Senja yang sebenarnya.

"Senja. Bangun sayang kamu kenapa?" Aku mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Senja berharap dia bisa segera bangun dari pingsannya tapi tetap saja dia belum sadarkan diri.

Aku mengusap pelan kepala Senja dan ternyata kepalanya mengeluarkan darah segar. Aku langsung panik dan membawa pergi Senja ke rumah sakit. Tak peduli kalau ini masih jam pelajaran sekolah yang terpenting Senja bisa segera selamat.

SENJA & JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang