Selesai mengerjakan hukuman aku bersama teman-teman ku kembali ke kelas dengan raut wajah yang berantakan. Maklum itu karena kami kelelahan menjalani hukuman dari guru BK. Lagi-lagi pelajaran kali ini kosong karena guru ada rapat mengenai ujian nasional yang akan diselenggarakan 2 minggu lagi dan kelas 3 sedang sibuk-sibuknya melakukan try out.
"Muka kusut amat tuh, dapet hukuman apa ?". Senja duduk di meja dimana aku sedang menyandarkan kepalaku.
"Bersihin toilet sama jemur diri dilapangan. Kampret banget hukumannya doubel." Jawabku malas.
"Rasain emang enak ! Nanti sampai rumah aku mau ngadu ah sama Ayah biar dirumah dapet hukuman lagi."
"Jangan Dek. Gila apa tega banget kamu ngaduin Kakak ke Ayah bisa gantian dikirim ke Eyang Hermawan." Aku sontak terbangun dari rebahan karena mendengar apa yang dikatakan Senja. Gawat kalau sampai Senja benar-benar ngadu.
"Takut ya ? Payah. Yaya gak aku aduin tapi ada syaratnya ". Balas Senja dengan senyum picik andalannya ketika ingin meminta sesuatu kepadaku.
"Apa ? Balon, baju, ice crem?" Jawabku menerka apa yang diinginkan Senja karena biasanya tak jauh dari apa yang aku sebutkan menjadi salah satu permintaan Senja.
"Bukan ih. Aku minta beliin sepatu roda baru ya. Kalau gak mau yaudah aku mau ngadu ke Ayah tentang Kakak yang bikin ulah lagi." Ancam Senja dengan bertolak pinggang dihadapanku.
Aku mencubit pipinya. "Mainnya ngancam ! Ya Kakak beliin. Apa si yang gak buat adik jelek kaya kamu. Udah sana Kakak mau tidur capek."
"Biar jelek gini juga kembaran kamu tahu. Molor aja kerjaanya." Senja berlenggang pergi meninggalkan ku yang bersiap akan tidur di dalam kelas.
Tubuhku rasanya sangat lelah, tidur adalah kegiatan yang menyenangkan dan yang sangat aku butuhkan untuk mengembalikan tenaga ku yang terkuras karena memberiskan toilet dan berjemur di teriknya matahari siang ini. Aku merengangkan otot ku di atas 2 bangku yang sengaja ku jadikan 1 sebagai alas tidurku di dalam kelas.
"JINGGAAAAAA !!!!"
Sama-samar aku mendengar ada seseorang yang meneriaki diriku. Ku buka perlahan mata ini.
"Ada apa Bu ? Saya ngantuk capek abis dihukum", Jawabku santai sambil mengusap mataku.
"Sekarang lanjutin tidur kamu di depan. Angkat 1 kaki kamu dan menghadap ke papan tulis. Jangan berhenti sampai bel pulang berbunyi !" Gertak Bu Windy selaku guru matematika yang mengajar pelajaran terakhir.
Aku bangun dari posisi duduk dan berjalan ke depan. "Oya Bu. Kalau saya disuruh angkat kaki sebelah gimana saya mau tidur?"
"Kaki kamu ya tetap diangkat tapi mata kamu merem. Katanya kamu ngantuk kan. Yaudah buruan Jingga !!". Bu Windy menyuruhku agar lebih cepat melaksanakan hukumannya.
Aku malas banyak bicara karena percuma jika berdebat dengan Bu Windy pasti aku akan kalah lagian beliau juga guru perempuan aku tidak pernah melawan guru perempuan apapun itu hukumannya pasti akan aku terima dengan ikhlas.
Baru beberapa menit aku berdiri dengan 1 kaki dan aku sudah merasakan pegal padahal masih lama bel pulang berbunyi. Kadang aku mencuri-curi kesempatan untuk beristirahat jika Bu Windy sedang tidak memperhatikan ku. Aku hanya berharap bel pulang cepat berbunyi. Tak terasa sudah 2 jam aku berdiri disini dan akhirnya waktu yang kutunggu pun tiba. Bel pulang berbunyi dengan nyaring tandanya hukuman ku selesai dan saatnya untuk pulang. Aku mengambil tas ku kemudian pulang bersama Senja.
Sampainya dirumah aku malas melakukan kegiatan yang tidak penting. Sekarang kegiatan terpenting ku hanyalah tidur aku tidak ingin melakukan hal selain itu. Setelah berganti pakaian aku langsung memejamkan mata akan bangun petang nanti untuk bersiap-siap bertermu dengan gadis pujaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA & JINGGA
Teen FictionIni adalah kisah sederhana dari dua orang yang hidup bersama. Mereka saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka selalu bersama tapi tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mereka berselisih. Kira-kira apa yang membuat mereka berseli...